Keberuntungan Tujuh Kecil
Keberuntungan Tujuh Kecil
"Nona Muda, mari kita tunggu di sini sebentar."
Tujuh Kecil melihat bahwa ada cukup banyak orang yang mengantre di area lain, jadi ia mengangguk.
"Banyak sekali batu yang Nona Muda ini beli?" kata orang-orang yang mengantre di depan Tujuh Kecil dengan nada yang agak heran ketika melihat sepuluh batu yang menumpuk tepat di samping Tujuh Kecil.
Biasanya, kebanyakan orang hanya membeli dua atau tiga batu dalam sekali pilih, paling banyak lima sampai enam batu. Jadi, tidak ada yang menyangka kalau Tujuh Kecil ternyata membeli sampai sepuluh batu.
"Ya, ini pertama kalinya aku bermain judi batu, jadi aku membeli lebih banyak daripada biasanya!" Suasana hati Tujuh Kecil sedang sangat bagus sampai-sampai ia mau mengobrol dengan orang lain di antreannya.
"Nona Muda sangat pemberani!"
"Karena ini pertama kalinya kau main judi batu, aku akan membiarkanmu membuka batu-batumu lebih dahulu," kata seorang lelaki kekar sambil tersenyum.
"Aku juga akan membiarkanmu membuka batu-batumu lebih dahulu."
"Karena mereka semua membiarkanmu maju lebih dahulu, aku juga."
Saat itu, semua orang yang mengantri di depan Tujuh Kecil bilang kalau mereka akan mengizinkannya membuka batu-batunya terlebih dahulu. Jadi ia yang awalnya mengantre di urutan terakhir, sekarang menjadi yang pertama.
Pembeli yang sedang membuka batu-batu miliknya berbalik dan melihat orang-orang yang sedang mengantre itu lalu lanjut menatap ke arah master yang sedang membuka batu-batunya.
Tujuh Kecil membungkuk lebih dekat dengan penasaran, berharap bisa melihat jenis Batu Roh apa yang mungkin akan didapatkan oleh orang tersebut.
Master pemotong batu menggunakan pemotongnya untuk mengupas lapisan paling luar. Batu yang awalnya seukuran kepala anak kecil itu dipotong lapis demi lapis sampai menjadi seukuran kepalan tangan, tetapi belum ada tanda-tanda apa pun.
Si pembeli menjadi semakin cemas, tampak dari dahinya yang mulai mengeluarkan bulir-bulir keringat yang tebal.
"Batu itu sudah sangat kecil, tetapi tetap tidak ada tanda-tanda apa pun, itu mungkin batu putih," komentar seseorang dengan pelan.
Master pemotong batu dengan tenang memotong batu itu lapis demi lapis sampai batu itu menjadi seukuran buah kenari. Akhirnya ia bertanya, "Masih ingin lanjut diiris?"
"Iris!"
Master itu mengambil sebuah pisau kecil dan selembar kertas ampelas lalu mulai mengampelas batu tersebut dengan hati-hati.
Sampai batu itu menjadi seukuran kacang barulah pembeli itu berdiri dengan kecewa dan mundur ke samping, berniat untuk melihat bagaimana hasil yang didapat oleh Tujuh Kecil.
"Giliranku, giliranku!" Tujuh Kecil memeluk sebuah batu dan meletakkannya di meja potong, memperhatikan master pemotong batu dengan penuh semangat.
Master itu membawa batu Tujuh Kecil dan memeriksa batu itu sambil bertanya, "Bagaimana kau mau memotongnya?"
"Bagaimana memotongnya?" Tujuh Kecil menggaruk kepalanya, lalu menjawab," Hmmm, aku tidak tahu apa-apa tentang ini. Yah, kalau begitu terserah padamu bagaimana sebaiknya memotongnya."
Master itu menengadah untuk menatap Tujuh Kecil lalu menunduk dan bersiap untuk memotong batu tersebut.
