Guru Pernah ke Sini Sebelumnya
Guru Pernah ke Sini Sebelumnya
"Oh ya, siapa yang terluka?" tanya Sima You Yue.
"Ibuku," jawab Wu La Li. "Ayahku, sang Kaisar, dan ibuku memiliki hubungan yang baik. Itulah sebabnya ayahku akan mengabaikan segalanya untuk menyelamatkan hidup ibuku. Namun, meskipun demikian, ibuku baru saja berbaring di atas ranjang kristal air itu, ia tidak bisa berbicara atau membuka matanya. Ia seperti orang mati."
Di akhir kalimatnya, suara Wu La Li rendah, dan suasana hatinya berubah muram.
"Kami melakukan banyak upaya untuk menyelamatkan ibuku. Kami juga tidak terlalu peduli dengan dunia luar. Anggota klan kami mulai kehilangan kesabaran dengan kami. Namun, ayahku tidak peduli." Wu La Li melanjutkan, "Kemudian, aku menghabiskan bertahun-tahun berkeliaran di seluruh benua, mencari cara untuk menyelamatkan ibuku. Aku juga tidak terlalu memedulikan kejadian yang terjadi di klanku. Untung saudara lelaki keduaku dapat mendukung Klan Air Lembayung. Itu memberi kami kemampuan untuk pergi ke dunia luar untuk mencari jalan keluar."
"Kalian pasti sangat mencintainya," komentar Sima You Yue. "Siapa yang memberitahumu tentang Pil Nirwana?"
"Ada seorang Alkemis yang melihat kondisi ibuku setelah dia datang kemari. Dia mengatakan bahwa ibuku hanya dapat sadar kembali jika meminum Pil Nirwana. Bahkan jika ada seseorang yang berhasil membantu ibuku memperoleh kembali kesadarannya, ibuku akan seperti orang cacat," jawab Wu La Li. "Pada awalnya, kami tidak keberatan. Namun, pada akhirnya, setiap orang yang datang kemari juga tidak bisa berbuat apa-apa. Ayahku akhirnya teringat akan resep pil yang ditinggalkan sang Alkemis, dan mulai mengutus orang keluar untuk mencari bahan-bahannya."
Alkemis itu seharusnya lebih mampu karena orang kebanyakan tidak akan tahu tentang keberadaan Pil Nirwana. Alkemis tersebut tidak hanya tahu tentang keberadaan Pil Nirwana, dia bahkan juga bisa memberikan resepnya. Alkemis itu pastilah seorang master agung di benua.
"Apakah kau ingat nama dan identitas sang Alkemis itu?" tanya Sima You Yue.
"Ya, dia adalah Guru Lembah Iblis dari Lembah Iblis Ilahi. Ketika aku pergi ke benua, aku mendengar tentangnya dan pergi ke Lembah Iblis Ilahi untuk mencarinya. Pada saat itu, aku hampir mendobrak pintu mereka untuk masuk ke Lembah Iblis Ilahi. Kemudian, aku harus memberinya cukup banyak barang sebelum dia mau melakukan apa pun. Awalnya, barang yang dia minta tidak banyak. Namun, Lelaki Tua Iblis itu mulai mendaftarkan banyak sekali barang dan bersikeras untuk diberi imbalan sebelum mau ikut denganku," kata Wu La Li. Kemudian, ia memperhatikan bahwa ekspresi Sima You Yue menjadi agak aneh dan bertanya, "Ada apa?"
"Lelaki Tua Iblis itu … sebenarnya adalah guruku," jawab Sima You Yue.
"Dia gurumu? Kau berasal dari Lembah Iblis Ilahi? Lalu apa yang kau lakukan di Sekte Langit?" tanya Wu La Li dengan penasaran.
"Aku anggota Lembah Iblis Ilahi. Namun, guruku menerimaku masuk menjadi anggota ketika aku masih berada di luar. Aku bahkan belum pernah datang ke Lembah Iblis Ilahi," jawab Sima You Yue.
"Guru Lembah Iblis adalah kandidat yang terkuat dari antara mereka semua. Namun, bahkan dia pun hanya mampu meringankan rasa sakit ibuku. Dia tidak dapat membangunkannya. Terlebih, jerih payahnya justru dihancurkan oleh Alkemis yang terakhir." Wu La Li memiliki kesan yang baik tentang Lelaki Tua Iblis. "Aku harap kau sebagai muridnya bisa melampaui gurumu."
"Guruku tidak ahli dalam bidang pengobatan, tetapi dalam Alkimia," jelas Sima You Yue. "Jika kau memintanya untuk menyempurnakan pil, itu pasti tidak jadi masalah baginya. Namun, aku tidak bisa mengatakan begitu halnya dalam pengobatan. Selain itu, aku memiliki pengetahuan yang relatif lebih dalam di bidang pengobatan. Bahkan jika aku mampu menyembuhkan ibumu, bukan berarti aku telah melampaui kemampuan guruku."
Wu La Li menatap wajah Sima You Yue yang tenang dan berkomentar, "Gurumu telah menerima murid yang baik."
"Terima kasih, Yang Mulia, atas pujianmu," ucap Sima You Yue sambil tersenyum.
