Halo Suamiku!

Jika Kamu Bohong, Tolong Teruslah Berbohong (3)



Jika Kamu Bohong, Tolong Teruslah Berbohong (3)

2Semuanya tampak begitu alami.     

Sepertinya sudah tidak ada lagi yang bisa menahan tubuh bagian bawah milik Bo Jing yang telah lama memberontak. Tanpa ragu, pakaian atas yang dikenakan oleh Josh langsung terkoyak berkeping-keping dan suara yang pecah akhirnya ditelan gelapnya malam.     

  **     

Malam semakin larut..     

Awan gelap mengapung di langit malam.     

Setengah tertutup dan setengah lagi menutupi birunya langit.     

Seperti lengan ramping wanita yang melengkung begitu indah.     

Dan di dalam kamar tidur itu.     

Cinta keduanya semakin dalam.     

Kini, mata Bo Jing telah memerah. Tanpa terasa, ia tiba-tiba tersentak dan bertanya pada Josh, "Josh, kamu mencintaiku atau tidak… kamu mencintaiku atau tidak?"     

Suaranya tidak lagi kuat, tidak lagi begitu dingin dan keras seperti sebelumnya, melainkan justru terlalu banyak cinta dan kesakitan yang meremas, dan ia bertanya seperti kehausan.     

Keringat dan napasnya kini telah beradu.     

Sementara Josh, menggigit bibirnya kuat-kuat dan tidak menjawab, karena ada suara hati lain yang tampaknya mengikatnya dengan kuat.     

Ia benar-benar malu.     

Sekali waktu, ia selalu mengira jika Bo Jing adalah pria yang menyukai kakaknya, namun sekarang, pria itu justru tidur dengannya. Begitu kesalahpahaman ini terjadi, sulit baginya untuk tidak memikirkan kakaknya, dan selama ia teringat akan kakaknya, sulit baginya untuk menyatakan cinta.     

Namun ia tahu bahwa semuanya sudah berakhir.     

Ia harus melihat ke depan dan mencoba yang terbaik untuk melakukannya. Jadi apa pun yang terjadi sekarang, ia tidak boleh menyesalinya.     

Akhirnya, ia mengumpulkan semua keberanian dan tekad yang ia punya untuk meneriakkan satu kalimat dengan suara serak, "Ya, ya... aku mencintaimu."     

Begitu kalimat "aku mencintaimu" terlontar dari mulutnya, sontak semua gerakan Bo Jing terhenti seketika.     

Darah seolah berhenti mengalir di seluruh tubuhnya.     

Rambut Josh yang basah, matanya yang mengabur, pipi yang memerah, dan kini air mata mengalir tak lagi bisa dibendung. Ia hanya mampu terisak dan menatapnya.     

Sementara Bo Jing masih sangat tercengang.     

Semua ini masih terdengar seperti ilusi.     

Perlahan akhirnya Josh meletakkan tangannya di leher Bo Jing, menariknya ke bawah, lalu dengan lembut berkata di telinganya, "Ya, aku mencintaimu..."     

Kini, mata merah Bo Jing menatapnya dengan lekat untuk sejenak.     

Dan itu bertahan cukup lama.     

Namun tiba-tiba, hanya ada satu kata terlontar dari mulut Bo Jing, "Bohong."     

Josh semakin kuat menggigit bibirnya dan air matanya semakin deras mengalir.     

Ia tahu bahwa meski ia mengatakan sesuatu, Bo Jing tidak akan mempercayainya.     

Sedangkan Bo Jing selalu ingin melelehkannya menjadi darahnya sendiri.     

Saat ini, di luar malam yang gelap, entah sejak kapan hujan mulai turun secara bertahap, dari hujan yang terputus-putus hingga membesar secara tiba-tiba. Kilat, guntur, dan hujan badai akhirnya mulai menerjang.     

Dan hujan telah menyatu bersama dengan malam, yang tampaknya telah menjadi latar belakang mereka.     

Sementara itu, Josh terus diganggu oleh Bo Jing berulang kali. Ketika akhirnya ia telah benar-benar lemas, sepertinya ia merasakan bibir Bo Jing mendekat ke arahnya, lalu terdengar bisikan samar di belakang telinganya, "Josh, jika kamu berbohong padaku, tolong berbohonglah padaku seumur hidupmu."     

Jika kamu berbohong padaku, tolong berbohonglah padaku seumur hidup.     

Sotak, jantung Josh serasa tertusuk ribuan jarum. Mulutnya hanya bisa membisu dan ia tidak bisa berbicara, tetapi di lubuk hatinya, ia menjawab dengan tegas, "Oke."     

Seumur hidup, selamanya.     

  **     

Setelah balap mobil terakhir telah selesai digelar, pengantin baru itu pergi ke sebuah pulau yang indah di Eropa untuk berbulan madu.     

Kini, mereka harus meninggalkan Roma.     

Dan sekarang, di markas Roma, tepatnya di kediaman Jun Hang.     

Youyou baru saja membuat sarapan. Sebelum ia membawanya ke meja, tiba-tiba telepon rumah di ruang tamu berdering.     

Youyou tampak sedikit terkejut. Dalam benaknya, siapa yang menelepon pagi-pagi sekali.     

"Halo, siapa di sana?"     

Ia segera mendekat untuk mengangkat panggilan itu.     

Namun hanya terdengar keheningan di ujung telepon , "...."     

Kini, kerutan dalam tampak di dahi Youyou. Jangan-jangan hantu yang menelponnya?     

Tepat ketika pemikiran itu terlintas, Youyou akhirnya bisa mendengar suara napas dari seseorang di seberang telepon. Entah kenapa, bulu kuduknya berdiri dan wajah seseorang seketika muncul di dalam benaknya.     

"Halo? Bicaralah! Aku tahu kamu bisa mendengar."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.