THE RICHMAN

The Richman - The Queen\'s Anger



The Richman - The Queen\'s Anger

0Robert bangun pagi dan melihat Ella sudah tidak ada di tempatnya. Robert menjadi panik dan segera mencari wanita itu ke seluruh penjuru kamarnya. Bagaimana tidak, kamar Robert sendiri begitu luas, ada ruang kerja, perpustakaan, kamar tidur utama dan walking closet juga kamar mandi. Dan sialnya Ella tidak berada di semua tempat itu.     

Robert segera mandi dan bersiap dengan pakaian formalnya pagi ini. Dia berencana untuk meminta Ellyn menjaga Ella sehari ini karena jadwalnya cukup padat. Tapi dengan menghilangnya Ella, Robert terpaksa menunda semua jadwal kegiatannya pagi ini.     

Mendadak Marcus mengetuk pintu kamarnya. "Your Majesty." Suara Marcus terdengar dan Robert segera berjalan ke arah pintu.     

"Marcus, aku ingin kau melakukan sesuatu." Robert terlihat terburu-buru.     

"Yes your Majesty." Angguk Marcus.     

"Aku ingin kau mencari seseorang di dalam istana ini." Ujarnya dengan suara tertahan, seolah ini adalah sebuah rahasia besar.     

"Apakah yang anda maksud Mss. Dimitry, your Majesty?" Marcus bertanya.     

"Bagaimana kau tau?" Alis Robert bertaut.     

"Dia bersama Queen di ruangan kerja Queen." Jawab Marcus dan Robert terlihat pasrah, semboyan "Queen knows everythings" benar adanya. Robert segera berjalan keluar dari kamarnya dan menuju ruang kerja Queen.     

"Mom . . ." Robert masuk ke dalam ruang kerja ibunya.     

"Lock the door." Ujar Queen dan Robert mengikutinya.     

Queen menatap Robert yang berjalan ke arahnya. "King Robert Owen Fredric Jr." Ujar Queen menyambut kedatangan Robert ke ruangannya sementara Ella menunduk ta berani menatap baik itu Queen maupun King Robert Owen.     

"Duduk." Perintah Queen, dari raut wajahnya jelas Queen tidak suka dengan apa yang terjadi di dalam kamar Robert.     

"Robert Owen, meskipun kau adalah Raja Inggris saat ini, tapi aku bertanya sebagai ibumu. Apa yang kau lakukan dengan Mss. Dimitry dikamarmu, yang sepengetahuanku sudah berhenti dari pekerjaannya sejak dua tahun lalu?" Tanya Queen dengan nada marah.     

"Mom, . . ." Protes Robert.     

"Mss. Emanuella Dimitry adalah wanita yang lahir dan besar di Amerika, and You are King of England. Apa kau pikir ini akan baik untukmu King Robert Owen, bisakah kau berpikir sebelum bertindak?" Queen menatap Robert.     

"Ayahnya berdarah British, begitu juga dengan ibunya yang keturunan Inggris meskipun lahir di Amerika."     

"Dan kau pikir rakyatmu akan diam saja saat rajanya menikahi orang Amerika."     

"She is not, mom." Sangkal Robert.     

Queen menghela nafas dalam, "Dengan segala hormatku padamu, dan juga dengan segala rasa sayangku sebagai ibumu, aku menolak hubungan kalian." Queen menatap Robert dan Ella bergantian.     

"Aku mencintainya mom." Robert meraih tangan Ella dan mengenggamnya erat, sementara gadis itu membeku dalam posisinya, antara ketakutan dan keterkejutan. Ketakutan pada Queen sementara keterkejutannya terpaku pada tindakan Robert yang begitu spontan, seperti bukan dirinya.     

"Jangan menjadi buta karena cintamu Robert." Queen bangkit berdiri dan menyerahkan list itu lagi, salintan list dengan beberapa nama yang sudah di ganti olehnya.     

"Pilih sesukamu dari list itu, tapi tidak untuk Mss. Dimitry. Sorry." Queen meninggalkan pasangan itu, keluar dari ruang kerjanya. Dia berjalan menuju ke taman, berbicara dengan puteranya pagi ini benar-benar menjadi moment yang emosional. Dia butuh waktu untuk menyendiri dengan secangkir teh hijau dan madu untuk menenangkan dirinya. Asisten pribadinya sudah hafal betul jika Queen sendang dalam suasana hati yang tidak nyaman sehingga dia butuh menenangkan diri.     

Sementara itu di ruangan Queen, Robert meraih tangan Ella dan membawanya kembali ke dalam kamarnya. Sang asisten pribadi yang berpapasan dengan Robert menanyakan agenda hari ini dan Robert meminta untuk di batalkan semuanya dengan alasan dia sedang tidak enak badan.     

"Ella, kita bisa mencari jalan keluar." Robert berusaha membesarkan hati gadis itu, tapi apa yang tersisa darinya. Queen of England sudah menolaknya dengan alasan yang sangat logis dan tak terbantahkan lagi.     

"Aku tidak bisa membiarkanmu pergi lagi." Robert terlihat begitu emosional, dia tidak pernah seperti ini sebelumnya. Tapi kali ini dia benar-benar ingin mempertahankan Ella bagaimanapun caranya.     

