Halo Suamiku!

Balapan Kematian



Balapan Kematian

1Perasaan dikejar seperti ini cukup memicu adrenalin.      

Sang Xia sudah tidak peduli dengan gaun pengantinnya yang robek dengan tidak beraturan. Yang ada di benaknya saat ini adalah dia harus bisa melarikan diri dengan cepat dan keluar dari jeratan pria di belakangnya.     

Orang di belakangnya masih memakai topeng aneh itu, yang terus melayang di benak Sang Xia dari waktu ke waktu, dan membuat hatinya menumbuhkan bayangan apa yang ada dalam pikiran pria itu tentangnya yang membuat bulu kuduknya berdiri.     

Sepanjang jalan Sang Xia merasa putus asa. Dia menyetir mobilnya dengan bantuan GPS, dan baru menemukan bahwa ini adalah pinggiran kota yang jarang penduduknya. Dia harus segera menemukan area lalu lintas padat terdekat dan menemukan tempat dengan banyak orang di sana.     

Mobil di belakang tidak pernah menyerah.      

Bagi Sang Xia, ini adalah satu-satunya kesempatan baginya untuk melarikan diri. Jika dia tertangkap, konsekuensinya tidak akan terbayangkan.     

Sampai akhirnya dia memasuki daerah perkotaan. Dia mulai mengemudi ke tempat-tempat dengan lebih banyak lalu lintas. Begitu dia memasuki daerah perkotaan, Sang Xia berpikir dia bisa bernapas lega, tetapi dia tidak menyangka bahwa ketika dia memasuki daerah yang cukup banyak penduduk, sepertinya seseorang sedang menunggunya. Dua mobil itu terlihat ingin memaksanya berhenti.     

Tampaknya pria itu telah membuat rencana untuk menemukan dirinya, lalu meminta orang-orangnya untuk mengelilinginya. Yang pasti itu dilakukan untuk mencegahnya melarikan diri.     

Melihat bahwa dia berulang kali disiksa dengan serangan dari tiga sisi, kekuatannya habis, dan harapannya untuk bertahan hidup sirna, sehingga hati Sang Xia menjadi semakin putus asa.     

Tidak, tidak bisa.      

Dia tidak boleh ditarik kembali, kalau tidak, perlakuan pria itu akan lebih kejam dan mengerikan.     

Dan saat itu, dari dalam mobil, tiba-tiba terdengar bunyi.     

Sebuah suara serak berkata, "Jangan lari lagi. Kamu tidak bisa melarikan diri."     

Seluruh tubuh Sang Xia menegang dan garis pertahanan mentalnya hampir runtuh.     

Saat ini satu-satunya yang membuatnya tidak menyerah adalah anak yang dikandungnya.     

Dia takut akan terjadi sesuatu pada anaknya. Sebagai seorang ibu, bagaimanapun dia harus melindunginya dengan baik dan tenang secara rasional.     

Akhirnya, Sang Xia mengemudikan mobilnya menuju ke jembatan, yang terbagi menjadi dua sisi dan dibuka untuk lalu lintas dengan arah berlawanan.     

Sang Xia memperdalam pedal gas dan bergegas keluar, menyalip dengan ganas. Saat sebuah truk yang membawa barang datang di depannya, mobil di belakangnya masih terus mengejar.     

Mata Sang Xia berkedip tajam sembari dia mengatupkan giginya. Ketika truk melaju ke arah yang berlawanan dengannya, dia tiba-tiba mengubah jalur dan ikut mengemudi sesuai arah truk iyu. Kali ini, kecepatannya sangat luar biasa.     

Dalam hitungan detik.     

Sopir truk langsung ketakutan. Dia dengan cepat memutar setir dan mengerem. Tapi bagaimana dia bisa menahan seluruh badan truk? Dia akan bertabrakan dengan mobilnya.     

Tiba-tiba, mobil Sang Xia mengalami perubahan jalur darurat, lolos dari pengejaran, namun mobil di belakangnya tidak seberuntung itu.     

Saat truk berada di anjungan, truk itu mengerem dengan cepat untuk menghindari tubuh mobil di depannya. Sesaat, mobil yang mengejar Sang Xia menabraknya dan terhalang truk.     

Sang Xia menarik napas dalam-dalam dan berusaha untuk tetap mengemudi dengan tenang.     

Dua mobil di belakang terblokir, dan bagaimana dengan pria itu? Apakah dia hilang? Atau apakah dia bisa melarikan diri?     

Sang Xia turun dari jembatan dan meluncur ke lalu lintas di persimpangan jalan. Namun, saat ini, dia tiba-tiba melihat wajah dengan topeng aneh di dalam mobil yang sedang melaju di seberang jalan.     

Pria itu mengangkat kepalanya perlahan dan mengacungkan senjata bius.     

Begitu Sang Xia melihat topeng itu, dia tidak bisa menahan rasa dingin dan ketakutan yang pekat di dalam hatinya, apalagi pria itu memegang senjata anestesi di tangannya.     

Kali ini, Sang Xia benar-benar dibuat ketakutan olehnya. Dia tidak punya waktu untuk berhenti di lampu merah…...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.