Bersedia Berkomitmen (6)
Bersedia Berkomitmen (6)
"Kamu, kamu terluka?" Matanya melebar.
Pria itu turut mengikuti arah pandang An Xioayang, meletakkan tangannya di belakang dalam sekejap, dan kemudian berjalan di sekelilingnya, "Tidak masalah, cepat kembalilah. Sangat berbahaya ketika di luar gelap dan tidak ada lagi lain kali setelah ini."
Setelah mendengarnya, An Xiaoyang berbalik untuk mengejar, "Tunggu, tunggu, ada supermarket di depan. Aku ingin membeli yodium dan kain kasa untuk membungkus lukamu."
Tidak peduli bagaimana ia terluka, yang pasti, pria itu telah merelakan motornya dan menyelamatkan dirinya. Sebelumnya, orang-orangnya juga telah menyelamatkannya dan Sang No.
"Tidak perlu—"
Belum sempat kalimatnya selesai diucapkan, ia sudah melihat sosok An Xioayang berlari ke supermarket.
Pria itu tidak dapat berkata-kata, "..."
Gadis itu benar-benar tidak bisa membuat orang berhenti khawatir barang sejenak saja. Tidak peduli apa statusnya saat ini, ia tetaplah orang asing baginya. Ia terus berbicara dan tidak takut jika orang jahat mendekat padanya! Sama sekali tidak ada kewaspadaan!
Setelah kembali, lihat saja apa yang akan ia lakukan untuk mendidiknya.
Sembari menunggu, ia mencoba melihat keadaan motornya. Untungnya, motor itu tidak menabrak tempat lain dan hanya pagar pembatas di sebelah supermarket untuk mencegah mobil lewat. Sekarang, pembatas itu sepenuhnya cacat.
Dan karena takut gadis kecil itu akan melakukan sesuatu lagi, ia benar-benar tidak berani segera pergi. Beberapa menit kemudian, saat ia menghitung waktu, tepat ketika ia ingin mendorong motornya terlebih dahulu dan kembali ke depan, seseorang tiba-tiba memanggilnya dari belakang.
Begitu menoleh, ia melihat gadis kecil itu sedang berjalan keluar.
Tampak sosoknya yang mendekat dengan penuh semangat. Tapi kali ini, ia hanya ingin memarahinya setelah gadis itu muncul di hadapannya lagi. Hanya saja, begitu melihat wajah kecilnya yang pucat, terengah-engah, dan keringat dingin di dahinya, seketika saja tenggorokannya tercekat dan ia tidak bisa berbicara.
Tak bisa dipungkiri, tiap kali hari pertama datang bulan, itu adalah saat yang paling menyakitkan. Bahkan An Xioayang hanya merasa seolah dirinya tidak bisa berdiri dan terus merasakan sakit di perutnya.
Namun sekarang, ia menahan rasa sakit itu untuk memberi pria di hadapannya barang yang telah ia beli. "Ini, ini dia. Bagaimanapun, terima kasih telah menyelamatkanku sekarang. Terima kasih atas semua yang kamu lakukan sebelumnya... aku pergi dulu."
Sebenarnya, ia ingin membalut luka itu karena pria di hadapannya kini hanya memiliki satu tangan untuk menanganinya, tetapi sekarang lupakan saja. Ia sendiri sudah merasa ingin pingsan karena kesakitan.
Karena melihat ada yang salah dengan wajahnya, pria itu tanpa sadar menekan bahu An Xioayang dan meluruskan tubuhnya, "Ada apa denganmu? Apa kamu baru saja terluka? Coba aku lihat."
Bagaimana An Xiaoyang bisa mengatakannya? Mau tak mau, ia hanya bisa mundur untuk menghindarinya dan berkata, "... Tidak apa-apa, tidak apa-apa."
Kemudian berbalik sembari membawa kantong hitam kecil.
Namun, baru saja mengambil dua langkah, tiba-tiba seseorang bergegas di belakangnya dan langsung meraih kantong hitam di tangannya, "Bagaimana bisa tidak apa-apa? Apa yang kamu beli di malam-malam begini?"
Tanpa ragu, pria itu langsung membuka kantong hitam di tangannya dan sontak melihat… isi di dalamnya.
Kini, An Xioayang tidak tahu harus berkata apa, "..."
Berapa banyak rasa malu lagi yang bisa ia rasakan?
Sementara pria itu tampak tercengang dan kemudian kantong di tangannya langsung diambil alih kembali. Kali ini, An Xiaoyang sudah merasa cukup tidak nyaman. Bahkan karena begitu malunya, ia serasa ingin mengebor lubang di tanah. Meskipun orang-orang dari organisasi V ini melakukan perbuatan baik, tapi mereka terlalu berlebihan
Setelah meraih barang miliknya dengan wajah pucat, An Xioayang bergegas menyeret tubuh kecilnya kembali dengan susah payah.
Meninggalkan pria itu yang tertegun di belakang.
Ternyata, ia… sedang datang bulan.
Tampak sosok kecil itu berjalan perlahan, membungkuk, dan terhuyung-huyung. Alhasil, ia mengikuti dari belakang dengan perasaan tertekan, dan tiba-tiba memiliki dorongan untuk bergegas dan menggendongnya.