Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Aku Takut Kau Akan Ditindas Saat Aku Tidak Ada



Aku Takut Kau Akan Ditindas Saat Aku Tidak Ada

0"Aku suamimu, seseorang yang akan menemanimu di sampingmu seumur hidup. Di depanku, kau tidak perlu menjadi kuat dan kau tidak perlu memiliki keraguan apapun."     

Qiao Mianmian berbaring di dada Mo Yesi yang hangat dan kuat sambil mendengarkan pria itu mengucapkan kata-kata itu di telinganya dengan suara yang pelan dan lembut. Air matanya menjadi semakin tak terkendali dan ia mulai menangis dengan kencang. Ia teringat kenangan saat ibunya masih hidup dan bagaimana ayahnya memanjakannya di masa lalu.     

Semakin Qiao Mianmian mengingat semuanya, semakin ia merasa sedih. Ia pun melepaskan semua emosi negatif yang telah menumpuk di hatinya dalam sekejap. Ia memeluk Mo Yesi dan menangis dengan tersedu-sedu.     

Akhirnya, Mo Yesi membawa Qiao Mianmian ke dalam mobil. Ia menangis terlalu lama sampai-sampai seluruh tubuhnya tidak punya tenaga yang tersisa. Menangis bahagia bahkan lebih melelahkan daripada berlari beberapa kilometer dalam satu tarikan napas.     

Setelah mereka masuk ke mobil, Mo Yesi tetap tidak melepaskan Qiao Mianmian. Ia terus memeluk Qiao Mianmian membiarkannya duduk di pangkuannya. Seluruh tubuh Qiao Mianmian melunak karena tak berdaya sehingga wanita kecil itu hanya bisa bersandar pada tubuh Mo Yesi. Mo Yesi merapikan rambut Qiao Mianmian, lalu mengeluarkan sapu tangan untuk menyeka air mata di wajahnya sedikit demi sedikit.     

Qiao Mianmian hanya berbaring di pelukan Mo Yesi dan tak bergerak. Ia membiarkan Mo Yesi menyeka air matanya dan merapikan rambutnya, seperti seekor kucing kecil yang lembut dan lucu. Qiao Mianmian menyipitkan matanya sedikit dan menikmati pelayanan tuannya dengan patuh.     

Paman Li turut masuk ke mobil dan bertanya dengan hormat, "Apakah Tuan akan kembali ke perusahaan?"     

Mo Yesi mengangkat pergelangan tangannya untuk melihat jam dan mengangguk, "Hm, kembali ke perusahaan."     

Masih banyak hal di perusahaan yang belum tertangani. Mo Yesi pun harus kembali dan mengurusnya. Sebenarnya, ia sangat sibuk hari ini. Masih ada banyak hal yang harus dilakukannya dan semuanya itu adalah hal yang penting. Mo Yesi bahkan tidak tahu mengapa ia bisa meninggalkan begitu banyak urusan penting dan datang ke sini.     

Meskipun Qiao Mianmian sudah berkata bahwa ia bisa mengatasinya sendiri dan meminta Mo Yesi untuk tidak khawatir, hati Mo Yesi masih terus merasa tidak tenang jika ia tidak datang sendiri. Ia takut Qiao Mianmian akan menderita, takut Qiao Mianmian akan ditindas orang, dan takut Qiao Mianmian...     

Terlalu banyak kekhawatiran di dalam hati Mo Yesi.     

Jelas-jelas Mo Yesi pada awalnya hanya menikahi Qiao Mianmian karena keunikan diri Qiao Mianmian. Tetapi, hanya beberapa hari setelah menikah, ia benar-benar memiliki rasa peduli yang besar untuk Qiao Mianmian.     

Qiao Mianmian mengangkat kepalanya ketika ia mendengar Mo Yesi akan kembali ke perusahaan. Ia membuka mulutnya dan bertanya dengan gemetar, "Kau masih harus kembali ke perusahaan?"     

Mo Yesi menundukan kepala, menatap Qiao Mianmian, dan menjelaskan dengan suara lembut, "Hm… Masih ada beberapa hal yang belum selesai diurus, jadi aku harus pergi ke sana lagi."     

Qiao Mianmian menggigit sudut bibirnya, memandang wajah tampan pria itu, dan bertanya dengan suara lembut, "Kalau kau begitu sibuk, mengapa kau masih…"     

"Aku mengkhawatirkanmu," jawab Mo Yesi. Ia memandang setengah wajah Qiao Mianmian yang masih sedikit merah dan bengkak. Tatapan matanya menjadi dingin dan ia menghela napas pelan. "Aku takut kau akan ditindas saat aku tidak ada. Aku datang agak terlambat," Mo Yesi berkata terus terang, lalu melanjutkan dalam hati dengan penuh sesal, Tetap saja, kau mendapatkan tamparan ini.     

Kalimat 'Aku mengkhawatirkanmu' membuat jantung Qiao Mianmian berdegup kencang. Apalagi, ketika mata gelap dan dalam pria itu menatapnya. Ia merasa seperti diseret ke jurang di bawah matanya. Jika tidak hati-hati, tidak akan bisa keluar lagi.     

Jelas-jelas mereka belum lama saling mengenal. Hubungan mereka juga belum mencapai tingkat yang sangat dalam. Tetapi, Mo Yesi begitu baik pada Qiao Mianmian sehingga membuat wanita kecil itu sedikit panik.     

Tidak ada pemberian dari siapapun yang tidak mengharapkan adanya imbalan. Mo Yesi sangat baik padaku, jadi bagaimana aku harus membalasnya? pikir Qiao Mianmian. Setelah ia memikirkannya, Mo Yesi sepertinya tidak kekurangan apapun dan telah memiliki segalanya. Satu-satunya hal yang bisa Qiao Mianmian berikan sebagai balasan untuk Mo Yesi… Hanya tubuhnya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.