BUKAN SALAHNYA CINTA : Cintaku di Ujung Senja

KEPERGIAN HASTA NARENDRA



KEPERGIAN HASTA NARENDRA

2Hampir tiga tahun sudah Hanin tinggal satu atap dengan Hasta dan semuanya berjalan dengan keadaan yang baik-baik saja.     

Hasta begitu perhatian dan sangat menyayangi Hanin, begitupun sebaliknya Hanin sangat menyayangi Hasta yang bagi Hanin Hasta seperti orang tuanya sendiri.     

Selain hubungan dengan Hasta yang semakin baik, hubungan Hanin dengan Rafka juga semakin erat.     

Bahkan dari Rafka sudah menyatakan keinginannya untuk menjalin hubungan dengan Hanin sebagai sepasang kekasih dan Hanin menerimanya dengan senang hati.     

Hubungan Hanin dan Rafka masih sembunyi-sembunyi dan tidak seorangpun yang tahu.     

"Hanin, apa kamu masih berhubungan baik dengan Jonathan?" tanya Rafka di saat sedang merindukan Hanin hingga memberanikan diri untuk meneleponnya.     

"Ya... masih sangat baik, Jonathan sahabat yang baik yang selalu melindungi aku dari kenakalannya Sony." jawab Hanin dengan jujur jika Sony masih saja mengganggunya.     

"Apa pak Hasta tahu kalau Sony suka mengganggumu?" tanya Rafka yang sudah tahu pernikahan palsu Hanin dengan Hasta.     

"Tidak, aku tidak ingin pak Hasta menjadi cemas sudah cukup kebaikan pak Hasta selama ini yang sudah menyayangiku dan memberikan apa saja yang aku inginkan." ucap Hanin seolah-olah tidak ingn membuat Hasta merasa terbebani dengan masalah lainnya.     

"Kamu sangat perhatian dengan pak Hasta ya Han? aku takut suatu saat kamu jatuh cinta sama pak Hasta." ucap Rafka dengan nada menggoda.     

Pada saat itu tidak sengaja Hasta yang berniat ke belakang mendengar percakapan antara Rafka dan Hanin.     

"Tidak lah Raf, mana mungkin aku jatuh cinta pada pak Hasta. Dari segi usia saja pak Hasta lebih pantas menjadi Ayahku. Aku menyayangi pak Hasta karena sudah aku anggap seperti Ayahku sendiri. Dan kamu jangan cemburu dengan pak Hasta ya? karena aku dan pak Hasta tidak ada perasaan apa-apa selain saling menyayangi seperti ayah dan anak." jawab Hanin yang tidak ingin membuat Rafka cemburu.     

Hasta yang mendengar jawaban Hanin merasakan kesedihan yang sangat dalam. Entah kenapa ada rasa sakit dan pedih di hatinya saat mengetahui kenyataan itu.     

"Syukurlah Han, aku harap kita saling setia hingga saatnya tiba di mana aku datang menjemputmu." ucap Rafka dengan hati yang bahagia.     

"Raf, maaf ya aku harus kembali ke dalam, karena sudah waktunya makan malam. Dan lagi aku belum melihat keadaan pak Hasta dari sore." ucap Hanin yang merasakan tidak enak hatinya.     

"Oke Han, jaga diri baik-baik ya..aku sayang kamu." ucap Rafka di sana yang sedikit tidak rela jika Hanin begitu perhatian pada Hasta.     

"Aku juga sayang kamu Raf, jaga diri baik-baik juga ya." ucap Hanin setelah itu menutup ponselnya.     

"Di mana ya pak Hasta? sejak sore aku tidak melihatnya? dan sekarang sudah harusnya makan malam?" gumam Hanin seraya bangun dari duduknya dan masuk ke dalam rumah untuk mencari Hasta.     

"Mbok Minah, apa mbok Minah tahu di mana pak Hasta?" tanya Hanin dengan perasaan cemas.     

"Bukannya tadi den Hasta ke belakang untuk makan malam ya Non?" jawab Minah sambil merapikan dapur setelah masak.     

"Aku sudah dari tadi menunggu pak Hasta di belakang mbok." sahut Hanin dengan heran.     

"Kenapa aku tidak melihat pak Hasta ya kalau memang pak Hasta ada di belakang." tanya Hanin dalam hati.     

"Apa Non Hanin mencari den Hasta?" tanya pak Rahmat yang tiba-tiba ada di belakangnya.     

