Adegan Paling Memalukan dalam Sejarah Pohon Wutong (2)
Adegan Paling Memalukan dalam Sejarah Pohon Wutong (2)
Sementara An Xiaoyang yang mendengarnya hanya menarik senyum dari mulutnya, lalu menundukkan kepalanya, dan hendak berjalan pergi tanpa berkata-kata.
Suasana seketika menjadi genting, seperti letusan gunung berapi yang memuntahkan magma.
Tepat di saat An Xiaoyang melewati Sang No, tiba-tiba sebuah tangan terulur untuk menangkapnya. Mungkin karena An Xiaoyang tidak memikirkannya, tetapi Sang No tidak ingin ia pergi seperti ini, jadi ia buru-buru menariknya tanda sadar.
Namun, udara di sekitar seolah membeku dalam sekejap.
Keduanya berdiri di taman bermain, tepat di bawah pohon Wutong, salah satu memunggungi yang lainnya, dan tidak ada yang bisa bergerak.
Kini, kemarahan laki-laki yang berdiri di sana—
Seketika dipadamkan tanpa bisa dicegah setelah ia melihat jika dirinya menarik tali pengait pakaian dalam gadis itu dari belakang dan meraihnya melalui kemeja putih tipis yang telah dicuci itu.
Saat ini, ia berdiri di sana dengan bodoh.
Sementara gadis kecil itu benar-benar bingung, tetapi ketika ia merenungkan apa yang sedang terjadi, wajah kecilnya sontak memerah dan bahkan hampir meneteskan darah.
Akhirnya, Sang No berkedip dan tiba-tiba melepaskan tangannya.
"Cletak…!"
Sesaat setelah suara yang entah apa terdengar, An Xiaoyang berteriak kesakitan di saat yang bersamaan.
Yang membuat tubuh kurusnya bergetar.
Namun, di detik berikutnya, setelah pengait pakaian dalam itu memantul kembali, akhirnya tali itu mengendur dan mengencang, dan tiba-tiba terbuka.
Seketika, dua orang itu tampak sama-sama terkesiap, "..."
Pakaian dalam milik An Xiaoyang tertekuk di kemejanya dan terpisah. Saat itu juga, wajah kecilnya memerah dan ia malu setengah mati. Dengan segera, tangannya ditekan ke belakang.
Menurutnya, ini bukan waktu yang tepat untuk mengaitkannya kembali di depan Sang No. Karena itu, ia harus kembali ke kelas. Tapi sepertinya, pilihan itu lebih salah!
Dalam adegan ini, tentu saja ia tampak berbeda dari dirinya yang baru saja mengucapkan kata-kata tenang dan kejam sebelumnya.
Tapi rasa malunya telah benar-benar menyelimutinya dan ia tidak bisa kembali seperti ini. Dengan cepat, ia melihat sekeliling dan buru-buru mengikat pengait pakaian dalamnya. Kini, ia benar-benar merasa cemas sekaligus malu, tapi ia tidak peduli apa yang akan Sang No pikirkan sekarang.
Tapi entah karena takut ketahuan atau diawasi Sang No, alhasil An Xiaoyang justru tidak bisa mengikatnya dengan benar.
Sedangkan Sang No yang berdiri di belakangnya tentu bisa melihat bagaimana ia yang tidak bisa melakukannya…
Telinganya perlahan berubah menjadi merah dan sorot matanya menjadi sedikit berbeda.
Kecelakaan seperti itu sepertinya berhasil memadamkan api amarah di hati Sang No. Kini, ia hanya bisa mendapati penampilannya yang malu. Entah bagaimana, kepalanya tiba-tiba menghangat dan ia berkata, "Kenapa tidak memintaku untuk membantumu?"
Begitu kata-kata ini terlontar, Sang No seketika ingin menggigit lidahnya.
Benar saja, An Xiaoyang tidak bisa menahannya lagi. Tiba-tiba, ia menghentakkan kakinya dengan marah, bahkan mata merahnya yang besar penuh dengan keluhan, "Penjahat sialan!"
Setelah mengatakannya, ia berlalu pergi, bahkan tanpa mengencangkan pengait pakaian dalam di punggungnya.
Rupanya Sang No justru menundukkan kepalanya dan mengutuk dengan suara rendah. Kemudian ia dengan cepat menyusulnya sembari segera melepas mantel seragam sekolahnya. Ketika ia melewatinya, ia melemparkan jas itu langsung padanya, "Tutupi pakai itu!"
Setelahnya, Sang No berlalu seperti angin.
Meninggalkan An Xiaoyang yang kehabisan kata-kata di belakangnya, "..."
Dan ketika melihat sosok pemuda itu yang melarikan diri di depannya, emosi rumit sontak melintas di bagian bawah matanya.
Setahun yang lalu, ia melihat Sang No sebagai sosok yang begitu buruk, karena lelaki itu selalu menarik rambutnya dan selalu menendang bangkunya. Setiap kali ia melihat ke belakang, lelaki itu akan menunjukkan wajah polos, terutama ketika ia menendang bangku——