Ella menyeka air matanya dan menatap Robert, tanganya gemetaran menyentuh wajah pria itu dan Robert terpejam menikmati sentuhan Ella di wajahnya. "Aku mencintaimu King Robert Owen, sangat." Bisik Ella. "Dan demi rasa cinta itu aku tidak ingin menjadi orang yang membawa hal buruk dalam kehidupanmu." Imbuhnya. Meski matanya kembali berkaca-kaca tapi Ella berusaha tersenyum, "Aku akan mendukungmu dengan caraku. Melihatmu menjalani hari-hari yang baik sebagai King of England, aku akan bahagia di tempatku berada." Ella tersenyum kembali.     

"No." Robert menatap Ella.     

"Semalam aku masih tidak mengerti alasanku kembali padamu." ujar Ella, "Aku berusaha mencari-cari alasan yang tepat, dan mungkin ini alasannya. Aku ingin memperbaiki keadaan. Dua tahun lalu kita berpisah dengan cara yang tidak menyenangkan, dan kali ini aku ingin mengulangi hari itu. Seharusnya kita bisa berpisah dengan cara yang lebih baik." Ella menghela nafas dalam.     

"Aku yakin kau bisa menjadi raja yang bijaksana."     

"Ella, aku akan mencari jalan keluar, tetaplah bertahan untukku." Ujar Ella.     

"Ini bukan tentang dirimu King Robert, ini tentang diriku." Jawab Ella. "Aku menyadari bahwa menjadi dirimu, atau menjadi Queen itu bukan keinginannku yang sesungguhnya." Ella menatap Robert.     

"Apa yang membuatmu bisa berubah pikiran?" Tanya Robert.     

"Nothing." Geleng Ella. "Take care King Robert Owen." Ella berjinjit untuk mengecup pipi Robert dan pria itu membeku. Dia menjadi sangat hancur ketika ibunya menentang dirinya dan dia tidak punya kekuatan untuk melawan ibunya. Sebenarnya yan dikatakan ibunya itu benar, dan logis, itulah alasan mengapa Robert kehilangan akal untuk mempertahankan Ella dengan alasan apa lagi. Dia mencoba mengulur waktu agar dirinya bisa memikirkan opsi-opsi lainnya, tapi Queen tak memberinya kesempatan, yang lebih buruk lagi, Ella juga memilih untuk menyerah dan meninggalkannya.     

Ella yang kembali mengenakan pakaiannya semalam meninggalkan ruangan Robert dan berjalan melewati lorong. Sementara di ujung lorong, Ellyn sudah menunggu dengan kopernya.     

Queen membatalkan rencana kepergian Ellyn ke Amerika dan semua peristiwa ini sebenarnya berawal dari Ellyn yang tertangkap basah meminta jet pribadi untuk membawanya ke Amerika. Queen memanggilnya dan menjadi sangat marah. Tampaknya dari Ellynlah, Queen mengorek informasi tentang Ella yang semalam menyusup ke istana.     

Pertama Queen sangat marah pada puteri bungsunya dan kini pada putera sulungnya. Menjaga anak-anak, meski hanya dua anak, sepeninggal suaminya ternyata tidaklah mudah. Dan baru kali ini Queen merasakan betapa sulitnya menjadi mendiang suaminya. Mengatur rakyat, mengatur isterinya yang bahkan sering berbeda pendapat dengannya, Queen cenderung egois dan memikirkan dirinya sendiri, dan sifat itu menurun pada Ellyn, puteri bungsunya. Sementara Robert yang biasanya, tegas, logis dan bijaksana kini menjadi begitu lembek karena cinta yang dialaminya pada seorang gadis keturunan Inggris yang lahir dan besar di Amerika.     

***     

"Sorry Ella." Ellyn memeluk Ella sekilas dan gadis itu tersenyum.     

"Terimakasih sudah membantuku memperbaiki hubunganku dengan King Robert, your highness." Jawab Ella.     

"Aku benar-benar tidak menyangka bahwa ibuku akan sekeras itu pada Robby." Ujar Ellyn.     

"Queen knows everythings." Jawab Ella, dia berusaha bercanda meski air matanya berjatuhan.     

"Kemana kau akan pergi sekarang?" Tanya Ellyn.     

"Aku akan memutuskannya nanti." Ella tersenyum, kemudian dengan kopernya dia berjalan mengikuti Marcus yang sudah menunggunya untuk mengantarnya ke tujuan. Tempatnya bukan di istana, dan bukan juga menjadi Queen of England menggantikan Queen Elena.     

Gadis itu duduk di bangku belakang sementara Marcus mengendarai mobil di depan.     

"Aku turut menyesal." Ujar Marcus, ini kali pertama dia berbicara lagi dengan Ella setelah dua tahun lebih mereka tak saling bertemu juga.     

"Ya." Ella mengangkat alisnya. "Terkadang mimpipun ada batasnya, bukan begitu Marcus?" Tanya Ella.     

"Ya." Angguk Marcus sembari tersenyum. "Aku berharap kau menemukan kebahagiaanmu Mss. Dimitry." Ujar Marcus tulus.     

"Thank you Marcus." Ujar Ella. "Bolehkah aku meminta sesuatu darimu?" Tanya Ella.     

"Apa itu?" Marcus berbalik bertanya.     

"Berkabarlah soal King Robert padaku, tanpa sepengetahuannya." Ujar Ella.     

"Bukankah itu akan menyakitimu?" Tanya marcus.     

"Aku bisa hidup dengan mendengar kabarnya setiap hari, tapi tidak sebaliknya." Jawab Ella.     

"Ok." Angguk Marcus.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.