Semua Ini Adalah Kemauanku Sendiri
Semua Ini Adalah Kemauanku Sendiri
"Tentu saja senang, tapi aku sangat sedih melihatmu begitu kelelahan." Qiao Mianmian bangkit dari tempat tidur, lalu mengulurkan tangan mengusap mata Mo Yesi. "Kau tidak akan istirahat dengan baik jika terus seperti ini. Mulai sekarang, kita bertemu di akhir pekan saja."
Saat mereka berada di Kota Yun sebelumnya, intensitas mereka berdua untuk bertemu justru tidak sesering saat ini. Entah mengapa, begitu Qiao Mianmian tiba di Kota F, pria ini justru terbang untuk mencari Qiao Mianmian setiap hari.
Mungkinkah Mo Yesi sangat khawatir Qiao Mianmian berada seorang diri di sini ?
"Kau pergi seperti ini setiap hari pasti sangat melelahkan dan merepotkan, itu juga akan memengaruhi pekerjaanmu. Aku rasa bertemu seminggu sekali juga sudah cukup."
Mo Yesi mengerutkan dahi. "Tapi, aku tidak merasa lelah juga tidak merasa repot. Apakah aku sering datang ke sini justru akan memengaruhimu?"
Qiao Mianmian benar-benar merasa kasian pada Mo Yesi, tapi Mo Yesi malah merasa Qiao Mianmian tidak menyukai hal ini.
"... Tidak," kata Qiao Mianmian.
"Kalau begitu kau tidak perlu mengkhawatirkanku." Mo Yesi mengusap kepalanya dan berkata dengan lembut, "Aku sungguh tidak merasa lelah. Bahkan jika lelah, ini juga merupakan beban kebahagiaan bagiku. Singkatnya, aku yang menginginkan semua ini, kau tidak perlu peduli apa yang aku lakukan.
"Sudahlah, kau lanjut tidur saja. Masih sangat pagi sekarang, kau masih dapat tidur dua jam lagi."
Melihat bahwa dirinya sendiri tidak bisa membujuk Mo Yesi, jadi Qiao Mianmian menyerah.
Lupakan saja. Pria ini bersedia terbang ke sana kemari, bersedia kelelahan, semua terserah padanya saja.
Qiao Mianmian dapat melihat, jika dirinya terus membujuk Mo Yesi, pasti akan muncul suatu pemikiran di dalam hati Mo Yesi. Mo Yesi mungkin akan merasa Qiao Mianmian menghalangi Mo Yesi untuk datang pasti ada alasan lain.
Lagi pula, pria ini seorang pencemburu.
*
Setelah Mo Yesi pergi, Qiao Mianmian dengan cepat tertidur lagi. Qiao Mianmian tidur sampai alarmnya berbunyi, lalu turun dari tempat tidur sambil menggosokkan mata.
Setelah Qiao Mianmian selesai mandi, Qiao Mianmian mendengar suara bel pintu berdering di luar. Qiao Mianmian membuka pintu, yang ia lihat adalah pelayan hotel yang secara khusus mengantar sarapan ke atas.
Qiao Mianmian mengambilnya, lalu kembali ke kamar. Begitu Qiao Mianmian membuka penutup makanan dan melihatnya, Mo Yesi memesan berbagai sarapan untuknya. Ada bubur dengan tambahan sayuran. Ada roti dan susu, serta buah-buahan dan makanan penutup.
Qiao Mianmian merasa Mo Yesi membesarkannya menjadi babi. Padahal Qiao Mianmian hanya sendiri, tapi Mo Yesi memesan begitu banyak makanan. Namun, begitu membuka mata, ada begitu banyak makanan lezat yang menunggunya lebih awal, dan rasanya sangat luar biasa.
*
Setelah selesai sarapan, Qiao Mianmian pergi melapor ke lokasi syuting tepat waktu.
Setibanya di lokasi syuting, Qiao Mianmian sangat sensitif. Qiao Mianmian menyadari sikap kru di lokasi syuting sangat berbeda terhadapnya. Jika sebelumnya mereka sudah cukup sopan, maka sekarang mereka sangat-sangat sopan.
Qiao Mianmian tentu tidak merasa terkejut. Mungkin perkataan Bai Yusheng tadi malam sudah tersebar. Jadi, kru lokasi syuting, baik atasan maupun bawahan, semua tahu bahwa Qiao Mianmian adalah sepupu Bai Yusheng. Sikap mereka pasti akan lebih baik terhadap Qiao Mianmian, saudara Bai Yusheng ini.
Saat Qiao Mianmian sampai di lokasi syuting untuk melapor, Qiao Mianmian tidak sengaja bertemu dengan Tu Yilei yang juga baru sampai di lokasi syuting. Keduanya saling berhadapan. Bahkan jika Qiao Mianmian ingin menjaga jarak dari Tu Yile, Qiao Mianmian juga tidak mungkin berpura-pura tidak lihat. Qiao Mianmian ragu-ragu selama beberapa saat, baru tetap maju berinisiatif menyapa, "Selamat pagi, senior Tu."
Mendengar panggilan Qiao Mianmian, Tu Yolei sedikit mengernyit. Tu Yilei mengerutkan bibir dan berkata sambil mengangguk, "Selamat pagi."
Selesai menyapa, Qiao Mianmian bersiap untuk pergi.
"Nona Qiao." Tu Yilei menghentikannya saat Qiao Mianmian baru saja lewat.
Qiao Mianmian harus berhenti. Qiao Mianmian bertanya dengan nada yang sangat asing dan nada bicara yang sangat sopan, "Apakah ada hal lain, senior Tu?"