Halo Suamiku!

Kehangatan Malam Natal di Malam Pernikahan (3)



Kehangatan Malam Natal di Malam Pernikahan (3)

2Tampaknya, Sang Xia berhasil memberikan gertakan yang tepat sasaran. Ia hanya tidak bisa merasa tenang membiarkan putrinya bersama dengan monster kecil begitu saja.      

Setelah menjelaskan kepada putrinya, Sang Xia sudah ingin kembali dengan tergesa-gesa.     

Kemudian, ia memutar nomor lain sebagai gantinya.     

Sontak, perasaan hangat lain menyeruak di hatinya.     

Namun, ketika ia sedang menelepon, tiba-tiba secara perlahan, di bawah lampu jalan kuning redup, kepingan salju yang berkilauan dan transparan berjatuhan, satu persatu mulai memenuhi punggung tangannya dan layar ponselnya.     

Mau tak mau, ia mengangkat kepalanya sedikit. Di bawah cahaya lampu jalan kuning redup di jalan, salju turun di antara langit dan bumi.     

Benar-benar lembut dan indah.     

Kemudian, Sang Xia sedikit membuka matanya.     

Hujan salju.     

Di jalan seperti itu, salju mulai turun.     

Namun tak bisa disangkal, musim dingin tahun ini datang sangat terlambat dan ini adalah salju pertama yang menampakkan diri.     

Lambat laun, salju semakin banyak berhamburan. Begitu seluruh kota metropolitan yang makmur ini diselimuti dengan salju, maka akan semakin terlihat seperti negeri dongeng. Entah kapan Sang Xia meletakkan ponselnya, yang pasti ia telah merentangkan telapak tangannya, mengangkat kepalanya, merasakan kedatangan salju pertama dan sentuhan yang dibawa kepadanya saat ini.     

Dan tak jauh dari situ, sebuah mobil perlahan berhenti.     

Pria di dalam mobil tentu turut melihat pemandangan di hadapannya kini.     

Tepat di hari bersalju, di bawah lampu jalan kuning redup dan lalu lalang yang sibuk, seorang wanita ramping, beraura dingin, dan cantik berdiri di sana mengenakan mantel setinggi lutut dan syal yang melilit lehernya, tampak merentangkan telapak tangannya, sedikit mengangkat kepala, dan kepingan salju seperti bulu angsa yang menawan perlahan jatuh dari langit.     

Harus diakui, pemandangan itu sangat indah.     

Kota T yang bersalju memang sangat cantik, ditambah dengan sosok wanita yang begitu menikmati setiap detik terpaan salju yang menerpa wajahnya.     

Ini membuat ketagihan.     

Sosok rampingnya yang berdiri di sana membuat orang memiliki dorongan untuk memeluknya.     

Dan Sang Xia yang sedang menatap ke langit sembari merasakan terpaan dingin dari kepingan salju yang jatuh di wajahnya perlahan menutup mata.     

Tiba-tiba.     

Sepasang tangan putih yang kuat muncul dari belakang pinggangnya.     

Memeluknya dengan erat.     

Meski demikian, Sang Xia tidak membuka matanya karena pria di belakangnya kini telah menundukkan kepala dan membenamkan wajahnya di lekukan leher Sang Xia. Kali ini, sosok itu menciumnya dalam-dalam.      

Namun, napasnya sudah sangat familiar bagi Sang Xia.     

Dingin yang bercampur dengan aroma tembakau yang samar.     

"Dingin?"     

Suaranya yang menyihir terdengar lembut.     

"Untungnya tidak, karena cuaca tidak akan terlalu dingin saat turun salju. Waktu terdingin justru saat salju akan mencair." ucap Sang Xia seraya memegang tangan yang ada di pinggangnya, meremasnya dengan lembut, kemudian berbalik untuk menatapnya, "Ayo cepat pulang. Putrimu sudah menelepon untuk mendesak kita."     

Bibir tipis dan dingin Rong Zhan kini ditarik dengan lembut, juga mata elangnya yang panjang dan sipit memancarkan kasih sayang yang memabukkan. Lalu, ia mengecup dengan sayang tepat di sudut bibir Sang Xia. Setelah beberapa saat, ia membungkus tubuh Sang Xia dengan mantel hitamnya dan berjalan ke mobil yang terparkir tidak jauh dari sana.     

Sementara gadis yang juga ada di pemberhentian bus itu tampak terkejut melihat kedua orang di matanya saat ini perlahan-lahan pergi.     

Sepertinya ia mengira jika wanita itu adalah sosok yang sangat kesepian. Namun ternyata, ia sudah memiliki anak dan suami, dan pria itu sangat mengganggu.     

Ketika pria itu datang sebelumnya, ia mengenakan sweater turtleneck hitam di dalam, mantel hitam di luar, tampak sorot matanya yang gelap, sipit dan rambut yang rapi.     

Wajahnya juga memancarkan sorot jahat namun tampan. Hanya saja, ia sama sekali tidak menyangka jika sosok itu adalah suami dari wanita dingin yang ia tatap sedari tadi.     

Jika dilihat, keduanya sangat bertentangan, tetapi ada kecocokan yang tak terkatakan.     

Dan ketika mengingat keintiman dua orang di bawah lampu jalan tadi, gadis itu sedikit tersipu.     

Sebenarnya orang macam apa yang ada di kota metropolitan yang ramai ini?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.