Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Bertindak Lebih Dulu



Bertindak Lebih Dulu

2Ahhh… Dia tidak datang lebih awal atau terlambat. Aengapa dia datang ketika aku sedang membual pada Qiao Chen?! Sangat memalukan! pekik Qiao Mianmian dalam hati. Wajahnya terasa panas untuk sementara waktu. Saat ia berhadapan dengan sepasang mata Mo Yesi yang gelap, panas di wajahnya terus menjalar dan seluruh wajahnya jadi tampak seperti terbakar.     

"Kakak, Kakak Ipar."     

Tak hanya Qiao Mianmian, Qiao Chen juga merasa sangat gugup. Ekspresi wajahnya juga menjadi kaku dan senyuman tidak wajar yang dipaksakan terlihat dari sudut bibirnya. Bisa dibilang bahwa ia bahkan lebih gugup daripada Qiao Mianmian.      

Bagaimanapun, Qiao Mianmian hanya sedang membual. Sedangkan, Qiao Chen... Ia baru saja mengatakan sesuatu yang buruk. Ia bahkan tidak tahu apakah kakak iparnya mendengar itu atau tidak.     

Mo Yesi berjalan ke arah tempat tidur sambil membawa air gula merah yang baru direbus. Ia mengerutkan bibirnya dan menatap kedua adik-kakak yang sama-sama memiliki ekspresi gugup. Senyuman di bibirnya menjadi sedikit lebih dalam, alisnya sedikit terangkat, dan ia berkata, "Yang kakakmu katakan itu benar."     

Qiao Chen merespons dengan bingung, "Hah?"     

Mo Yesi mengambil sendok, mengaduk air gula merah di mangkuk, dan duduk di samping tempat tidur. Tatapannya yang dalam tertuju pada wajah mungil Qiao Mianmian yang memerah, lalu ia berkata dengan nada sedikit menggoda, "Aku benar-benar jatuh cinta padanya sejak pandangan pertama. Lalu, aku sangat mencintainya sehingga aku tidak bisa menahan diri. Aku khawatir dia akan direbut oleh pria lain, jadi aku bertindak lebih dulu."     

Qiao Mianmian terkejut mendengarnya dan bahkan wajahnya semakin memerah. Meskipun Mo Yesi sepertinya berkata seperti itu karena ingin membantunya, Qiao Mianmian masih merasa sangat gugup dan malu. Ia bahkan merasa tidak enak ketika melihat tatapan mata Mo Yesi yang tertuju padanya.     

"Selain itu..." Mo Yesi berhenti sejenak dan menatap Qiao Chen, "Aku dalam keadaan sehat. Fungsi setiap aspek sangat normal dan tidak ada kendala apapun. Kau tidak perlu khawatir kakakmu akan hidup 'tidak bahagia' denganku. Jika saat ini masih ada kecurigaan, aku bisa langsung menjalani pemeriksaan, jadi kalian kakak-beradik juga akan lebih tenang sedikit."     

Benar-benar sangat memalukan! Ternyata Kakak Ipar mendengar semua kata yang baru saja aku ucapkan! Semuanya sudah didengar! batin Qiao Chen yang wajahnya ikut memerah. Saat ini, ia ingin menggali lubang untuk bersembunyi bersama kakak perempuannya.      

Qiao Chen sebenarnya tidak memiliki kebiasaan berbicara buruk di belakang orang lain. Namun, ia terlalu mengkhawatirkan Qiao Mianmian dan selalu takut kakaknya akan menderita.     

Qiao Chen mulanya merasa bahwa pasti ada yang tidak beres dengan Mo Yesi yang ingin segera menikah dengan kondisi yang begitu baik. Tadinya, itu hanya bisikan antara kakak dan adik kandung. Sekarang, bisikan ini telah didengar oleh orang yang bersangkutan.     

Qiao Chen merasa malu karena ketahuan sedang berbicara buruk. Ia menggigit bibirnya dengan ekspresi bersalah dan sedikit rona merah menodai wajahnya yang tampan. "Kakak Ipar, aku minta maaf," kata Qiao Chen pada Mo Yesi.     

Qiao Chen terlahir dengan penampilan yang sangat anggun dan kulitnya juga putih cerah. Jika dilihat sekilas, orang akan mengira dia adalah seorang gadis cantik. Namun, jika dicermati, terlihat bahwa fitur wajahnya masih maskulin. Meskipun Qiao Chen bisa terbilang cantik, wajahnya bukan cantik feminin seperti seorang wanita.     

Sama seperti Qiao Mianmian, Qiao Chen memiliki karakter yang mudah malu. Dengan mata tertunduk dan tersipu, ia tampak bingung seolah-olah telah ditindas. Mo Yesi tersenyum saat melihatnya. Benar-benar kakak adik yang memiliki perasaan yang baik. Di beberapa titik, kedua kakak-beradik itu bahkan memiliki ekspresi yang persis sama di wajah mereka.     

"Aku tidak bermaksud menyalahkanmu," kata Mo Yesi pada Qiao Chen. Ia melihat bahwa karakter adik iparnya itu pemalu. Mo Yesi tidak ingin menakutinya sehingga ia berkata dengan nada lembut, "Kau memiliki kekhawatiran itu karena kau peduli dengan kakak perempuanmu. Aku sangat bersyukur karena kau dan kakak perempuanmu memiliki perasaan yang begitu baik. Aku tidak asal-asalan saat aku tadi mengatakan aku mau melakukan pemeriksaan fisik. Kalau kalian perlu, aku bisa melakukan pemeriksaan fisik kapan saja."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.