Halo Suamiku!

Bajingan Tengik yang Menemaninya ke Kamar Mandi (2) 



Bajingan Tengik yang Menemaninya ke Kamar Mandi (2) 

0Tapi pandangannya saat ini.      

Tertuju pada kedua anaknya yang sedang makan. Saat menyandarkan diri di kepala ranjang, tak lama berselang, ia merasa ingin pergi ke kamar mandi.      

"Tidak, kamu tidak bisa banyak bergerak sekarang. Aku akan memanggil perawat dan--"     

"Tidak, tidak, aku ingin ke kamar mandi." Sang Xia merasa bahwa kondisinya tidak terlalu buruk. Ia tidak ingin menyelesaikan masalah internal tubuhnya di tempat tidur dan diurus oleh Rong Zhan. Tidak peduli seperti apa hubungan mereka sekarang, tapi yang pasti, keadaan psikologisnya saat ini masih tidak bisa menerima semua ini.     

Akhirnya, Rong Zhan tidak punya pilihan lain selain dengan hati-hati membantunya bangun, dan kemudian ia berjongkok untuk membantu Sang Xia mengenakan sepatunya.     

Ketika Sang Xia melihat adegan ini, mulutnya sedikit terbuka.     

Ini tampak luar biasa.      

Dan tentu saja, Rong Zhan juga harus menemaninya ke kamar mandi. Menyadari itu, Sang Xia dengan cepat menarik napas dalam-dalam dan meraihnya, "Tidak, tidak, awasi saja anak-anak. Aku akan pergi sendiri."     

"Tidak, kamu masih belum mampu berdiri dengan stabil. Anak-anak baik-baik saja, jangan khawatir. Yang paling penting adalah menjaga dirimu sendiri sekarang." Setelah mengatakannya, Rong Zhan langsung mengabaikan semua perlawanan Sang Xia dan segera menggendongnya.     

Sontak, wajah Sang Xia berubah menjadi merah.      

Namun, sakit kepala yang dideritanya tak kunjung usai dan ia masih merasa kebingungan.      

Begitu tiba di dalam kamar mandi, Rong Zhan membantunya memperbaiki posisinya di toilet, memintanya duduk dengan hati-hati, lalu melepas celananya yang longgar. Sementara itu, Sang Xia menempel di pinggangnya, dan semua kata-kata yang ada di otaknya seolah tersumbat di tenggorokan. Dengan sedikit terbata, akhirnya ia mampu mengucapkan kalimat, "Biar aku saja, aku akan melakukannya sendiri. Kamu bisa keluar sekarang dan tunggu aku selesai."     

Mendengar itu, Rong Zhan menarik sedikit sudut bibirnya dan mencibir. Ada keraguan samar di bagian bawah matanya, "Sayang, ada apa denganmu? Ketika kamu melahirkan anak-anak lebih dari tiga bulan yang lalu, aku yang selalu merawatmu dan pergi ke kamar mandi seperti ini adalah hal biasa. Sekarang kamu jadi malu?"     

Begitu Sang Xia mendengar ini, ia terkejut. Pada saat yang sama, ia tidak bisa menahan rasa panas di wajahnya dan dengan ragu-ragu berkata, "Itu, itu aku ..."     

Sial, ia tidak tahu apa yang harus ia katakan sekarang. Ia tidak tahu apa-apa. Bagaimana ia bisa tahu bahwa Rong Zhan harus mengikutinya ketika ia pergi ke kamar mandi.     

Selain itu, waktu itu ya waktu itu. Jadi, bagaimana sekarang ia bisa pergi ke kamar mandi di depan seorang pria yang "merebut dan merampas dirinya dan hanya bermain nakal terhadapnya hari demi hari"?     

Namun, saat melihat mata Rong Zhan yang sempit dan panjang, Sang Xia akhirnya hanya menggertakkan giginya sambil melepas celananya.     

Entah mengapa, baginya ini terlalu sensitif.      

Sang Xia selalu berpikir bahwa Rong Zhan lebih sering melirik ke tempat yang salah. Faktanya, Rong Zhan hanya melihat apakah ia bisa duduk dengan nyaman atau tidak. Ia hanya takut jika Sang Xia akan terjatuh nantinya.      

Tapi saat ini, tiba-tiba terdengar tangisan seorang anak di luar pintu. Rong Zhan terperanjat dan kemudian berkata pada Sang Xia, "Sayang, berhati-hatilah. Aku akan pergi untuk melihat anak kita. Panggil aku jika kamu sudah selesai."     

Setelah mengatakannya, Rong Zhan bergegas keluar.      

Begitu Sang Xia melihat Rong Zhan keluar, ia langsung menarik napas panjang. Akhirnya, ia merasa lega.      

Saat ini, Sang Xia meletakkan tangannya di dahinya dan menopang sikunya pada kakinya. Ia hanya bisa menggelengkan kepalanya. Kebingungan yang ia rasakan sekarang teramat menyiksa. Ini semua benar-benar seperti mimpi.     

Saat bangun, ia mendapati perubahan yang terlalu besar. Ia seperti berada dalam kehidupan lain.      

Tapi ia tahu betul bahwa dirinya memang kehilangan ingatan, karena ada begitu banyak kilatan memori yang rusak dan kacau di benaknya sehingga ia tidak bisa mengingatnya untuk saat ini.     

Tapi ia tidak berani memikirkannya karena kepalanya terasa sakit saat memikirkannya.     

Setelah selesai, Sang Xia tidak memanggil Rong Zhan untuk masuk. Tentu saja, ia berusaha berdiri dengan kekuatannya, namun tiba-tiba saja ia merasa sangat pusing dan ingin muntah. Bahkan sekarang, ia masih berjuang untuk menyiram toilet——     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.