Berbagi Tempat Tidur (3)
Berbagi Tempat Tidur (3)
Ketika akhirnya An Xiaoyang tidak bisa menahan pipinya yang memerah, tanpa sadar ia berbalik. Namun, Sang No dengan gesit mengejar dengan napas panas dan segera menjatuhkan ciuman ganasnya.
Sontak, An Xiaoyang yang pemalu menyusut ke dalam selimut dan tidak berani bergerak.
Begitu sudut bibir Sang No terangkat, ia tiba-tiba bangkit, berjalan ke pintu, dan menutupnya dari dalam.
Kemudian ia kembali ke meja belajar milik An Xiaoyang. Karena hanya ada satu lampu di kamar tidur itu, alhasil, ia mencoba untuk menyesuaikan sesuai dengan kenyamanan matanya, lalu mengeluarkan kertas tugas An Xioayang, mencari pena, melambaikan tangannya yang besar dan menunduk ke bawah.
Sementara An Xiaoyang yang berbaring di tempat tidur membuka matanya sedikit untuk melihat pergerakan pemuda itu.
Di bawah sinar bulan yang dingin, tepat di samping meja, seorang remaja dengan sweater hitam dan rambut gelap tampak disibukkan dengan kertas di depannya. Jika dilihat dari samping, wajah tampannya yang sedang serius terlihat semakin menawan.
Penampilan itu seketika terpatri dalam benak An Xiaoyang.
Seorang pemuda yang ia sukai saat remaja.
Pemuda terbaik dalam hidupnya.
...
Baru 40 menit berlalu setelah Sang No menyelesaikan dua tugas milik An Xiaoyang, ia meregangkan tubuhnya.
Rasa kantuk pun tak lagi bisa dihindari. Setelah menguap sesaat, ia bangkit dari kursi.
Lalu, matanya tertuju pada sebuah sosok gadis kecil yang sedang terbaring di tempat tidur.
Tampaknya gadis itu sudah terlelap, berbaring di sana dengan patuh, tubuh kecilnya sedikit menyamping, dan meringkuk ke arahnya. Seperti sebelumnya, An Xioayang tidur dengan sangat tenang, seperti anak kucing yang lemah.
Seharusnya saat itu, Sang No langsung keluar dari pintu dan pergi dari sana.
Namun, ia justru berjalan ke arah ranjang, setengah berjongkok, menatapnya dengan tenang di samping tempat tidur, lalu dengan lembut menyentuh rambut pendek An Xioayang yang halus sembari menatap dalam wajah kecilnya yang menenangkan.
Dahi putih, hidung kecil, sepasang mata besar yang menawan, juga mulut merah muda yang menarik.
Harus diakui bahwa fitur wajahnya sangat cantik, tetapi bisa dibilang tidak begitu menakjubkan. Hanya kulitnya saja yang terlihat putih dan halus.
Meski ia memiliki sepasang mata yang besar, tapi selalu saja diwarnai dengan semu merah yang berkelap-kelip karena air mata, dan itu tampak sangat menyedihkan.
Yang membuat Sang No sangat tidak tega.
Dan kini, semakin Sang No menatapnya, semakin ia merasa bahwa An Xioayang terlihat cantik.
Seketika itu juga, Sang No tidak bisa menahan diri untuk tidak mencium bibir kecilnya saat ia tertidur.
...
Setelah mengecup singkat dan mendapati bahwa An Xioayang tampaknya tidak menanggapi, ia masih enggan untuk menyerah. Lagi-lagi, ia menciumnya dengan semakin dalam.
Seperti permen kesukaannya saat masih kecil, rasanya manis sekaligus memabukkan, yang membuatnya tak bisa berhenti.
Sampai akhirnya, ia memegang kepalanya dengan lembut dan melumatnya perlahan.
...
Malam itu, akhirnya Sang No tidak juga beranjak dari kamar An Xiayang.
Terlebih lagi, setelah ia mencium bibir kecilnya yang menawan, ia semakin enggan untuk pergi.
Alhasil, ia menarik selimut untuk menutupi tubuh kecil An Xiaoyang, sementara dirinya yang mengenakan sweater hitam dan celana olahraga kasual ikut berbaring di sisi lain tempat tidur seperti dinding yang tinggi untuk mencegah An Xiaoyang terjatuh. Pada saat yang sama, ia seperti ingin menjaga si mungil di kegelapan itu.
Meski ia berbaring tepat di sisi An Xiaoyang, tapi Sang No sama sekali tidak menyentuhnya. Hanya dengan menjaga tidurnya agar tetap aman, ia sudah merasa puas.
**
Keesokan harinya.
Karena An Xiaoyang tidur lebih awal, jadi ia juga terbangun lebih dulu.
Ketika samar-samar ia membuka mata, ia hanya merasa dadanya sedikit pengap dan cukup berat. Entah apa yang ia sentuh, tapi tiba-tiba ia terpana.
Sontak, ia membuka matanya dan terbangun sepenuhnya.
Detik itu juga, ia memalingkan wajahnya untuk melihat dan mendapati rambut hitam seseorang.
Kepala orang itu ditekan ke dadanya dan tangannya yang besar memeluknya.
Wajah An Xiaoyang memerah dalam sekejap. Yang ada di benaknya saat ini adalah ia sama sekali tidak mengerti bagaimana Sang No menghabiskan malam itu. Rupanya pemuda ini tidak hanya tidak pergi, tetapi juga naik ke tempat tidurnya!