Su Ze, Mantaan Pacar Nyonya Muda
Su Ze, Mantaan Pacar Nyonya Muda
Tatapan Mo Yesi terlihat seperti pisau jatuh ke wajahnya dan suaranya turun beberapa derajat, "Siapa itu?" tanyanya.
Wei Zheng menahan tatapan dingin yang bersinar dengan cahaya dingin dengan gemetar. Kemudian, dengan gemetar juga ia berkata, "Su Ze, mantan pacar Nyonya muda."
Segera setelah menyebutkan nama tersebut, Wei Zheng merasa suhu di dalam ruangan telah turun puluhan derajat. Secara tiba-tiba, berubah dari musim panas yang terik, menjadi musim dingin yang dingin beberapa derajat di bawah nol. Hal itu sangat dingin, sehingga Wei Zheng pun sampai merinding.
"Siapa yang kau bicarakan? Katakan sekali lagi," perintah Mo Yesi dengan wajah yang menjadi suram.
Wei Zheng gemetar lagi, "Su, Su Ze," ucapnya. Ia sudah tahu bahwa Presiden Mo pasti akan bereaksi seperti ini. Jika diganti dengan pria manapun yang mengejar Nyonya muda, Presiden Mo mungkin tidak akan begitu marah. Tapi, pria itu adalah Su Ze.
Su Ze adalah kekasih masa kecil yang telah mengenal Nyonya muda selama sepuluh tahun. Tunangan Nyonya muda, seorang pria yang hampir masuk ke aula pernikahan dengan Nyonya muda, tetapi mengkhianati dan menyakiti Nyonya muda itu.
Pria itu masih berkencan dengan saudara tiri Nyonya muda itu. Tetapi memberikan bunga kepada Nyonya muda, seolah-olah ingin mengejar Nyonya Shao. Entah apakah presiden Mo bisa tidak marah.
Bahkan, ketika Wei Zheng pertama kali menyelidikinya, ia juga sangat marah. Su Ze ini seorang bajingan, hanya saja Su Ze yang terbaik di antara bajingan. Tidak tahu bagaimana Su Ze masih ada wajah ketika sudah melakukan hal-hal ini.
Mo Yesi menekan bibirnya dengan erat dan tetap diam untuk waktu yang lama. Meski tidak mengucapkan sepatah kata pun, Wei Zheng bisa merasakan amarahnya yang luar biasa. Semakin marah Presiden Mo, semakin sedikit ia berbicara. Bisa dibayangkan betapa marahnya kali ini karena keheningan yang begitu lama. Su Ze itu... Ia khawatir itu ia akan menjadi sial.
Awalnya, Presiden Mo tidak senang dengan Su Ze. Sebelumnya Su Ze masih belum menyentuh batas Presiden Mo, dan Presiden Mo tidak repot-repot menghadapinya. Tapi sekarang, Su Ze bahkan berani ingin menarik perhatian Nyonya muda. Bukankah ini sama saja dengan memaksa Presiden Mo untuk membersihkannya. Entah apakah hidupnya tidak menyenangkan, jadi sampai harus mencari mati.
"Baiklah, aku tahu, kau boleh keluar." Setelah lama terdiam, Mo Yesi kemudian berkata dengan suara yang sangat tenang.
Wei Zheng pun menjadi bingung dan bertanya-tanya. Bukankah reaksi Presiden Mo agak sedikit tidak beres? Presiden Mo membiarkanku keluar begitu saja? Bukankah seharusnya Presiden Mo meminta untuk menyelidiki kondisi operasi Su dengan baik, kemudian memilih hari untuk membiarkan Su bangkrut? batinnya.
Lagi pula, Su Ze sangat mendambakan istrinya, dan amarah ini benar-benar tidak tertahankan. Bagaimanapun, sangat mudah bagi perusahaan Su yang kecil ini untuk bangkrut.
"Apa kau tidak mendengar?" tanya Mo Yesi dengan mata menyipit berbahaya. Ia menatap Wei Zheng yang masih tertegun, dan suaranya kembali terdengar dengan dingin, "Keluar."
Suaranya sangat dingin, sehingga seluruh tubuh Wei Zheng gemetar, dan ia tidak berani menebak psikologi Mo Yesi saat ini. Jadi, ia segera menjawab sekenannya, berbalik dan berjalan keluar. Langkah cepat dan terburu-buru, seolah-olah ada seseorang yang mengejar di belakangnya. Saat keluar dari kantor, Wei Zheng dengan lembut menutup pintu.
Lalu, saat pintu kantor ditutup, Mo Yesi tanpa ekspresi melemparkan pena di tangannya ke atas meja. Tutup pulpen mahal dengan tekstur halus tersebut sudah rusak, dan bisa dibayangkan betapa kerasnya orang yang memegangnya sekarang.
"Su Ze."
Mo Yesi mengucapkan nama itu dengan suara yang dalam, dan di bawah matanya terlintas udara dingin yang seolah haus akan darah.
———
Qiao Anxin tertidur untuk waktu yang lama di rumah. Ketika bangun dari koma, ia melihat Lin Huizhen duduk di samping tempat tidur sambil menyeka air mata.