Kebenaran Dibalik Bullying (1)
Kebenaran Dibalik Bullying (1)
Siswi tersebut akhirnya diberitakan bunuh diri karena mengalami depresi dan tidak ada pengawasan di rooftop, sehingga tidak ada bukti nyata yang mengatakan bahwa kematian ini disebabkan oleh pembunuhan, alih-alih bunuh diri.
Harus diakui jika hal ini juga terkait dengan reputasi dan keamanan sekolah. Sebelum polisi menyelidiki para siswa di sekolah, kepala sekolah secara pribadi telah mengatakan kepada mereka untuk tidak mengatakan apa yang tidak seharusnya mereka katakan.
Bagaimanapun, tahun ketiga SMA adalah kelas kunci akhir dari penentuan masa depan mereka.
Saat itu, polisi menyelidiki setiap siswa di kelas mereka. Banyak orang mengatakan bahwa siswa yang "bunuh diri" itu tidak banyak berbicara dan tidak suka berteman, sehingga mereka tidak memiliki banyak kontak dengannya dan tidak tahu mengapa ia memutuskan untuk melompat dari atap gedung. Kebanyakan dari mereka berasumsi jika itu dikarenakan tekanan belajar yang tinggi.
Sementara keluarga siswi itu adalah keluarga biasa. Mereka terus menangis dan membuat masalah berkali-kali. Bahkan mereka terus menyebutkan jika tidak mungkin bahwa anaknya menginginkan bunuh diri.
Menghadapi semua ini, An Xiaoyang tahu bahwa masalahnya memang bukan seperti itu.
Siswi perempuan cantik di kelasnya itu jelas dibawa ke atap oleh seorang siswi perempuan di kelas dan gadis-gadis di kelas lain. Kemudian, ia didorong ke bawah.
Hanya karena gadis cantik itu disukai oleh lelaki yang disukai salah satu dari mereka, mereka menggertaknya setiap hari, melecehkannya tanpa ampun, dan bahkan menelanjangi pakaiannya serta merekam video.
Saat itu, An Xiaoyang mendengar pertengkaran mereka dan bersembunyi di posisi yang tidak terlihat untuk menyaksikan semuanya.
Sayangnya, mereka menemukan dirinya.
Gadis-gadis itu dengan keras mengatakan kepadanya bahwa ia diminta untuk menganggap tidak melihat pemandangan itu. Jika tidak, akhir dari gadis yang melompat dari gedung barusan akan menjadi ajalnya.
Meskipun ia mengatakan tidak akan membeberkannya, mereka jelas tidak akan melepaskannya begitu saja. Awalnya, mereka hanya menggertaknya, mendorong, dan menendangnya sepulang sekolah, dan bahkan mencari orang-orang dari sekolah lain untuk mengintimidasinya.
Hanya saja, hal seperti itu hanya terjadi selama seminggu sebelum akhirnya Sang No menyadarinya.
Sejujurnya, Sang No tidak tahu mengapa mereka menargetkan An Xiaoyang. Selama itu, ia hanya mengira jika yang dilakukan mereka adalah intimidasi sekolah biasa. Alhasil, ia mulai melindunginya dan melawan mereka.
Tetapi, setiap tengah malam, An Xioayang sering memimpikan wajah teman sekelas perempuan yang sudah meninggal itu. Kemudian, ia bangun dengan keringat dingin, meringkukkan tubuhnya, dan menutup mulutnya di kamar tidur sembari menangis dengan sedih.
Lubuk hatinya terus memohon ampunan.
Tapi apa yang bisa ia lakukan?
Ia hanya orang yang lebih kecil dari semut. Selama ini, ia hanya ingin mengubah nasibnya dengan satu-satunya cara yaitu mengikuti ujian masuk perguruan tinggi yang ada.
Dengan begitu, tentu ia tidak mampu menyenggol keluarga-keluarga para siswi itu dan ia tidak boleh masuk penjara di bawah usia 18 tahun. Paling-paling, jika ia mengungkapkannya, entah seperti apa kematian yang telah menunggunya.
Jadi, ia ketakutan dan terus diintimidasi oleh mereka, dan hatinya sudah sangat terluka. Selama itu juga, ia selalu diselimuti oleh ketegangan dan serasa diikat kuat dengan seutas tali di benaknya, mencoba bertahan dari ujian masuk perguruan tinggi, dan setelahnya melarikan diri dari sini.
Padahal, ia hanya salah satu orang yang mengetahui kebenaran.
Dan selama dua atau tiga bulan ini, ia sangat berterima kasih atas bantuan Sang No.
Saat di sekolah, Sang No selalu mengikutinya, bahkan saat ia bekerja di luar sekolah. Jika ia bertemu mereka dalam perjalanan pulang, Sang No akan langsung bergegas untuk menahannya agar ia melarikan diri atau membiarkannya pergi sendiri.
Namun, setiap kali ia melihat Sang No terluka, hatinya akan merasa semakin tidak nyaman——