Halo Suamiku!

Kehangatan Malam Natal di Malam Pernikahan (5)



Kehangatan Malam Natal di Malam Pernikahan (5)

1"Bu, aku juga ingin digendong, tapi kenapa ayah tidak menggendongku?" tanya Xioa Ba Wanghua dengan wajah memelas.     

"Karena kamu terlalu berat, Ayah tidak bisa menggendongmu."     

Karena Xiao Ba Wanghua masih sangat kecil dan polos, jadi ia hanya berpikir jika dirinya tidak dicintai. Tapi ternyata, ia mendapat jawaban diluar dugaannya bahwa itu semua hanya karena lemaknya yang menggumpal di tubuh.     

Saat Sang Xia masih menggandeng Xiao Ba Wanghua untuk berjalan mendekati manusia salju, Xiao Meibao sudah memuji ayahnya, "Ayah, Ayah memang yang terbaik. Ini sungguh manusia salju besar yang indah."     

"Kamu menyukainya?" tanya Rong Zhan dengan bangga.     

Xiao Meibao mengangguk cepat, "Ya, Ayah. Tapi kedua mata manusia salju ini tidak memiliki warna yang sama sepertimu, jadi apa ini sama seperti suami kecilku?" Sembari mengatakannya, gadis kecil itu mengangkat tangan Xiaobai tinggi-tinggi.     

Tepat ketika tangan Xiaobai terangkat tiba-tiba, kaki bawah sadarnya seketika menyusut satu langkah dan ia tidak bergerak lagi. Tak hanya itu, wajahnya juga menunjukkan rona memerah, yang begitu menggemaskan, dan malu-malu.     

Sementara Rong Zhan yang mendengar kata-kata putrinya sontak merasa hatinya tertusuk.     

"Jadi kamu sangat senang karena kamu merasa manusia salju ini terlihat seperti dia?" Rong Zhan kembali bertanya sambil tersenyum.     

Sayangnya, Xioa Meibao tidak mengerti maksud dari senyum Rong Zhan. Ia justru memiringkan wajahnya yang kecil seraya mengedipkan matanya yang besar. Sampai akhirnya, ia mengangguk dengan serius.     

Mau tak mau, Rong Zhan berhenti berbicara dan berjongkok di sana dengan wajah tertekuk.     

Hanya saja, karena Xioa Meibao sangat bersemangat, sehingga ia tidak memerhatikan ayahnya sama sekali. Sedangkan Rong Zhan yang akhirnya melihat putrinya melompat-lompat di sekitar manusia salju dengan kebahagiaan yang meluap hanya mengulurkan tangannya untuk melindunginya agar tidak terbentur atau terpeleset.     

Kini, ketiga anak itu sudah ada di sekelilingnya.     

Dengan salju tebal terus berlanjut, juga kepingan salju yang berjatuhan menimpa tubuh mereka, dan di bawah sorot cahaya redup di luar vila, pemandangan saat ini benar-benar sangat indah.     

Entah kenapa, saat Sang Xia melihat pemandangan seperti itu, semua penyesalan yang ia rasakan tentang pernikahannya telah lenyap.     

Dibalik ketidaktahuan Rong Zha, Sang Xia benar-benar menyimpan rapat rasa irinya pada pernikahan orang lain. Terlebih lagi dengan gaun pengantin yang luar biasa itu. Namun, pada saat yang sama, ia juga merasa bahwa itu semua tidak penting.     

Bagaimanapun, ia telah menjadi ibu dari dua anak. Menjalani kehidupan yang hangat dan stabil adalah apa yang benar-benar ia kejar dan inginkan.     

Dan Sang Xia sudah sangat puas dengan ini semua.     

Kini, ia tampak mengangkat bibirnya untuk menyunggingkan senyum hangat.     

Kemudian, ia mengambil segenggam salju dari tanah dan tiba-tiba menghampiri mereka. Anak-anak segera melompat dan berteriak begitu Sang Xia melempar salju itu. Rong Zhan-lah yang mendapat lemparan paling banyak. Saat ini, melihat istrinya tertawa bahagia, Rong Zhan segera mengatur anak-anaknya, "Anak-anak, Ibu menggertak kita. Ayo, kita lawan!"     

Tawa polos dan riang dari anak-anaknya terus terdengar. Tanpa memedulikan dinginnya salju, mereka terus mengangkat kepingan-kepingan putih di tanah dan bersenang-senang bersama.     

Setelah bermain lempar-lemparan salju selama lebih dari satu jam, anak-anak sudah tampak lelah. Jadi akan sangat mudah membujuk mereka untuk tidur saat ini.     

Tepat ketika Sang Xia keluar setelah mandi dan menyeka rambut, ketiga anak itu sudah berbaring di tempat tidur besar. Xiaobai dengan tenang tertidur di sana, sementara betis Xiao Meibao menekan kakinya dan juga sudah terlelap.     

Sedangkan Xiao Ba Wanghua tertidur dengan mulut mengerucut, diiringi dengan cairan berkilauan yang menetes keluar dari mulutnya.     

Dengan perlahan, Sang Xia menggeser kaki putrinya agar tidak menindih Xioabai dan mengatur posisi Xioa Ba Wanghua agar lebih nyaman. Kemudian ia menutupi tubuh ketiganya dengan selimut. Setelah mencium mereka satu per satu, Sang Xia bergegas keluar dengan langkah ringan.     

Sang Xia benar-benar puas. Setelah begitu banyak badai dan ombak yang menerpa, di depan kehidupan yang hangat dan tenang, penyesalan yang dibawa oleh pernikahan yang belum terlaksana itu benar-benar tidak layak untuk dibahas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.