"Ya pak, apa pak Rahmat tahu?" tanya Hanin merasa ada sesuatu yang terjadi pada Hasta.     

"Den Hasta ada di teras depan sedang mengerjakan sesuatu Non." Jawab Rahmat yang sedikit kuatir melihat kesedihan di wajah Hasta.     

"Terimakasih pak Rahmat, aku akan mengajak pak Hasta untuk makan malam dulu." ucap Hanin kemudian pergi ke teras depan.     

Di teras depan Hanin melihat Hasta sedang serius mengerjakan sesuatu.     

"Pak Hasta." panggil Hanin dengan suara pelan sambil duduk di samping Hasta.     

"Ya Nin, ada apa?" tanya Hasta dengan tatapan matanya tak lepas dari laptopnya.     

"Makan malam dulu pak." ucap Hanin menatap wajah Hasta yang akhir-akhir ini di lihatnya selalu pucat.     

"Sebentar lagi Nin, kamu makanlah dulu. Aku harus menyelesaikan pekerjaan ini, karena nanti malam aku harus berangkat ke luar kota." jelas Hasta masih serius dengan pekerjaannya.     

"Apa tidak bisa di tinggalkan sebentar untuk makan? karena kesehatan pak Hasta lebih penting dari pada pekerjaan." ucap Hanin dengan lemah lembut.     

"Ya Hanin, aku tahu.. makanlah dulu ya, biar aku menyelesaikan lebih dulu pekerjaan ini." ucap Hasta tanpa melihat wajah Hanin.     

Entah karena apa, Hanin merasakan sesuatu yang lain dari sikap Hasta yang tidak seperti biasanya.     

"Aku bawa makanannya ke sini saja ya pak? sambil pak Hasta kerja biar aku yang menyuapi pak Hasta, bagaimana?" tanya Hanin berusaha melunakkan hati Hasta yang tiba-tiba keras kepala.     

Hasta menghentikan pekerjaannya setelah mendengar ucapan Hanin yang berniat menyuapinya.     

"Apa kamu tidak keberatan Nin?" tanya Hasta yang masih sedih saat mengingat kata-kata Hanin.     

"Kenapa harus keberatan pak? aku melakukannya dengan senang hati kalau untuk pak Hasta." jawab Hanin sedikit memuji Hasta tapi setulus hati.     

"Baiklah Nin, aku menurut apa katamu saja." ucap Hasta dengan tatapan penuh kebahagiaan.     

Hanin tersenyum manis merasa senang melihat Hasta kembali tersenyum dan sudah mau menatap wajahnya.     

"Aku akan mengambil makanannya sekarang." ucap Hanin segera berdiri dari duduknya untuk mengambil makanan untuk Hasta.     

Tidak beberapa lama kemudian, Hanin kembali datang dengan membawa sepiring nasi dan segelas air putih.     

"Hanin." panggil Hasta sambil menunggu Hanin menyuapinya.     

"Ya pak, ada apa?" jawab Hanin sambil menyuapi Hasta dengan pelan.     

"Aku nanti malam berangkat keluar kota, mungkin seminggu atau dua minggu baru aku pulang." ucap Hasta yang sudah berniat untuk melupakan perasaan cintanya pada Hanin, karena sudah hampir tiga tahun mereka serumah Hanin tetap masih mencintai Rafka dan tidak bisa mencintainya.     

"Lama sekali pak? dua minggu?" tanya Hanin yang tiba-tiba merasakan sesuatu yang berbeda dari nada bicaranya Hasta.     

"Karena pekerjaan ini membutuhkan perhatian khusus Nin, aku harus stay di sana sampai semuanya aman." ucap Hasta dengan suara beratnya.     

"Kalau di sana masih belum aman, pak Hasta tetap akan pulang kan?" tanya Hanin dengan tatapan penuh.     

"Kita lihat dulu ya Nin, kalau aku masih di perlukan di sana mungkin aku belum bisa pulang, aku akan mengabarimu jika belum bisa pulang." jawab Hasta dengan perasaan sedih.     

"Tidak bisakah pak, hanya satu minggu saja keluar kotanya?" tanya Hanin dengan kedua matanya berkaca-kaca.     

Hanin merasakan ada sesuatu yang berbeda dari Hasta, seolah-olah Hasta ingin meninggalkan dirinya.     

"Tidak bisa Nin, aku sudah mengambil kontraknya dan aku harus menyelesaikannya dengan cepat." jawab Hasta yang sudah teramat lelah dengan hidupnya yang tidak ada cinta untuknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.