Halo Suamiku!

Pengantin yang Sesungguhnya di Pesta Pernikahan (1)



Pengantin yang Sesungguhnya di Pesta Pernikahan (1)

0"... Jika kalian bahagia, kakak akan merasa damai dalam keabadian. Kakak ingin melihat kedua orang yang kakak cintai baik-baik saja..."     

Itu dia. Tidak ada satu patah kata pun yang bisa dibuat untuk menyangkalnya.     

Ini adalah keinginan terbesarnya sebelum ia meninggal.     

Sebenarnya, setelah menyetujui rencana untuk menikah, ia memiliki rencana sendiri di dalam hati… Ia adalah orang sekarat, jadi bagaimana ia bisa mengikatnya ... Terlebih lagi, adiknya menyukai pria ini. Ia memang sangat luar biasa dan merupakan hal yang manusiawi untuk menyukainya. Keduanya adalah orang yang ia cintai. Jadi ia berharap Bo Jing bisa merawat adiknya dengan baik.     

Bagaimanapun, adiknya adalah orang yang kuat dan berani, tetapi ia begitu berhati-hati untuk menyembunyikan cintanya     

Sampai akhirnya, Josh setuju.     

"Tolong… panggilkan dia."     

Dengan ragu-ragu, Josh bangkit berdiri.     

"... Josh, ayo…"     

Dengan kalimat penegasan dari kakaknya, akhirnya Josh beranjak pergi.     

Dan ia sangat jelas tahu bahwa ketika ia pergi, sesuatu telah menjadi kesimpulan yang sudah pasti.     

Karena sebelumnya, ia telah bertaruh dengan Bo Jing dalam ajang kompetisi balap mobil. Dalam kesepakatan mereka, jika Bo Jing menang, maka Josh-lah yang harus menikah dengannya karena kakaknya tidak menghadiri pesta pernikahan, namun ia tidak mau.     

Ia tidak ingin menikah atas nama kakaknya.     

Kedua, ia jelas tahu bahwa itu adalah pria yang disukai kakaknya, tapi di sisi lain, ia juga mencintainya. Bagaimanapun, ia benar-benar harus menjaga hubungan dengan Bo Jing karena pria itu adalah kakak iparnya.     

Ada beberapa hal yang memang menyakitkan untuk dipendam. Meski lubuk hatinya mencoba menyembunyikan kekaguman yang besar, tapi ia juga harus mengakui kenyataan.     

Ia tidak ingin menanggung rasa bersalah pada kakaknya, apalagi jika harus menikah dengan pria itu sebagai pengganti.     

Tampaknya ini akan tidak adil bagi siapa pun.     

Namun, sekarang semuanya tampak berbeda…     

Lusa, ia akan menikahi dengan Bo Jing atas namanya sendiri. Tetapi ia tidak hanya melahirkan cintanya yang dalam, melainkan juga kekaguman kakaknya pada pria itu.     

Josh akan mengambil cinta ganda untuk mencintainya.     

Namun tak bisa dipungkiri, untuk pernikahan yang akan digelar lusa, ia tentu tidak begitu bahagia. Meski pada akhirnya, ia akan menikahi seseorang yang ia cintai.     

Karena ia tahu bahwa Bo Jing tidak mencintainya.     

Di matanya, Bo Jing hanya menganggap dirinya sebagai adik.     

Tapi... ia harus membuat Bo Jing jatuh cinta pada dirinya, kan?     

Ia ingin bahagia dan juga membuatnya bahagia. Tidak hanya itu, ini juga merupakan keinginan dari kakaknya.     

  **     

Setelah ia meminta Bo Jing untuk masuk, pria itu masuk tanpa ragu-ragu.     

Dan Josh, hanya bisa menatapnya dari punggungnya menghilang.     

Ia tidak tahu apa yang akan kakaknya katakan pada Bo Jing. Apakah kakaknya akan meminta Bo Jing agar menikah dengannya atas namanya sendiri? Kalau begitu, apa yang akan Bo Jing pikirkan nanti.     

Mungkin ia akan menyetujuinya.      

Lagi pula, Bo Jing sangat mendengarkan kakaknya sehingga ia tidak pernah mengatakan apa-apa.     

Berbeda dengan dirinya yang begitu mendominasi dan memaksa, seolah-olah ia tidak bisa melakukan semuanya sendiri tanpa pria dewasa dan hanya bersikap lembut pada satu orang, kakaknya.     

Kini, Josh berjongkok di tanah. Ia tidak lagi ingin memikirkan hal-hal yang mengganggunya. Yang ia pikirkan sekarang hanyalah semua yang telah ia dan kakaknya lakukan selama ini.     

Hidup memang benar-benar kejam.     

Ia masih mengingat jelas hari di mana orang tuanya meninggal dalam kecelakaan mobil. Itu bertepatan dengan hari ulang tahunnya. Dalam perjalanan pulang kerja, ayahnya menjemput ibunya dan membeli kue bersama, tapi terjadi kecelakaan tak terduga dan mereka ditabrak truk besar.     

Pada saat itu, ia terus berlari dengan nakal dan bertanya pada kakaknya dengan gelisah ke mana ayah dan ibunya pergi dan mengapa mereka tidak kembali.     

Kakak mengatakan jika mereka sedang membelikan kue. Tentu saja ia menunggu dengan bahagia kala itu.     

Namun, yang datang bukanlah kue, ayah atau ibu, melainkan telepon dari kerabat. Setelah mendengar apa yang dikatakan seseorang di seberang telepon, kakak tidak berbicara lama, dan akhirnya memberitahunya——     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.