Halo Suamiku!

Seluruh Keluarga (3)



Seluruh Keluarga (3)

2Tapi Ye Zi justru semakin mendekat dan duduk di sana.      

Ye Zi sangat sederhana dan murni, ia juga tidak terlalu memikirkan banyak hal. Bagaimanapun, Su Xun adalah orang yang bisa membuatnya merasa nyaman.     

Tak lama berselang, ia membuka suara, "Kamu tidak mengantuk? Bukankah kamu mengatakan mengantuk sebelumnya? Jika kamu belum mengantuk, kenakan pakaianmu dan mari kita duduk di balkon sebentar."     

Dengan begitu, mereka bisa menghindari rasa malu dari keluarga Su Xun dan bisa dengan leluasa berbicara berdua.      

Lagi pula, ketika dua orang bersama, mereka perlu banyak berkomunikasi. Komunikasi adalah jembatan dalam sebuah hubungan. Kalau tidak, hubungan Ye Zi dengan An Yan tidak akan memiliki kejelasan seprti sekarang, meskipun ia melakukan itu untuk kebaikan bersama.     

Mendengarnya mengatakan hal ini, wajah Su Xun menjadi tidak wajar. Ia mundur sedikit, memegang lengannya, dan ingin mengambil pakaian.     

Namun Ye Zi lebih dulu beranjak ke lemari pakaiannya, mengeluarkan baju tidur hangat untuk Su Xun, membantunya berganti pakaian, dan kemudian mendorongnya ke balkon untuk duduk sebentar.     

"Tadi saat di lantai bawah, Kak Su Li menumpahkan air ke tubuhku. Ibumu mengambilnya dan mengeringkannya. Sekarang, aku hanya bisa mengenakan pakaianmu dulu dan baru akan pulang jika pakaianku sudah selesai." Dengan suara rendah, Ye Zi menjelaskan pada Su Xun sembari menutupi tubuhnya dengan selimut. Gerakannya sangat teliti.     

Sementara di sisinya, dasar hati Su Xun seperti angin musim semi, terasa hangat dan menenangkan.     

Kemudian Ye Zi duduk di kursi samping Su Xun. Mereka duduk bersama di balkon terbuka di balik tirai, memandangi langit malam dengan pemandangan laut di kejauhan, dan bintang-bintang yang menyebar di langit.     

Suasana itu indah dan romantis untuk sesaat.     

Sebenarnya, Su Xun memiliki banyak hal untuk dikatakan pada Ye Zi, terutama hubungan mereka yang tampaknya belum pasti saat ini.     

Tapi di lubuk hatinya, ia selalu khawatir.     

Karena ia tidak tahu mengapa Ye Zi bisa memaafkan dirinya.     

Apakah itu benar-benar karena "kematiannya"?     

Tapi, ini bukan seperti yang terlihat, bukan karena simpati, bukan karena... kasihan…      

Yang Su Xun rasakan adalah… kasih sayang dan cinta dari Ye Zi.      

Karena berpikir demikian, akhirnya ia memutuskan untuk bertanya pada Ye Zi.      

"Ye Zi, sebenarnya, setelah aku melakukan hal yang menyakitimu itu, hatiku sangat putus asa, dan aku tidak pernah berani meminta pengampunanmu, dan sekarang ..." saat mengatakannya, mata Su Xun sedikit terkulai. Ia mengulurkan tangannya untuk menutupi wajahnya perlahan dan mau tidak mau melanjutkan, "... Jadi bisakah kamu memberitahuku alasannya mengapa kamu melakukan semua ini?"     

Mengapa Ye Zi bersedia memaafkannya.      

Biarkan Su Xun mengetahui seberapa nilainya sendiri dan tidak asal menebak. Karena terlalu mengkhawatirkan jika ia harus mempertimbangkan untung dan ruginya.      

Begitu pertanyaan itu terlontar, Ye Zi sedikit tertegun.      

Tapi tidak ada yang harus ditutup-tutupi.      

Akhirnya, Ye Zi menundukkan pandangannya dengan tenang dan berkata perlahan, "Su Xun, sebenarnya, aku bisa membuat pilihan seperti ini karena aku telah meletakkan sebagian besar rasa sakit yang aku rasakan sebelumnya. Tidak peduli kapan hari itu tiba, cepat atau lambat, kematian akan selalu ada di depan mata...      

Tidak mudah bagi orang untuk menjalani hidup seperti ini. Aku rasa sekarang, aku hanya perlu bersikap baik pada orang yang aku cintai."     

Setelah jeda sesaat, senyum tipis dan tulus muncul di sudut bibir Ye Zi, "Aku hanya ingin hidup sederhana. Orang harus tahu bagaimana cara menyerah, menyerah agar bisa mendapat kedamaian setelahnya."     

Sebuah kebiasaan yang harus ia bentuk sekarang adalah membuang banyak hal sekaligus.      

Dan Ye Zi tidak hanya membuang beberapa hal saja, semua yang tidak perlu, terlebih sesuatu yang rumit untuk dilakukan, akan ia tinggalkan. Kali ini, ia juga berani memilih untuk menyerah pada beberapa hal.     

Misalnya, emosi negatif yang memengaruhi dirinya dalam cinta.     

Ia akan berterus terang pada dirinya sendiri, pada orang-orang yang ia cintai, bahwa kematian tidak akan pernah jauh dari kehidupan ini. Jadi, ia berharap bisa hidup dengan baik, bukan?      

Ia akan melepaskan belenggu yang menjerat Su Xun dan juga yang menjerat dirinya sendiri.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.