"Potong saja tepat di tengah dalam satu pukulan," kata Sima You Yue.
Tujuh Kecil menatap Sima You Yue, lalu menimpali, "Baiklah, potong saja di tengah."
Master itu mengeluarkan pemotongnya dan mengikuti arahan Sima You Yue, ia memotong batu itu tepat di tengah.
Setelah pisau itu memotong dan membelah batu tersebut, tampak kalau bagian dalamnya adalah batu marmer putih.
"Batu putih," kata master itu dengan nada tenang.
"Lanjutlah memotong," pinta Tujuh Kecil.
Master itu mengambil satu bagian batu dan membelah bagian batu itu jadi dua, tetapi hasilnya tetap batu putih.
Master itu melanjutkan untuk memotong bagian batu yang lainnya dan membelah dua bagian batu itu, tetapi hasilnya sama saja.
"Potong batu yang ini, di bagian ini." Tujuh Kecil memeluk sebuah batu yang lain, meletakkannya di meja potong, lalu dengan tenang menarik sebuah garis.
Master itu mengambil batu yang masih utuh tersebut dan memotongnya sesuai dengan arahan Tujuh Kecil, tetapi hasilnya tetap batu putih.
"Lagi." Tujuh Kecil tidak menyerah melihat hasilnya.
Satu demi satu, semua batu Tujuh Kecil sudah dibelah, tetapi semua menghasilkan batu putih, membuat orang-orang di sekitar mengembuskan napas tanpa henti.
Keberuntungan memang bukan sesuatu yang pasti dimiliki oleh setiap orang.
Kesepuluh batu Tujuh Kecil sudah dibelah, tetapi hanya batu terakhir yang sedikit berwarna hijau, sementara yang lainnya adalah batu putih.
"Yue Yue." Tujuh Kecil menatap Sima You Yue dengan cemberut dan kecewa.
"Pilihlah batumu sendiri." Sima You Yue mengangkat bahu.
Tujuh Kecil berjalan mendekat dan menarik tangan Sima You Yue, lalu berkata, "Yue Yue, kau yang pilih!"
"Ayo kita lihat." Sima You Yue tidak tergesa-gesa. Ia mengajak Tujuh Kecil ke tempat lain untuk melihat-lihat.
Kenyataan bahwa kesepuluh batu yang dibeli Tujuh Kecil ternyata merupakan batu putih semua telah menarik perhatian para pelayan toko yang lain. Di setiap bagian toko yang Tujuh Kecil kunjungi, pasti ada seorang pelayan toko yang merayunya, berharap ia akan membeli beberapa batu.
Tujuh Kecil memandangi batu-batu tersebut dengan penuh semangat, terutama ketika melihat seseorang mengikis batu sampai mendapatkan sebuah Batu Roh. Ia sangat bersemangat, bahkan sampai melompat-lompat melebihi yang lainnya.
Melihat Tujuh Kecil, Sima You Yue menggeleng tanpa daya sambil memberi Tujuh Kecil sejumlah uang dan membiarkannya lanjut bermain.
Tujuh Kecil menerima kartu kristal Sima You Yue dan melompat-lompat dengan gembira. Beberapa saat kemudian, ia kembali dengan memeluk sepuluh batu lagi.
Sima You Yue melihat batu yang Tujuh Kecil pilih dan tidak bisa berkata-kata. Mengingat sepuluh batu yang sebelumnya dan sekarang sepuluh batu lagi, Tujuh Kecil benar-benar tidak bisa memilih batu yang lebih baik.
"Hei, aku akan membuka batu-batuku." Tujuh Kecil meminta si pelayan toko membawa batu-batunya ke area pemotongan batu.
Sima You Yue tidak mau melihat proses pemotongan batu Tujuh Kecil, jadi ia lanjut pergi ke area tambang bijih dan mulai mengamati bijih-bijih yang ada di sana.
