Ternyata Presiden Mo Seperti Ini!
Ternyata Presiden Mo Seperti Ini!
Wei Zheng benar-benar tidak menyangka bahwa Presiden Mo ternyata memiliki sisi yang seperti itu. Biasanya ia melihat seorang Mo Yesi yang begitu serius. Namun, ternyata Mo Yesi sangat intim dengan istrinya saat jam kerja. Selain itu, mereka sama sekali tidak menyembunyikan itu dari bawahannya.
Wei Zheng dalam hati hanya bisa merasakan keluhan sebagai seorang pria lajang. Ia berjalan ke dalam ruangan dengan membawa dokumen dan memberikan dokumen itu dengan kedua tangannya, "Tuan Mo, ini laporan keuangan terbaru untuk kuartal ini."
"Hm," Mo Yesi mengambil alih dokumen itu dan menjawab dengan ringan, "Tolong umumkan, hari ini pulang kerja satu jam lebih awal."
"?!" Wei Zheng mendadak bingung dan tertegun. Ia mengangkat kepalanya dengan heran dan wajahnya penuh ketidakpercayaan. Wei Zheng takut salah mendengar sehingga ia bertanya lagi, "Pulang kerja satu jam lebih awal?"
Aku tidak sedang bermimpi, kan? Wei Zheng benar-benar tidak percaya.
"Kenapa? Tidak mau?" Mo Yesi melirik Wei Zheng. Ekspresi wajahnya tidak berubah dari biasanya. Sebaliknya, matanya sedikit lebih bahagia dari biasanya.
Wei Zheng menatap Mo Yesi, menatap Qiao Mianmian yang berada di pelukan Mo Yesi, lalu segera memahami sesuatu. Benar saja, jatuh cinta membuat orang berubah menjadi lebih baik. Bahkan Presiden Mo yang sedang jatuh cinta juga tidak terkecuali.
Dibandingkan dengan biasanya...Mo Yesi berubah menjadi lebih ramah dan lebih manusiawi. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Wei Zheng bisa pulang kerja lebih awal. Meskipun hanya satu jam lebih awal, Wei Zheng merasa sangat puas. Ia segera menjawab, "Mau, mau. Saya akan segera pergi memberitahu yang lain."
"Hm, pergilah."
Mo Yesi melambaikan tangan pada Wei Zheng, mengisyaratkan bahwa ia bisa pergi. Wei Zheng juga tidak berani tinggal terlalu lama. Ia berbalik dan segera pergi dengan cepat, memberikan waktu dan ruang untuk pasangan suami itu.
Setelah Wei Zheng pergi, hanya Mo Yesi dan Qiao Mianmian yang tersisa di dalam kantor presiden. Mo Yesi memeluk Qiao Mianmian, mengambil laporan keuangan dan melihatnya. Sementara itu, Qiao Mianmian berbaring di pelukannya dan menunggu sebentar. Tampaknya pria itu masih tidak berniat melepaskannya.
Qiao Mianmian mengangkat kepalanya, menggigit bibirnya, dan berbisik, "Bisakah kau melepaskan aku sekarang?"
Pria itu menundukkan kepalanya dan menatap Qiao Mianmian dengan tatapan yang memesona, "En?"
"Bukankah kau masih harus bekerja?" Qiao Mianmian melirik laporan keuangan di tangan Mo Yesi, "Jika seperti ini, aku akan mengganggumu."
"Tidak akan," jawab Mo Yesi sambil menarik sudut bibirnya dengan lembut. Senyuman di bibirnya membuat jantung kecil Qiao Mianmian berdebar-debar lagi, "Memelukmu sambil bekerja, efisiensinya bisa jauh lebih cepat. Sayang, menurutlah dan biarkan aku memelukmu sebentar. Tunggu aku selesai bekerja lebih awal. Aku akan menghabiskan waktu untuk menemanimu dengan baik."
"....." Qiao Mianmian hanya terdiam dan membatin, Siapa? Siapa yang butuh ditemaninya?
Selesai berbicara, Mo Yesi menyentuh kepala Qiao Mianmian dan menundukan kepala untuk membaca laporan itu. Pria itu langsung kembali ke mode kerja. Sikap Mo Yesi yang serius saat bekerja membuat Qiao Mianmian luluh dan sekali lagi terpesona.
Selama bekerja, Mo Yesi tidak pernah menggoda Qiao Mianmian lagi. Qiao Mianmian berbaring di pelukannya untuk beberapa saat, lalu perlahan tertidur lagi.
———
Ketika Qiao Mianmian akhirnya terbangun bangun lagi, ia mendapati bahwa ia telah berpindah tempat. Ia masih terbaring di pelukan Mo Yesi, tapi ia sudah dipindahkan ke mobil. Ia menggosok-gosok matanya dan memandang ke arah gedung-gedung yang terus melaju di luar jendela mobil. Qiao Mianmian masih bingung selama beberapa saat, baru kemudian bertanya dengan lembut, "Ke mana kita akan pergi?"
Suara Qiao Mianmian memang selalu lembut dan manis. Ketika ia baru bangun, suaranya bahkan terdengar lebih lucu saat bingung. Mo Yesi merasa sangat gemas dengan suaranya yang lucu. Mo Yesi menundukkan kepala, mencubit dagu Qiao Mianmian dengan jari-jari rampingnya dan mengangkat kepalanya, lalu menciumnya.
Qiao Mianmian yang masih sedikit bingung pun tertegun, "Hah…"
Ketika Qiao Mianmian menerima ciuman tanpa terduga dari pria itu, ia hampir pingsan lagi. Bibir Mo Yesi mendarat di bibir Qiao Mianmian, lalu pria itu menciumnya hingga bibirnya merah dan bengkak. Mo Yesi menatapnya dalam-dalam, baru melepaskannya.