Pertarungan Jarak Dekat yang Gila
Pertarungan Jarak Dekat yang Gila
Feng Kai ingin membujuk lebih jauh, tetapi dihentikan oleh Shi Chen.
Shi Chen menggeleng ke arah Feng Kai, matanya memberi isyarat kepada Feng Kai. Bos punya rencananya sendiri, sebaiknya kita tidak usah ikut campur.
Sima You Yue mengalihkan pandangannya ke remaja di arena yang memiliki raut wajah penuh tekad tadi. Pada saat yang sama, ia melihat ke arah orang-orang yang lain dengan cepat.
Feng Kai dan Shi Chen duduk di samping Bi Sheng. Feng Kai bertanya, "Apa yang sebenarnya terjadi pada tubuhmu?"
"Itulah yang terjadi, apa lagi yang mungkin terjadi?" Bi Sheng memejamkan mata tanpa maksud menjelaskan secara lebih terperinci.
"Kau … kau tidak berniat membalas dendam atas semua penderitaan yang telah kau alami? Kau tidak ingin balas dendam untuk Yin Yin? tanya Shi Chen.
"Siapa yang memberitahumu tentang Yin Yin?" Bi Sheng menatap Shi Chen.
"Suatu hari saat kau sedang mabuk, kau pernah bilang, 'Yin Yin, apa yang bisa kulakukan untuk membalas dendam untukmu?'" jelas Shi Chen. "Dia pasti penting bagimu, karena itu kau tidak bisa melupakannya."
"Alasan kenapa aku masih hidup dalam kemerosotan ini adalah karena aku ingin menemukan cara, di mana aku bisa mati tanpa penyesalan." Bi Sheng menarik napas dalam-dalam. "Namun, aku sadar, selain membalas dendam, aku tidak bisa memikirkan cara lain."
"Kalau begitu pergilah dan balaskan dendammu!" kata Feng Kai. "Kalaupun kau tidak bisa membunuh mereka semua, bunuh sebanyak yang kau bisa."
Bi Sheng menggeleng, lalu menatap punggung Sima You Yue. "Seperti yang dia bilang, aku tidak bisa meninggalkan tempat ini."
"Karena racun di tubuhmu?"
Bi Sheng mengangguk, lalu melanjutkan, "Aku tidak tahu kenapa, ketika aku di sini, racunnya akan ditekan. Begitu aku pergi dari sini, tanpa alasan yang jelas, tubuhku jadi terasa tidak nyaman dan energi rohku habis. Bagaimana mungkin aku bisa membalas dendam?"
"Aneh sekali?"
"Di Kota Iblis Darah, racun itu seperti tidak ada," kata Bi Sheng. "Jadi, aku tidak bisa pergi dari sini. Namun, …."
Namun, Bi Sheng tidak bisa tidak melakukan apa-apa. Ia tidak mau mati, ia mau tetap hidup dan membalas dendam!
"Apakah kesehatanmu memburuk?" tanya Shi Chen.
"Tidak memburuk, tetapi kadang aku sebentar-sebentar merasa pusing, kadang aku merasa lemas …." Suara Bi Sheng berubah menjadi lebih pelan, lalu matanya tertutup. Ia tertidur.
"Bi Tua?"
"Bi Tua?"
Keduanya berteriak, tetapi tidak ada jawaban.
"Apakah dia pingsan barusan?" Feng Kai mendorong tubuh Bi Sheng, tetapi tidak ada tanggapan.
"Pantas saja tadi dia tidak mau ikut dengan kita ke sini, dia tahu malam ini dia akan tertidur lelap," kata Shi Chen.
"Sepertinya dia cukup memercayai kalian berdua." Sima You Yue mengembuskan napas sambil berjalan dan melihat orang yang tertidur di kursi tersebut.
Kalau bukan karena Bi Sheng merasa berada di tengah orang-orang yang ia percaya, bagaimana mungkin ia bisa tertidur dengan semudah itu?
"Bos, bisakah kau memeriksanya?" tanya Feng Kai.
"Begini, tentu saja aku akan memeriksanya," jawab Sima You Yue. "Aku bahkan mau merekrutnya!"
"Namun, Yue Yue, bukankah kau baru saja bilang kalau kau tidak mau merawatnya?" Tujuh Kecil ikut berlari mendekat.
"Bukankah karena dia tadi masih bangun?" jawab Sima You Yue. "Sungguh lelaki yang sombong, dia pasti tidak akan senang kalau kita mengganggunya. Sekalian saja kita buat dia marah."
"Lalu kenapa kau sekarang mau merawatnya?"
"Bukankah karena dia baru saja tidak sadarkan diri?" Sima You Yue menepuk bahu Shi Chen, Shi Chen langsung berdiri untuk memberikan kursinya pada Sima You Yue.
Sima You Yue duduk dengan benar, menarik tangan Bi Sheng, lalu berkomentar, "Tak kusangka ternyata tangannya bagus."
"Yue Yue, kau menggodanya!" seru Tujuh Kecil.
"Aku hanya memujinya." Sima You Yue memegang pergelangan tangan Bi Sheng, memeriksa tubuhnya.
"Yue Yue, bagaimana? Apakah dia bisa diselamatkan?" tanya Tujuh Kecil.
Kalau Bi Sheng tidak bisa diselamatkan, mereka tidak perlu repot-repot untuk membuang-buang tenaga.
