Bersedia Berkomitmen (2)
Bersedia Berkomitmen (2)
Kini, wajah An Xiaoyang terlihat sangat pucat dan bulu matanya gemetar.
Mungkin semua kebaikan Sang No untuknya adalah sesuatu yang benar-benar tidak bisa dibalas.
Dan saat ini, An Xiaoyang langsung berhenti memikirkan organisasi V. Semua pemikirannya telah tercurahkan sepenuhnya untuk Sang No dan ia berjanji dalam hati akan menjadi lebih baik untuknya.
...
Malam itu, Sang No dan An Xiaoyang telah kembali ke apartemen untuk makan malam. Saat itu, bibi sudah berkemas dan pergi, meninggalkan dua remaja itu yang sibuk dengan hidangan di atas meja.
Saat makan malam, An Xiaoyang benar-benar bertingkah jauh dari biasanya. Kali ini, ia mengambil inisiatif untuk mengapit beberapa hidangan untuk Sang No dan memintanya untuk makan lebih banyak. Bahkan saat minum sup, ia meniupnya terlebih dulu dengan lembut, baru kemudian menyuapkannya dengan perlahan.
Tentu perlakuan itu membuat Sang No merasa tersanjung.
"Ada apa denganmu hari ini? Apa kamu melakukan sesuatu yang membuatku marah?" Mau tak mau, Sang No bertanya keheranan setelah ia menikmati sup yang diberikan kekasihnya dengan lembut.
Namun, An Xiaoyang sama sekali tidak bersikap seolah menyembunyikan apa pun. Setelah mendapat pertanyaan itu, ia hanya meletakkan sumpitnya, lalu menatap Sang No dengan serius, "Aku benar-benar minta maaf."
"Apa?"
Tanpa ragu, Sang No langsung menarik tubuh kecilnya dan mendudukkannya di pangkuan. Tentu An Xiaoyang merasa malu dan buru-buru mencoba untuk menyingkir, tapi tubuhnya telah terpenjara dengan ketat dan diiringi wajah garang yang ditampilkan oleh Sang No, "Katakan padaku, apa kamu memiliki orang lain di luar sana?!"
Begitu An Xiaoyang mendengar ini, matanya tidak bisa menahan diri untuk tidak membelalak, "Apa yang kamu katakan!"
Kemudian, ia dipaksa untuk bersandar di lengan Sang No, baru kemudian ia berkata perlahan, "Aku dengar dari Shi Yu bahwa kamu yang menyelamatkanku malam itu. Shi Yu juga mengatakan jika orang-orang dari organisasi V tidak datang, hidupmu akan..."
Ketika sampai pada kalimat ini, An Xiaoyang tampak berhenti sesaat. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya melanjutkan perlahan, "Sang No, kamu telah melakukan terlalu banyak untukku, tapi aku tidak tahu semua tentang itu. Kamu begitu baik padaku... Aku bahkan merasa tidak ada hal setimpal untuk bisa membalasnya."
Dari yang awalnya ia tidak memiliki uang, sekarang ia sudah tidak perlu lagi bekerja.
Dan semua perlakuan Sang No telah memberinya segalanya, segala sesuatu yang bahkan ia tidak berani harapkan.
Dan sesaat setelah Sang No mendengar apa yang An Xiaoyang katakan, ia sedikit mengernyit sembari mencibir, "Jangan dengarkan omong kosongnya. Mulut Shi Yu memang benar-benar gatal, padahal aku sudah memintanya untuk jangan mengatakannya. Lagipula, itu bukan apa-apa. Saat itu, kami semua bersama dan situasinya tidak separah yang kamu pikirkan... "
Setelah ia selesai mengatakannya, Sang No tiba-tiba merasa lengan bajunya digulung.
Begitu menunduk, ia mendapati An Xiaoyang sedang melihat bekas luka panjang di lengannya yang belum pudar. Seketika, ia terdiam sesaat.
Lukanya memang tidak dalam, tapi masih meninggalkan jejak yang mencolok. Sepertinya butuh waktu lama untuk kulitnya kembali seperti semula.
Bagi Sang No, luka ini tidak terlalu serius.
Namun harus diakui jika malam itu benar-benar bukan sekadar lelucon. Lawan yang menyerang saat itu adalah penjahat dengan kasus pembunuhan. Ya, bisa dibilang An Xioayang benar-benar akan mati jika tidak ada yang datang menyelamatkan.
Jadi Sang No tidak punya pilihan selain berusaha keras.
Tentu ia tidak bisa membiarkan mereka membawa An Xiaoyang.
Kini, Sang No menatap gadis kecil itu dengan kepala tertunduk. Gadis itu sudah tidak lagi berbicara, hanya meringkuk ke dalam lengannya seperti anak kucing dengan mata sedikit memerah. Dan ketika melihat luka Sang No, ia dengan lembut mengulurkan tangan kecilnya dan perlahan mencoba menyentuhnya.
Karena Sang No tidak ingin An Xioayang merasa khawatir, mau tak mau ia memegang tangannya dan mendesis dengan suara rendah, "Ini? Hanya sedikit bekas luka pada pria yang bisa membuatnya semakin maskulin. Luka kecil ini masih..."
"Sang No, aku bersedia membuat komitmen seumur hidup."
Kata-kata itu tiba-tiba saja terlontar.
"A, apa…?"