Air Mata Qiao Mianmian Dapat Membuatnya Seketika Kehilangan Kendali
Air Mata Qiao Mianmian Dapat Membuatnya Seketika Kehilangan Kendali
Pria itu menatap bibir ceri Qiao Mianmian yang lembut dan lezat, lalu matanya perlahan menggelap. Ujung jarinya yang hangat perlahan bergerak ke atas hingga mendarat di bibir lembut Qiao Mianmian dan perlahan menekannya dengan lembut.
"Mo Yesi…"
Saat tatapan Qiao Mianmian bertemu dengan tatapan Mo Yesi, jantungnya menegang dan ia merasa panik. Mata pria itu terlalu dalam dan gelap. Hasrat di matanya terpampang terlalu jelas. Hal ini membuat Qiao Mianmian sedikit takut.
Mata Qiao Mianmian terus berkedip. Di bawah tekanan, tangan putihnya yang kecil dan lembut menekan dada Mo Yesi. Gadis itu perlahan mendorong Mo Yesi dengan lembut, lalu mencoba untuk menarik dirinya dari pelukan pria itu.
Ketika telapak tangan Qiao Mianmian menyentuh kulit Mo Yesi yang panas, ia sontak tertegun. Saat ia menundukkan kepalanya, ia melihat bahwa Mo Yesi ternyata hanya mengenakan sebuah handuk mandi dengan tubuh bagian atas yang bertelanjang dada. Mata Qiao Mianmian sontak membulat. Kemudian, sentuhan rona merah tua mewarnai wajahnya. Dalam hatinya, ia merasa semakin panik.
Seorang pria dan wanita tinggal berdua di ruangan yang sama. Belum lagi, Qiao Mianmian juga dipeluk oleh seorang pria yang hanya mengenakan handuk mandi. Suasananya terlalu ambigu dan juga terlalu berbahaya. Apalagi ketika mata gelap dan dalam Mo Yesi menatap Qiao Mianmian, ia merasa seperti sedang ditatap oleh binatang buas. Jantungnya berdegup kencang dan matanya berkedip tajam, "Kau… Tolong lepaskan aku. Um…"
Sebelum Qiao Mianmian selesai berbicara, Mo Yesi menundukkan kepalanya dan langsung mencium gadis itu dalam-dalam. Bibir gadis itu terasa manis seperti biasanya. Setelah napasnya bercampur dengan napas di bibir Qiao Mianmian, Mo Yesi tidak ingin melepaskannya.
Seolah ada api di bibir dan lidah Mo Yesi yang meninggalkan tanda panas di bibir lembut dan manis Qiao Mianmian. Ciuman dalam ini bagaikan kobaran api yang menyambar padang rumput. Tak lama kemudian, Mo Yesi tidak lagi puas hanya dengan merampas bibir Qiao Mianmian. Bibir Mo Yesi yang panas dan lembab bergerak sedikit ke bawah, lalu meninggalkan lebih banyak tanda di tubuh Qiao Mianmian.
Tangan besar Mo Yesi yang panas perlahan bergerak ke atas di sepanjang garis pinggang Qiao Mianmian yang ramping. "Sayang," Mo Yesi itu membenamkan kepalanya di leher Qiao Mianmian. Suaranya terdengar begitu rendah dan tidak normal saat ia bergumam dengan emosional, "Sayang…"
"Hmm… Mo… Mo Yesi, jangan…"
Qiao Mianmian tidak bisa menahan ciuman Mo Yesi yang terlalu kuat. Tubuhnya bersandar dengan lembut di dada pria itu Wajah kecilnya memerah dan matanya berlinang air mata, seolah hampir menangis.
Mo Yesi mengangkat kepalanya saat mendengar suara tangis Qiao Mianmian. Matanya yang gelap dan panas ternoda oleh nafsu. Tatapannya tertuju pada wajah mungil Qiao Mianmian yang cantik namun tampak menyedihkan, terintimidasi, dan hampir menangis. Alih-alih berhenti, Mo Yesi malah mengangkat wajah kecil Qiao Mianmian yang seukuran telapak tangannya dan mencium gadis itu dalam-dalam lagi.
"Huh…"
Qiao Mianmian merasa ia nyaris sekarat. Ia tidak bisa bernapas dan ia juga kehabisan napas. Qiao Mianmian bisa merasakan aura Mo Yesi yang mendominasi dan kuat di antara bibir dan giginya, bahkan juga di rongga hidungnya. Pria itu seakan ingin menelannya hidup-hidup.
Mo Yesi mencium Qiao Mianmian dengan kejam. Ia memegangi kepala Qiao Mianmian dengan tangan besarnya dan menekannya dengan keras ke tubuhnya. Sedikit oksigen terakhir yang tersisa di dada Qiao Mianmian juga dihisap habis oleh pria itu. Otaknya juga mulai kekurangan oksigen.
Air mata Qiao Mianmian yang tidak nyaman keluar. Wajah kecilnya memerah, alisnya berkerut, dan tangan putih lembutnya memukul dada Mo Yesi dengan keras. Namun, kekuatan kecilnya bagi Mo Yesi sama seperti hanya digelitik. Pria itu mengambil tangan kecil Qiao Mianmian yang sedang memukul-mukul di dadanya dengan mudah. Lalu, Mo Yesi mengangkat tangan itu ke dekat bibirnya dan mencium punggung tangannya.
"Mo Yesi, tolong lepaskan aku…"
Qiao Mianmian akhirnya bisa mengatur napasnya kembali. Ia kini berlinangan air mata. Ketika ia berbicara, suara lembutnya penuh dengan tangisan. Ia terengah-engah dengan sangat hebat, "Kau bilang kau tidak akan menyentuhku sekarang…"