Wanita Tua Itu Pasti Sengaja
Wanita Tua Itu Pasti Sengaja
"Baik, baik, baik. Kalian harus bekerja keras!" kata Nenek Mo.
Nenek Mo melihat Qiao Mianmian bersandar pada Mo Yesi. Cucu kesayangannya juga menatap menantu barunya dengan penuh kasih sayang. Pasangan muda itu memiliki hubungan yang begitu baik. Wanita tua itu sangat bahagia di dalam lubuk hatinya. Tampaknya ada harapan baginya untuk menimang cicit tahun depan.
"Mianmian, ikut denganku. Ada yang akan aku perkenalkan padamu," Mo Yesi berbalik dengan Qiao Mianmian di pelukannya, lalu perlahan berjalan ke arah Nyonya Mo dan berkata dengan lembut, "Ini adalah ibuku. Ini Shen Rou. Karena kau sudah bertemu dengannya, aku tidak perlu memperkenalkannya lagi."
Qiao Mianmian tersipu dan mengangkat kepalanya dari pelukan Mo Yesi. Ketika ia melihat Ibu Mo, ia sedikit tercengang. Entah ini hanya halusinasinya saja atau bukan, hanya saja ia barusan melihat sedikit rasa jijik di mata Ibu Mo. Tetapi, jejak rasa jijik itu menghilang lagi dalam sekejap mata.
Bibir Ibu Mo menunjukkan senyuman dan ia terlihat sangat ramah. Ia berkata sambil tersenyum, "Barusan Paman Zhang berkata bahwa A Si membawa istrinya kembali. Ibu dan aku terkejut. Kami mengira Paman Zhang sedang bercanda dengan kami. Tanpa diduga, ternyata itu benar. Namamu Mianmian, kan? Kelihatannya kau anak yang sangat menyenangkan."
"Bibi…" Qiao Mianmian baru saja memanggil Ibu Mo, tetapi ia menyadari bahwa ia salah memanggilnya dan segera mengubah kata-katanya, "Ibu."
Senyum di bibir Ibu Mo membeku saat Qiao Mianmian memanggilnya dengan sebutan 'Ibu'. Tetapi, ia tersenyum lagi dalam sekejap dan berkata, "Walaupun aku tidak tahu apa yang Ibu berikan padamu, pemberian dariku pasti tidak akan sebanding dengan wanita tua itu. Pernikahan A Si ini sangat tiba-tiba dan dia tidak memberitahu kami sebelumnya, jadi aku juga tidak punya waktu untuk pergi menyiapkan apa-apa."
Ibu Mo berbicara sambil melepas gelang yang ia kenakan di pergelangan tangannya dan menyerahkannya kepada Qiao Mianmian, "Gelang ini juga termasuk barang kesukaanku. Sekarang aku akan memberikannya kepadamu. Aku harap jangan sampai kau tidak menyukainya."
Shen Rou tercengang ketika ia melihat Ibu Mo benar-benar melepas gelang yang dikenakannya dan memberikannya kepada Qiao Mianmian. Matanya menunjukkan sedikit keterkejutan, tetapi ia segera merasa lega lagi. Bibi Mo sangat tidak menyukai Qiao Mianmian sekarang. Jadi, dia melakukan hal ini hanya untuk menghargai Nenek Mo dan A Si, pikir Shen Rou.
Ibu Mo masih merasa sedikit tidak nyaman. Walaupun ia melakukan hal seperti ini, gelang hendak diberikannya juga terlalu mahal. Gelang giok ini memiliki warna air yang begitu bagus. Harganya setidaknya mencapai puluhan juta Yuan.
Qiao Mianmian tak kalah terkejut dan buru-buru menggelengkan kepalanya untuk menolak, "Bibi, ini sesuatu yang Bibi suka. Bagaimana bisa aku menginginkannya?"
Ibu Mo berkata bahwa gelang itu adalah barang kesukaannya dan Qiao Mianmian pasti tidak akan berani menerimanya. Itu bagus untuk menarik hati orang sekaligus menarik kebencian orang.
"Mianmian, tolong ambillah," kata Nenek Mo di sana, "Ini adalah sedikit perasaan dari ibu A Si. Dia menyukaimu, jadi dia memberikan gelang ini padamu. Jika kau tidak menerimanya, dia akan merasa bahwa kau memiliki pemikiran lain tentangnya."
"....." Ibu Mo terdiam. Ia merasa bahwa wanita tua itu pasti sengaja.
Ibu Mo tidak benar-benar ingin memberikan gelang ini. Karenanya, ia menambahkan kata 'barang kesukaan' seperti ini sehingga gadis bermarga Qiao itu pasti malu menerimanya. Tetapi, begitu Nenek Mo mengatakan ini, bisakah Qiao Mianmian tetap tidak menerimanya?
Benar saja, Ibu Mo melihat Qiao Mianmian ragu-ragu selama beberapa detik sebelum akhirnya mengulurkan tangannya dan mengambil gelang itu.