"Kau di sini!" Terdengar sebuah suara tajam dari belakang. Sima You Yue merasa suara itu terdengar cukup familier. Ia berbalik untuk melihat. Ternyata suara itu berasal dari sekelompok orang yang ia temui di kedai teh sebelumnya.
"Halo." Sima You Yue mengangguk ke arah orang-orang itu.
"Kau di sini untuk memilih Batu Roh juga? Di mana adik perempuanmu itu?"
Sima You Yue menunjuk ke area pemotongan batu. Di sana, Tujuh Kecil sedang melihat master pemotong batu yang sedang membuka batu-batunya dengan cemas.
"Kau membiarkannya membuka batunya seorang diri? Oh ya, namaku Sima Qi Qi, ini Sima Xin Shu, Sima Yi Fei, dan Sima Yi Yun." Si perempuan yang mengenakan gaun panjang berwarna kuning memperkenalkan yang lainnya pada Sima You Yue.
Mendengar nama-nama mereka, mata Sima You Yue langsung berkilat keheranan. Namun, pancaran itu langsung hilang dalam sekejap.
Sima You Yue tahu kalau identitas mereka pasti tidak rendah, tetapi ia tidak menyangka kalau mereka ternyata anggota Klan Sima.
"Namaku Si Yue dan itu Tujuh Kecil," kata Sima You Yue.
"Batu mana yang sudah kalian pilih?" Sima Yi Yun tampak seperti seorang seorang pemurung yang tenang, tetapi ketika ia tersenyum, senyumnya membuat orang merasa nyaman.
"Tujuh Kecil bermain di sana. Aku belum memilih," jawab Sima You Yue. "Apakah kalian ke sini untuk main judi batu juga?"
"Kami hanya melihat-lihat saja," jawab Sima Qi Qi. "Ini kali pertama kami datang ke Kota Samudra Awan, jadi kami ke sini untuk berjalan-jalan saja. Karena Tujuh Kecil sedang membuka batu di sana, ayo kita pergi ke sana untuk melihatnya."
Tujuh Kecil merasa sangat kecewa karena ia sudah membuka enam batu utuh, tetapi belum juga sekali pun mendapatkan Batu Roh.
Tujuh Kecil melihat ke arah Sima You Yue dan kebetulan mereka saling menatap.
"Yue Yue, aku tetap tidak mendapatkan apa-apa."
Sima You Yue berjalan mendekat, lalu berkata, "Kau belum selesai, kan? Tunggu sampai semua batumu dibuka, kita lihat saja."
"Mm." Tujuh Kecil mengambil sebuah batu utuh lainnya dan meletakkannya di atas meja potong. Sesuai dugaan, lagi-lagi itu sebuah batu putih.
"Jangan berkecil hati," hibur Sima You Yue.
"Aku sungguh tak beruntung. Aku sudah memilih batu sebanyak itu, tetapi aku belum berhasil mendapatkan satu pun Batu Roh," kata Tujuh Kecil dengan sedih.
"Jangan khawatir, kau tidak akan pergi dengan tangan kosong." Sima You Yue mengelus kepala Tujuh Kecil.
Mendengar perkataan Sima You Yue, mata Tujuh Kecil bersinar. Ia bertanya dengan penuh semangat, "Yue Yue, maksudmu salah satu batuku ini ada yang berisi Batu Roh?"
"Bagaimana menurutmu?"
"Hahaha, aku jadi semangat lagi!" Tujuh Kecil berlari mendekat dengan girang, lalu lanjut memperhatikan master pemotong batu yang sedang membuka batu-batunya.
Sima Yi Fei dan yang lainnya berjalan mendekat. Melihat batu putih di samping Tujuh Kecil, mereka bertanya dengan heran, "Semua batu ini dibeli oleh Tujuh Kecil?"
Sima You Yue mengangguk.
"Banyak sekali? Berapa banyak Batu Roh yang sudah ia dapatkan di sini?" tanya Sima Qi Qi.
Sima You Yue memandang batu-batu putih yang terserak di lantai. Air mukanya menjelaskan segalanya.