Halo Suamiku!

Bersedia Berkomitmen (4)



Bersedia Berkomitmen (4)

1"Aku bisa mengerti kenapa ada pepatah seperti itu. Pada zaman kuno, jika seorang pria telah menyelamatkan seorang wanita cantik dan wanita itu menyukai si pria, maka si wanita akan mengatakan bahwa dia bersedia menyerahkan diri karena tidak dapat membalas kebaikannya. Jika wanita itu tidak bersedia, maka dia akan mengatakan bahwa tidak ada jalan kembali dalam kehidupan ini dan dia lebih suka membalasnya di akhirat."     

An Xiaoyang sontak tercengang mendengar pernyataan itu dan kemudian wajahnya tampak semakin memerah karena malu.     

Sementara Sang No terlihat tersenyum bahagia. Sampai akhirnya, ia menundukkan kepala untuk mengecup lembut bibir An Xioayang, "Sayang, aku sangat senang. Ternyata selama ini kamu sangat menyukaiku."     

Perasaan keduanya kini telah mencapai titik yang berbeda, yang tampaknya lebih kuat dan lebih dalam.     

Selama tinggal di sini, An Xiaoyang akan selalu makan di apartemen kecuali dua atau tiga hari dalam seminggu untuk menjenguk neneknya di siang hari.     

Karena semua makanan yang dihidangkan oleh bibi adalah makanan bergizi, alhasil, tubuh kurus An Xiaoyang telah menjadi semakin berisi, meski gumpalan dagingnya tidak terlihat dari luar. Apalagi tulang miliknya sangat kecil. Alhasil, perubahan itu akan terlihat jelas hanya saat menyentuhnya.     

Awalnya, ia hanyalah gadis kecil setinggi 160 sentimeter dengan tubuh yang lembut, yang mampu membuat Sang No penuh dengan darah impulsif dan kegelisahan saat melihatnya. Andaikan saja ia tidak menyentuhnya, maka gairah itu pasti masih dapat dikendalikan.     

"Xiaoyang, Xiaoyang..." Kini, Sang No mengendus lehernya seperti seseorang yang begitu tergila-gila.     

Mau tak mau, pikirannya diselimuti dengan gambaran indah yang pernah ia lihat sebelumnya. Sontak, tubuhnya menegang. Dengan perlahan, ia kemudian menyelipkan tangan di punggung An Xiaoyang yang putih dan kurus, lalu merambat ke atas seolah ingin menyelesaikan sesuatu…     

Apa yang ia lakukan saat ini membuat kepala An Xiaoyang serasa hendak meledak.     

Seketika terbangunlah keintiman di antara keduanya.     

Namun, An Xiaoyang segera mendorong tubuh Sang No menjauh dengan rasa malu dan takut yang menyelimuti. Tanpa menoleh, ia juga langsung bergegas pergi dari tempat itu.     

 ...     

Memang akan selalu ada sedikit pertengkaran antara keduanya setiap hari, tetapi hubungan mereka justru menjadi semakin manis setelah pertengkaran kecil itu. Meski pertengkaran demi pertengkaran terjadi silih berganti, tapi keduanya memiliki pemahaman diam-diam bahwa mereka tidak akan pernah mengucapkan kata-kata yang menyakitkan. Sejatinya, pertengkaran kecil memang harus dijadikan bumbu dalam kehidupan cinta agar semakin berwarna.     

Dan setelah pertengkaran kecil seperti itu, An Xiaoyang menyadari bahwa orang-orang dari organisasi V pasti tidak ada hubungannya dengan Sang No.     

Meski… ada satu orang.     

Yang sepertinya hanya memiliki kemiripan dengan kekasihnya.     

Hanya saja.     

Saat waktu sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam.     

Tiba-tiba An Xioayang merasakan sakit di perutnya. Saat berdiri, bagian bawah tubuhnya terasa sangat panas hingga membuat wajahnya memucat. Seketika itu juga, firasatnya mengatakan jika hal buruk telah terjadi.     

Jadwal datang bulannya memang tidak stabil, bahkan selalu terjadi tidak tepat waktu setiap bulan, ditambah ia sendiri juga lalai. Alhasil, ia tidak memiliki waktu untuk mempersiapkan jika datang bulannya tiba.     

Tentu ia ingin membeli pembalut saat itu. Karena waktu masih menunjukkan pukul setengah sembilan, jadi sepertinya belum terlalu larut.     

Lagipula, ada supermarket tidak jauh dari apartemen dan seharusnya belum tutup.     

Dengan segera, An Xiaoyang pergi ke kamar mandi, membersihkan diri sebentar, mengenakan mantel, dan berencana untuk meminta Sang No pergi bersamanya. Tapi tentu saja, ia tidak akan membiarkannya masuk ke supermarket. An Xiaoyang akan masuk ke dalam untuk membelinya sendiri, sementara pemuda itu hanya akan dibiarkan untuk menunggu di luar.     

Hanya saja, saat mengetuk kamar Sang No, tidak ada jawaban sama sekali. Juga, tidak terdengar ada pergerakan dari dalam.     

Apa dia sudah tertidur?     

Awalnya, Xiaoyang tampak ragu-ragu, tapi akhirnya, ia mencoba membuka pintu dan mendapati bahwa pintunya terkunci.     

Terkunci dari dalam.     

Itu berarti bahwa Sang No memang ada di kamar.     

Namun, karena tidak ada suara sedikit pun, mungkin Sang No benar-benar sudah terlelap.     

Hanya saja… kenapa ia harus mengunci pintu kamar? Mereka hanya tinggal berdua dan seharusnya An Xioayang-lah yang justru mengunci pintu. Tapi ini, Sang No…     

Dengan sedikit gelisah, An Xiaoyang mencoba menahan keraguan di lubuk hatinya dan menghela napas samar. Sampai akhirnya, ia kembali melihat waktu dan bergegas turun ke bawah.     

Ia hanya perlu keluar, lalu belok kiri sejauh 100 meter untuk tiba di supermarket. Meski ia merasa sedikit ragu karena keluar seorang diri, tapi ia mencoba memantapkan hati sembari mengunci pintu depan.     

Semuanya pasti akan baik-baik saja, kan?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.