Mewujudkan Impian, Pernikahan (9)
Mewujudkan Impian, Pernikahan (9)
Sementara Xiao Ba Wanghua yang ingin menangis tiba-tiba segera menahan air mata yang berputar-putar di matanya, juga denyutan menyakitkan dari pantat kecilnya, hanya karena melihat Sang Xia tertawa. Kemudian, ia dengan kikuk ingin bangun dari tanah.
Tapi sosoknya yang bulat seperti bola,
benar-benar lucu dan menggemaskan.
Rong Zhan pun juga tidak bisa membendung tawanya. Kini, sudut bibirnya yang tipis dan dingin terangkat di wajahnya yang tampan, seolah melawan dunia bersalju yang begitu bersih dan putih. Senyumnya seperti awan yang menjual hujan selama sesaat, layaknya ingin mencairkan salju dengan hangat.
Meski ia menertawakan anaknya dengan jahat, tapi sosoknya yang dewasa benar-benar memikat. Kini, ia mulai bergerak maju ke arah Xiao Ba Wanghua.
Segera setelahnya, ia membungkuk dan langsung mengangkat putranya dengan satu tangan, sedang Xiao Ba Wanghua memeluk lehernya sekaligus.
Sembari menatap Sang Xia pada waktu itu, ia juga meraih tangan istrinya dengan tangan yang lain, dan ketiganya lalu berjalan menuju ke gereja besar.
Saat ini, tempat itu sudah penuh dengan tamu undangan.
Meskipun mereka semua hanyalah saudara dan teman…!
Tapi orang-orang di lingkaran mereka tetaplah sangat besar. Termasuk para tetua dari Keluarga Rong, Keluarga Bo, Keluarga Leng, dan bahkan dua ayah Ye Zi, yang semuanya telah datang.
Namun hanya para tetua yang duduk di gereja saat ini, sementara sisanya bersama dengan pengiring pengantin menunggu di luar. Ketika Sang Xia berjalan melewati mereka, sekilas ia menemukan bahwa orang-orang di pangkalan semuanya hadir.
Ye Zi, Su Xun, Leng Xiaomo, Leng Yunchen, keluarga Chen Nianbai, Bo Jing dan istrinya Kimi, serta Jun Hang dan Xiaoyou, yang sebelumnya berada jauh di Jerman. Mereka semua berdiri dalam kelompok para pendamping dan pengiring pengantin.
Selain itu, ia juga melihat Nissan, Anthony, dan Mimi sebagai teman baik. Kini, Anthony pun tampak menatap ke arahnya sambil tersenyum.
Bibir Sang Xia terkatup dengan lembut, dan hidungnya sama-samar kembali tersumbat. Semua orang yang ia sayangi datang. Padahal, teman-teman band-nya mengatakan bahwa mereka sedang pergi ke Bolivia untuk liburan tiga hari yang lalu, tetapi tidak disangka bahwa mereka juga akan muncul di sini sekarang.
Orang-orang ini.
Benar-benar menumbuhkan semangat hidupnya untuk menjadi lebih baik lagi.
Ia sempat berpikir bahwa setelah meninggalkan Roma, entah kapan semua orang akan berkumpul lagi. Tapi sekarang, ia tidak menyangka bahwa hari ini akan datang begitu cepat dan tiba-tiba, yang membuatnya sangat bersyukur dan tersentuh.
Kini, semua orang berkumpul karena pernikahannya dengan Rong Zhan.
Jadi, Sang Xia akan mencoba yang terbaik untuk mengendalikan getaran di hatinya. Meski matanya memerah, tapi ia tampak tersenyum dalam dan tulus saat menatap ke arah mereka semua.
Saat ini, Sang Xia mulai berjalan di karpet merah selangkah demi selangkah. Sementara di depan gereja, berdiri seorang pria paruh baya dengan tuksedo hitam. Tapi harus diakui, pria paruh baya itu tampak sedikit lebih muda meski usianya sudah mencapai lebih dari setengah abad.
An Baisen.
Tentu saja Sang Xia terpana. Ia benar-benar tidak menyangka ayahnya akan keluar dari rumah sakit hanya untuk menyaksikan putrinya mengadakan pernikahan.
Saat itu, An Baisen juga menatap ke arahnya dengan sorot mata penuh haru.
Sedangkan para pengiring kecil mempelai yang berdiri di samping karpet merah, salah satunya adalah Xiaobai. Ia mengenakan jas dan syal kotak-kotak, yang membuatnya terlihat seperti pria yang elegan.
Di lain sisi, ada Xiao Meibao yang rambut lembutnya diikat menjadi dua tarikan kecil. Tampilannya yang cantik benar-benar membuatnya semakin lucu, ditambah dengan mata besarnya yang berkedip saat menatap ayah dan ibunya dengan sedikit kegembiraan.
Dan di tangannya, tergantung sebuah keranjang kecil berisi ratusan kelopak mawar halus yang indah.
Setelah Rong Zhan meletakkan Xiao Ba Wanghua, Su Li segera mengambil alih. Kemudian, Rong Zhan memegang tangan Sang Xia sepenuhnya dan akan menyerahkannya pada An Baisen saat mereka berjalan mendekat ke arahnya.