Berbagi Tempat Tidur (2)
Berbagi Tempat Tidur (2)
Dengan langkah tegas namun hati-hati, ia membawa An Xiaoyang ke kamarnya, meletakkannya dengan lembut di tempat tidur, kemudian berbisik di telinganya, "Tunggu sebentar, aku akan segera kembali."
Kini, An Xiaoyang hanya mengangguk patuh sembari meraih selimut dengan tangan kecilnya.
Tak bisa disangkal, akar telinganya terasa memanas sesaat setelah bisikan itu menggema di telinganya.
Lalu Sang No dengan cepat pergi,dan kemudian mengeluarkan ponsel. Awalnya, ia ingin menelpon kakaknya, tapi tiba-tiba ia merasa tidak pantas. Dengan begini, ia seolah membiarkan kakaknya tahu jika seorang gadis tinggal bersamanya. Jika demikian, semuanya akan selesai.
Akhirnya, setelah berpikir sejenak, ia memutuskan untuk menelepon bibi yang datang untuk merawat mereka setiap hari.
Segera, ia mendengar celoteh bibi yang memintanya untuk menyiapkan gula merah dan irisan jahe, dan mulai merebus air.
Semuanya Sang No lakukan sesuai dengan arahan bibi. Sepuluh menit kemudian, rasa sup jahe rebus yang telah ia buat terasa sangat menenangkan dan aroma yang menguar sangat harum.
Karena ia memasaknya di panci porselen kecil, jadi ia meletakkan tisu basah di atasnya, naik ke atas, dan kemudian turun untuk mengambil sendok dan mangkuk kecil.
Saat itu, An Xiaoyang telah membersihkan diri dari kamar mandi dan telah mengganti piyamanya. Ia ingin berbaring dan beristirahat, tetapi tanpa diduga, rupanya Sang No telah merebus ramuan gula jahe untuknya.
Beberapa saat yang lalu, ternyata ia sedang sibuk di lantai bawah karena ini. Ketika akhirnya ia duduk di samping tempat tidur An Xioayang, terlihat lapisan tipis keringat yang membasahi tubuhnya. Sontak, ia sedikit terkesiap dengan napas terbakar.
"Ayo, bangun perlahan. Tubuhmu akan jauh lebih baik setelah minum air gula jahe ini."
Dengan segera, ia membantu An Xiaoyang untuk duduk dengan nyaman.
Melihat semua itu, hati An Xiaoyang tentu telah lama tersentuh.
Seperti yang kita semua tahu, orang tuanya telah lama pergi dan ia dilahirkan dari keluarga miskin yang diharuskan untuk bertanggung jawab atas keluarga. Selama ini, ia selalu menjadi orang yang tangguh, yang telah selamat dari semua peristiwa baik kecil maupun besar. Dengan begitu, bagaimana bisa orang seperti An Xiaoyang mengurus dirinya sendiri.
Terlebih lagi, sebelum bertemu Sang No, ia tidak percaya pada apa yang disebut cinta atau pria mana pun.
Jadi ia sama sekali tidak menyangka akan dicintai suatu hari nanti.
Selama hidup di dunia, ia belum pernah menyentuh keindahan seperti itu. Tetapi setelah menyentuhnya, ia pasti akan mengingatnya sepanjang hidup. Hanya saja, semua ini justru membuatnya merasa seperti tidak nyata.
Bagaimanapun, tidak ada yang tahu apakah mereka akan selalu seperti ini.
Lagipula, ia belum pernah merasakannya. Kedatangan Sang No yang tiba-tiba saja sudah membuatnya khawatir tentang untung dan rugi.
Kemudian, tampak Sang No yang sedang meniup ramuan gula jahe itu dengan lembut, lalu menyuapkannya perlahan. Di malam yang panjang dan sunyi ini, tidak ada yang berbicara, tetapi sepertinya ada perasaan mendalam yang mengalir di antara keduanya.
Sesaat setelah ramuan jahe gula itu terserap di tubuh An Xiaoyang, kini perutnya langsung terasa hangat. Bahkan rasa sakit di perutnya sangat berkurang dan ia merasa jauh lebih nyaman.
Setelah menghabiskan dua mangkuk kecil, ia sudah tidak sanggup meminumnya lagi. Karena itu, Sang No langsung meminum sisa ramuan itu hingga tandas. Meskipun keringat semakin mengucur di tubuhnya, tapi ia merasa jauh lebih bugar.
Dan dari tempatnya, An Xiaoyang menatapnya sambil tersipu.
Tepat ketika Sang No menoleh ke belakang, ia mendapati An Xiaoyang terbungkus pakaian dan bangkit turun ke atas lantai.
"Tunggu, kenapa kamu bangkit? Bukankah seharusnya kamu tidur lebih awal?" Dengan segera, Sang No mencoba mengehntikan pergerakan An Xiaoyang.
Seketika, An Xiaoyang tertegun dan kemudian berbisik, "Aku sudah jauh lebih baik, jadi tidak apa-apa... aku belum menyelesaikan tugas matematika yang tersisa malam ini..."
Begitu kata-kata ini terlontar, mau tak mau Sang No mendesis. Kemudian, tanpa memedulikan apa pun, ia langsung membawa tubuh kecil An Xiaoyang ke tempat tidur lagi, menekan tubuh yang ingin bangun dengan satu tangan, menarik selimut tipis hingga ke atas, lalu membungkusnya, dan hanya menyisakan wajahnya yang tampak putih dan lembut.
"Kamu tidak perlu lagi memedulikannya. Serahkan saja padaku."
"Tapi—"
"Tidak ada kata tapi. Jika kamu tidak segera beristirahat, percaya atau tidak, aku akan merobek tugasmu!"
"Jangan…!" Sergah An Xiaoyang dengan segera.
"Kalau begitu, patuhlah padaku… oke?"