Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Tidak Peduli Siapapun, Tidak Boleh Ada yang Menyentuhnya



Tidak Peduli Siapapun, Tidak Boleh Ada yang Menyentuhnya

2"Apa yang kau takutkan?" Mo Yesi menatap gadis kecil yang begitu panik. Mo Yesi menaikkan sudut bibirnya dan tersenyum, lalu mencubit dagu Qiao Mianmian dan menggigitnya dengan lembut, kemudian berkata dengan suara parau, "Aku tidak jadi memakanmu selama kau memanggilku suami. Kau sudah ketakutan seperti ini."     

"Mo Yesi ..." Qiao Mianmian menatap Mo Yesi dengan menyedihkan. "Aku sangat ngantuk, aku ingin istirahat lebih awal malam ini."     

Jadi, jangan menidurinya lagi!     

Tubuh kecilnya ini sementara waktu tidak sanggup menerima tekanan Mo Yesi.     

Mo Yesi tertawa pelan. Mo Yesi sangat geli oleh penampilan menyedihkan Qiao Mianmian, hatinya juga merasa ini sangat lucu. "Aku tidak mengatakan bahwa aku ingin melakukan sesuatu. Atau apakah kau memberikan isyarat agar aku melakukan sesuatu? Sebenarnya aku juga sangat lelah terbang ke sana-kemari sepanjang hari, dan juga sangat ingin istirahat lebih awal. Tapi sayang, jika kau sangat menginginkannya, aku juga bisa ..."     

"Tidak, aku tidak mau."     

Qiao Mianmian segera mengulurkan tangan menutup bibir Mo Yesi. "Karena aku sangat lelah, begitu juga denganmu, kalau begitu kita istirahat lebih awal. Kau segera minta orang untuk mengirimkan makan ke atas, aku akan mandi dulu."     

"Mandi?" Mo Yesi mengangkat alisnya. Bibir Mo Yesi yang panas menyentuh telapak tangan Qiao Mianmian. "Bagaimana kalau mandi bersama? Aku akan membantumu menggosokkan punggung ...."     

"... Aku mandi sendiri!"     

"Emm? Kau yakin?"     

"Aku yakin!"     

"Baiklah." Mo Yesi seperti merasa sangat menyayangkan hal itu. Mo Yesi menghela napas dan berkata, "Jika kau berubah pikiran, panggil aku kapan saja."     

*     

Qiao Mianmian keluar dari kamar mandi. Qiao Mianmian melihat Mo Yesi sedang berdiri di dekat jendela sambil menjawab telepon. Sosok Mo Yesi yang tinggi dan ramping mengenakan sebuah piyama hitam yang menempel di tubuhnya. Sosok pria yang sangat kokoh berdiri di samping jendela sangat menarik perhatian.     

Qiao Mianmian berjalan mendekati Mo Yesi dengan perlahan. Begitu sampai di belakang Mo Yesi, Qiao Mianmian mendengar Mo Yesi menyebutkan sebuah nama dengan dingin, "Shen Rou? Kau seharusnya tanyakan padanya apa yang sudah dia lakukan. Aku tidak tahu apa yang terjadi pada dia dan anak keempat, kau salah tanya orang."     

"Memohon? Aku hanya menganggap hubungan yang telah terjalin selama bertahun-tahun, jadi aku tidak menyelidikinya. Jika tidak, kau pikir masalah ini bisa diperhitungkan seperti ini saja?"     

"Tidak peduli siapapun itu, tidak ada yang boleh menyentuhnya. Perkataanku cukup sampai di sini, bahkan jika kau berani memiliki pemikiran lain terhadapnya, aku juga akan memalingkan wajah seolah tidak mengenalmu. Anak ketiga Yan, jika kau membantunya untuk memohon padaku, kalau begitu kau tidak perlu repot-repot mengatakannya lagi. Aku tidak mungkin akan memaafkannya."     

"Karena kesalahan yang dia perbuat sudah tidak bisa dimaafkan. Kesempatan? Aku sudah memberinya satu kesempatan, tapi dia sendiri yang tidak menganggapnya dengan serius."     

"Sudahlah, aku tidak ingin mendengarnya lagi. Jika di masa depan kau membantunya lagi untuk memohon padaku, jangan meneleponku lagi."     

Mo Yesi menutup telepon.      

Mo Yesi berbalik badan dengan wajah cemberut. Saat Mo Yesi melihat Qiao Miamian yang baru saja selesai mandi sudah berdiri di belakangnya, seketika embun beku di wajahnya tampak mencair dan mata Mo Yesi juga membawa kehangatan.     

"Sudah selesai mandi?"     

Mo Yesi mengulurkan tangan menarik Qiao Mianmian ke sisinya. Mo Yesi melihat rambut Qiao Mianmian yang masih basah, lalu mengenggam tangannya dan berjalan ke samping tempat tidur. "Tunggu sebentar, aku akan mengambil pengering rambut."     

Tidak lama kemudian, Mo Yesi sudah membawa pengering rambut. Setelah menyesuaikan suhunya, Mo Yesi berdiri di samping tempat tidur sambil membantu Qiao Mianmian mengeringkan rambut.     

Qiao Mianmian duduk di sisi tempat tidur dan dengan patuh membiarkan Mo Yesi membantu mengeringkannya. Qiao Mianmian menyadari, sepertinya sejak menikah dengan Mo Yesi, saat mereka bersama, Mo Yesi selalu membantu mengeringkan rambut.      

Pada awalnya, Qiao Mianmian masih merasa tidak biasa. Sekarang, setelah Mo Yesi membantunya mengeringkan rambut, ia sudah mulai terbiasa. Rambut Qiao Mianmian yang lembut, halus, dan licin, memberikan sensasi halus di tangan.     

Mo Yesi menjepit seikat rambut Qiao Mianmian di antara jari-jarinya, dan saat rambut Qiao Mianmian hampir kering, Mo Yesi enggan mematikan pengering rambutnya.     

"Mo Yesi, bolehkah aku bertanya sesuatu?" Qiao Mianmian teringat perkataan yang baru saja ia dengar. Setelah ragu-ragu sebentar, Qiao Mianmian memutuskan untuk langsung bertanya dengan jelas pada Mo Yesi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.