"Sepertinya rumit," jawab Sima You Yue. "Waktunya tidak cukup malam ini, aku akan melakukan pemeriksaan secara menyeluruh nanti."
Sima You Yue mengeluarkan sebuah jarum perak dan menusuk dada Bi Sheng dua kali. Bi Sheng pelan-pelan bangun dari tidur nyenyaknya.
"Dia tidak akan tertidur lagi untuk saat ini. Ingatkan dia untuk membayarku atas perawatannya, ini mahal," kata Sima You Yue kepada Shi Chen sambil menyimpan jarumnya.
"Berapa lama aku tidur?" tanya Bi Sheng.
"Beberapa menit."
"Aku …."
Lantai bawah yang ramai tiba-tiba berubah menjadi sorak-sorai, menandakan bahwa pertarungan di gelanggang Arena Darah akan segera dimulai.
"Sudah mulai?" Sima You Yue menyimpan jarum peraknya dan berjalan ke jendela untuk menonton bersama Tujuh Kecil.
Hari itu Sima You Yue datang ke situ hanya untuk menonton dan tidak berniat untuk turun.
"Ada batasan di gelanggang pertarungan. Gelanggang akan menekan kekuatan seseorang begitu naik ke atasnya," kata Sima You Yue sambil melihat situasi di bawah dan di dalam gelanggang.
"Memang selalu ada batasan," kata Shi Chen. "Dan aku tidak tahu apa yang menekan semua energi roh tersebut sehingga membuat kekuatan tubuh seseorang meningkat. Jadi, banyak orang yang menggunakan kekuatan tubuh mereka untuk bertarung di atas gelanggang."
"Bagaimana orang bisa berdarah kalau mereka tidak menggunakan serangan fisik?" gumam Sima You Yue.
"Apa?" tanya Tujuh Kecil.
"Tidak apa-apa. Ayo lanjut menonton," jawab Sima You Yue.
"Aaahhh!"
Seorang lelaki di atas gelanggang memotong salah satu lengan lawannya, darah langsung mengalir tanpa henti. Darah segar mengalir di atas gelanggang dan diserap oleh gelanggang tersebut sampai hanya menyisakan noda merah.
Orang yang kehilangan lengannya itu belum mengaku kalah. Ia meminum pil obat yang menghentikan pendarahan, sementara tangan lainnya mengayunkan pedang dan menusuk ke arah lawan.
Mungkin terpancing karena kehilangan lengan atau mungkin gila setelah melihat darah, mata orang itu memerah dan ia menggila, gerakannya menjadi lebih brutal.
"Kemampuan bertarungnya langsung meledak!" Tujuh Kecil ternganga keheranan.
"Kemampuan bertarung?" Sima You Yue mengerutkan kening, kenapa ia masih merasa ada sesuatu yang tidak beres?
Karena kegilaan orang itu, kekuatan serangannya meningkat dan lawannya terus-menerus diserang olehnya beberapa kali dan mengeluarkan banyak darah juga.
Kemudian, lawannya juga ikut menggila.
Namun, setelah setengah jam, pertarungan berakhir dan kedua peserta tidak ada yang menang. Itu semua ditentukan oleh jumlah darah yang dikeluarkan, jumlah kekuatan yang digunakan dan siapa yang mengeluarkan paling sedikit kekuatan.
Para juri di sisi Arena Darah mengetuk jam di samping. Beberapa orang pun muncul, lalu menarik pergi kedua orang yang bertarung tadi. Dua jejak darah segar membekas bersamaan dengan seretan tubuh mereka.
"Kalau hasilnya seperti ini, siapa yang menang?"
"Tidak ada yang menang," jawab Feng Kai. "Arena Darah akan memberi mereka masing-masing pil obat untuk menyelamatkan hidup mereka."
"Setelah itu, apa yang terjadi pada mereka?"
"Begitu mereka baik-baik saja, mereka bisa lanjut bertarung di atas gelanggang."
"Lanjut?"
"Beginilah cara hidup orang-orang di sini. Tidak ada hari esok dan mereka hanya bisa merindukan malam yang penuh kegembiraan. Lebih baik menghabiskan waktu untuk sembuh, daripada menghabiskan waktu untuk hidup dengan kacau," jelas Shi Chen. "Kami tidak tahan lagi, itu sebabnya kami pergi."
Sima You Yue sepertinya memahami pemikiran mereka. Tinggal di situ, tidak peduli seberapa sering mereka berkultivasi, kekuatan mereka tidak akan bertambah, jadi mereka tidak akan membuang-buang waktu mereka untuk berkultivasi. Namun, kalau mereka tidak berkultivasi, tidak ada lagi yang bisa mereka lakukan. Mereka juga tidak bisa pergi dari situ, jadi mereka hanya bisa hidup dengan kacau.
Perasaan seperti itu pasti sangat tidak mengenakkan bagi seorang Master Roh.
Feng Kai dan yang lainnya pergi karena mereka bersepuluh dan lebih memungkinkan bagi mereka untuk tetap hidup. Namun, yang lainnya tidak berani keluar. Mereka hanya bisa terus tinggal dan hidup di sana, tetapi tidak punya masa depan.
"Sekarang Mu Lian Xin itu yang naik," seru Tujuh Kecil sambil menunjuk ke arahnya di atas gelanggang.