Mereka berbicara sambil berjalan, dan akhirnya tiba di luar sebuah istana. Ada lebih sedikit orang di situ, tetapi Sima You Yue justru merasa seolah-olah suasana di situ jauh lebih mencekam.
"Ini tempatnya," kata Wu La Li. "Aku akan menemui ayahku dahulu. Cheng Xiang, tetaplah di sini dan temani Sima You Yue."
"Yang Mulia, sebaiknya aku ikut denganmu." Cheng Xiang khawatir, bagaimana jika sesuatu terjadi pada Wu La Li akibat kemarahan ayahnya? Suasana hati Raja agak buruk belakangan itu, dan tidak ada yang berani membayangkan apa yang akan terjadi nanti jika sang Ratu benar-benar meninggal.
"Kau sebaiknya tinggal di sini dan menemani You Yue," pinta Wu La Li. "Aku akan membicarakannya dengan ayahku. Tidak akan terjadi apa-apa. Namun, aku justru khawatir jika You Yue, seorang manusia, ditinggal seorang diri di sini."
"Aku … baiklah," kata Cheng Xiang. "Yang Mulia, selama beberapa tahun kepergian Anda, Raja cenderung menjadi lebih mudah marah. Sebaiknya Yang Mulia tidak memancing amarahnya."
"Aku tahu." Wu La Li berbalik dan pergi.
Sima You Yue tetap menunggu di luar bersama Cheng Xiang. Ketika ia melihat batu-batu yang berbentuk aneh di sekitar situ, ia merasa seolah-olah sedang berada dalam sebuah dunia khayal dan ingin menyentuhnya.
"Sebaiknya kau tidak pergi ke sana," saran Cheng Xiang.
"Kenapa?"
"Ada jebakan di mana-mana, selain itu, ada para penjaga yang kuat. Akan sangat disayangkan jika kau terbunuh saat berkeliaran secara tidak sengaja hanya karena salah paham," jawab Cheng Xiang menjelaskan.
Sima You Yue mengikuti pandangan Cheng Xiang, dan melihat ada seekor ular kecil di atas batu yang ukurannya hampir sama dengan Ular Emas Kecil. Ketika ia melihat warnanya, ia menduga bahwa itu adalah seekor naga air lembayung yang sedang menyamar.
"Cheng Xiang, apakah semua orang di klanmu membenci manusia?"
"Mm. Karena manusia bukan hanya telah gagal menyembuhkan Ratu, tetapi bahkan menyebabkan kondisinya memburuk," jawab Cheng Xiang dengan ekspresi kesal. Sepertinya ia juga tidak memiliki kesan yang baik tentang manusia. Satu-satunya alasan ia tidak membunuh Sima You Yue adalah karena Wu La Li telah secara langsung membawa Sima You Yue ke situ.
Pada saat itu, di dalam istana, Wu La Li berdiri berhadapan muka dengan ayahnya, Wu La Mai, ekspresinya dingin.
"Aku sudah mengatakan sebelumnya bahwa tidak ada satu pun manusia yang diperbolehkan berjalan masuk ke sini. Apakah kau sungguh mengabaikan kata-kataku?" Ekspresi Wu La Mai sangat marah ketika ia menunjuk tangannya dengan gemetar pada Wu La Li.
"Ayah, kau tidak bisa menyalahkan semua manusia karena kesalahan satu manusia," kata Wu La Li. "Ada orang baik dan jahat di antara kaum manusia, dan ada berbagai orang dari semua pekerjaan, serta dukun palsu. Pada saat itu, orang tersebut telah menyebabkan kondisi Ibu memburuk. Namun, itu tidak berarti bahwa semua manusia sama. Ayah, lihatlah Ibu. Ia sudah berbaring di sana selama puluhan tahun, dan kondisinya sudah mulai memburuk. Kita tidak tahu, bahkan ketika ia sedang terbaring di ranjang kristal air ini, sudah berapa lama ia mencoba bertahan."
"Bahkan pada saat itu, manusia tidak perlu memeriksanya!" raung Wu La Mai. "Bagaimana jika kondisi ibumu memburuk karena kau sembarangan membawa manusia ke sini?"
"Namun Ayah, kau tak mau Ibu berbaring di sana selamanya, kan? Tak dapat bicara atau tersenyum … apa bedanya itu dari kematian? Ibu adalah orang yang hangat yang suka bermain di luar. Ia suka tertawa, suka berbicara dengan semua orang. Sekarang setelah semuanya menjadi seperti ini, ia mungkin menderita, dan ingin mati saja!"
"Lancang sekali kau!" Wu La Mai meninju Wu La Li dan menghempas Wu La Li terbang. Ia menabrak langit-langit istana dan mendarat di lantai.
"Marah?" Wu La Li merangkak bangkit dari lantai, lalu berkata, "Ayah, kau benar-benar egois. Kau tahu pasti bahwa Ibu tidak akan bahagia dalam kondisinya yang seperti ini, tetapi kau justru tetap mempertahankannya dalam keadaan begini. Kau ingin menyelamatkannya, kita semua mau melakukannya. Jelas ada kesempatan bagi kita sekarang, tetapi kau justru dengan keras kepala menolak untuk mencobanya karena prasangkamu sendiri. Ayah, apakah kau sungguh mencintai Ibu?"