Satu Kelahiran Dua Harta: Cinta Seorang Miliarder

Dia telah menunggu terlalu lama untuk hari ini, dan sekarang dia memiliki kesempatan emas, bagaimana mungkin dia bisa memberikannya kepada orang lain ?!     

Tidak mudah baginya untuk menarik Mu Yazhe turun dari kursi yang sangat didambakan itu. Jika dia menyerah sekarang, usahanya akan sia-sia!     

Mengingat pemikiran ini, Mu Yancheng mendapatkan kembali rasionalitasnya dan membuang tangan wanita itu. "Tidak mungkin! Aku tidak akan menyerah begitu saja!"     

"B-Bagaimana kalau kita putus?" wanita itu mengusulkan.     

Pria itu berbalik karena terkejut.     

Tidak pernah dia berharap bahwa dia akan dengan dingin meminta putus, dan itu dibicarakan bahkan sebelum dia melakukannya. Terlebih lagi, dia tidak mengharapkan wanita, yang telah mencintainya dengan sepenuh hati, menyarankan untuk mengakhiri hubungan mereka tanpa ragu-ragu!     

"Kau putus denganku?"     

"Yakinlah; Aku tidak membutuhkan kompensasi dalam bentuk apa pun darimu, baik itu biaya putus cinta atau hal-hal yang kamu berikan padaku sebelumnya. Aku akan mengembalikan semuanya kepadamu! Aku hanya berharap kita tidak ada hubungannya dengan satu sama lain lagi. Saya tidak akan mengganggu anda, jadi saya harap anda akan melakukan hal yang sama!"     

Seandainya itu terjadi di masa lalu, dia akan curiga dengan motifnya dan berpikir bahwa dia hanya bermain-main susah di kejar!     

Namun, pada saat ini, hatinya bergetar melihat kilatan tekad di matanya.     

Dia benar-benar serius ketika dia mengemukakan gagasan untuk putus.     

Wanita itu melanjutkan. "Kamu juga tidak perlu mengkhawatirkan anak di perutku! Aku tidak akan merepotkanmu. Entah aku memutuskan untuk menggugurkan atau mempertahankan anak itu, itu tidak akan ada hubungannya denganmu lagi! Bahkan jika anak itu harus tumbuh tanpa ayah, saya, sebagai seorang ibu, akan melakukan upaya ekstra untuk menjaganya dan membesarkannya! Yang saya minta adalah agar anda tidak merampas hak saya untuk menjadi seorang ibu dan anda tidak akan mengganggu hidup kami lagi!"     

"Kamu…"     

Wanita itu tertawa dingin dan menghindarinya untuk berjalan ke ruang tamu. Di sana, dia duduk di sofa, mengambil semangkuk mie instan itu, dan mulai menyeruput makanannya.     

Saat Mu Yancheng kembali ke ruang tamu, dia tahu, bahkan dari jauh, bahwa dia pasti kelaparan dengan cara dia, dengan mata basah, memegang mangkuk dan menggali dengan lahap ke dalamnya. Dia diselimuti keputusasaan, tidak lagi memiliki selera mode dan kemurnian seperti dulu.     

Wanita muda itu belum makan sepotong pun setelah pria itu dengan sengaja menghinanya dan dengan dingin pergi tadi malam. Dia menangis sampai tertidur, hanya untuk bangun dengan air mata setelah ketakutan oleh mimpi buruk.     

Dia melewatkan sarapan dan makan siangnya, menangis dan merasa lesu sepanjang hari. Tidak peduli apa yang dia lakukan, dia dikelilingi oleh perasaan sedih.     

Dia tidak tahu dari mana semua air mata ini berasal, dan matanya mulai sakit karena seharian menangis. Meskipun memarahi dirinya sendiri karena menangisi pria yang tidak bertanggung jawab, air mata tidak berhenti mengalir saat memikirkannya.     

Karena dia tidak bisa fokus pada apa pun, dia melewatkan pekerjaan paruh waktunya dan meminta cuti untuk mengubur dirinya sendiri di bawah selimutnya yang nyaman. Dia melewati hari dalam keadaan setengah sadar, menangis sampai tertidur dan bangun untuk menangis lagi. Itu sebabnya pria itu disambut dengan mata merah bengkak yang sebesar kenari ketika dia membuka pintu tadi.     

Hanya ketika malam tiba dia merasa lapar dan menyadari bahwa dia belum makan sepanjang hari. Namun, tidak aman baginya untuk pergi keluar dan membeli makanan selarut ini, dan karena dia punya beberapa mangkuk mie instan di rumah, dia memutuskan untuk makan malam mie instant saja.