Halo Suamiku!

Bersedia Berkomitmen (3)



Bersedia Berkomitmen (3)

0Tentu saja Sang No terpana.     

Bersedia berkomitmen seumur hidup?     

Apa artinya?     

"Sang No... Aku sudah memikirkannya matang-matang. Selama ini, kamu sudah melakukan terlalu banyak untukku, sedangkan aku tidak punya apa-apa. Jadi... karena kamu menyukaiku, aku bersedia menjadi milikmu."     

Begitu kata-kata itu terlontar dari mulutnya, Sang No benar-benar merasa semua ini seperti fantasi.     

Namun, ia segera bereaksi dan tidak bisa menahan diri untuk tidak mengerutkan alisnya sembari berkata, "Apakah sulit bagimu untuk bersamaku? Semua ini hanya karena aku telah begitu banyak melakukan sesuatu untukmu dan kamu pikir kamu berhutang banyak sehingga kamu bersedia untuk bersamaku?"     

Di akhir kalimatnya, Sang No tidak bisa menahan nada suaranya yang sedikit meninggi.     

Seolah-olah ia akan membunuh An Xiaoyang jika gadis itu berani mengatakan "Ya".     

Sedang An Xiaoyang benar-benar tersentak seraya melebarkan matanya.     

"Kenapa kamu tidak bicara!" Kini, Sang No merasa sedikit cemas. "Apa kamu merasa kesulitan jika ada seseorang yang membantumu? Dan karena kamu tidak memiliki imbalan apa pun, jadi kamu harus menukar dirimu sendiri?!"     

"Tentu saja, tentu saja tidak...!"     

Kali ini, wajah An Xiaoyang telah memerah karena marah, "Kenapa kamu bisa berpikir begitu?"     

"Jangan pedulikan apa yang aku pikirkan. Aku hanya ingin tahu apa yang kamu pikirkan sekarang!" Ucap Sang No seraya mendudukkan An Xiaoyang ke kursi seberang, kemudian menatap langsung ke arahnya. Kini, ia menginjak kaki kursi yang diduduki An Xiaoyang dan tidak membiarkannya bergerak. Sembari memasukkan tangannya ke dalam saku celana yang ia kenakan, Sang No sedikit menggertakkan giginya.     

An Xiaoyang sendiri sama sekali tidak menyangka jika Sang No akan salah paham. Sebenarnya, ia ingin membela diri dengan mengatakan bahwa dirinya telah menyukai Sang No sebelum mereka bersama.     

Tapi sekarang An Xiaoyang hanya mampu memalingkan wajahnya dan tidak bisa mengatakan apa-apa lagi.     

Suasana di antara keduanya begitu kaku selama sesaat. Tak bisa disangkal, Sang No sangat keras kepala kali ini, bahkan ia terus menundukkan kepalanya dan tidak bersedia berkompromi sama sekali. Tentu saja An Xiaoyang tahu bahwa ia salah paham dan marah. Meskipun ia sendiri merasa dianiaya, tapi saat memikirkan nyawanya—     

Hatinya tiba-tiba melunak.     

Tapi sangat sulit untuk menghindari rasa malu untuk mengatakan itu.     

Alhasil, setelah menggosok wajahnya dengan sedikit frustasi, An Xioayang menggigit bibir kecilnya, kemudian berkata perlahan tanpa memandang ke arah Sang No, "Tentu saja, aku bersamamu karena aku ... aku juga menyukaimu, tapi kita tidak bisa menyingkirkan fakta bahwa kamu telah melakukan begitu banyak untukku tanpa memedulikan hidupmu sendiri. Karena itulah aku benar-benar merasa berhutang terlalu banyak padamu, dan aku tidak bisa mengembalikan apa pun kecuali... kecuali diriku sendiri."     

An Xiaoyang tidak pernah berani menatap Sang No. Apalagi saat ini, jantungnya serasa hendak melompat keluar, "Jadi, jadi aku… hanya bisa bersedia memberikan komitmen."     

Tak pelak lagi, jantungnya berdetak lebih cepat dan bahkan ia lebih takut untuk melihatnya.     

"An Xiaoyang?"     

"... Uh, huh?"     

Ia masih terus saja menghindar.     

Tiba-tiba, dagunya serasa terjepit dan tepat di detik berikutnya, Sang No telah menggigit lipatan bibirnya dengan keras. Tanpa memedulikan apa pun, Sang No masuk begitu saja dan menyerbu sembarangan hingga membuat An Xiaoyang merasa kesakitan.     

Ketika pandangannya sudah mengabur dan napasnya sedikit terengah-engah, akhirnya Sang No sedikit menjauhkan diri. Kemudian, terdengar Sang No bergumam padanya, "Jika orang yang mempertaruhkan hidupnya untukmu bukan aku, maukah kamu bersedia memberikan komitmen untuk orang itu?"     

Tanpa ragu, An Xiaoyang menggelengkan kepalanya sembari meletakkan tangannya di leher Sang No. Lalu, rambut pendeknya yang lembut mengusap leher itu, dan suaranya yang menenangkan seperti berdenting dalam gelapnya malam, "... Tidak. Dalam hal ini, aku hanya bisa mengutip pepatah yang mengatakan jika wanita hanya bisa memberikan imbalan tubuhnya sendiri pada pria yang disukainya saat tidak memiliki apa-apa."     

"Karena kamu menyukaiku, jadi kamu bersedia berkomitmen tanpa imbalan apa pun?" tanya Sang No sambil menundukkan kepala untuk mencium keningnya.     

"... Yah, aku menyukaimu." ucap An Xiaoyang dengan wajah tersipu.     

Tiba-tiba, terdengar tawa renyah yang keluar dari mulut Sang No, "Ternyata para gadis memang sangat berhati-hati sejak lama."     

"Hah?" An Xioayang tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Ini tidak ada hubungannya dengan yang sedang mereka bahas.     

Namun kali ini, bibir Sang No telah diselimuti dengan sedikit lelucon…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.