Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Ini Adalah Pertanda Perasaan yang Sebenarnya



Ini Adalah Pertanda Perasaan yang Sebenarnya

2"Mianmian kami berperilaku sangat patuh dan membuat orang menyayanginya. Jika nenek tidak menyayangimu, lalu nenek menyayangi siapa?" Nenek Mo sudah selesai minum obat. Tapi karena Qiao Mianmian membujuknya lagi, suasana hatinya sudah menjadi lebih tenang.      

Nenek Mo meraih tangan Qiao Mianmian dan menepuknya lembut. Ia berkata, "Kau tidak perlu memikirkan kalimat ibu mertuamu barusan. Entah dari mana dia mendengar rumor itu, apalagi sampai mempercayainya. Makanya dia mengatakan hal yang buruk seperti itu. Tunggu pikirannya jernih. Pasti dia akan mengakui kesalahannya sendiri."     

"Nenek, tenang saja." Qiao Mianmian mengangguk dan berkata sambil bersenyum, "Aku tahu itu, Nek. Aku tidak akan menganggapnya serius."     

"Baguslah kalau begitu." Nenek berkata dengan puas. "Satu keluarga lebih baik saling menjaga agar terus harmonis. Tidak akan baik jika ada keributan dan masalah di dalamnya."     

"Nenek ..."     

Melihat nenek Mo berbicara sangat lembut dan ramah padanya, mata Qiao Mianmian menjadi sedikit panas, kemudian berubah memerah. Ia teringat neneknya sendiri. Dalam ingatan Qiao Mianmian, saat neneknya sendiri bicara dengannya, nadanya juga begitu lembut.     

"Ya ampun, anak ini ... kenapa matamu memerah? Apa kau merasa sedih?" Mata Qiao Mianmian memerah hingga membuat nenek Mo ikut merasa sedih. Nenek Mo segera menghibur, "Anak penurut, jangan menangis. Nenek tahu kau merasa sedih. Tenang saja, nenek akan membantumu merasa lega kembali."     

Begitu dihibur nenek Mo, mata Qiao Mianmian malah semakin merah, hidungnya juga terasa tidak nyaman.     

Qiao Mianmian pun menangis.     

Qiao Mianmian merasa ia sangat beruntung karena bisa menyenangkan hati nenek Mo dan membuatnya bersikap begitu baik padanya. Mo Yesi mengerutkan keningnya saat melihat mata Qiao Mianmian memerah. Mo Yesi pikir Qiao Mianmian merasa sedih, makanya menangis.      

Mo Yesi segera mengulurkan tangan, mengusap air mata di sudut mata Qiao Mianmian, dan turut menghibur dengan lembut, "Kau benar-benar merasa sangat sedih? Kalau begitu aku akan membantumu merasa lega kembali, ya? Jangan menangis. Jika kau menangis, hatiku juga merasa sedih."     

"Aku, aku bukan menangis karena merasa sedih," kata Qiao Mianmian.     

Qiao Mianmian menangis hingga terisak dan tersedak. Mo Yesi baru saja menyeka air mata dari sudut mata Qiao Mianmian dengan lengan bajunya, namun air mata sudah mengalir lagi. Setelah beberapa saat, bagian cuff abu-abu perak Mo Yesi basah oleh air mata milik istrinya. Bahkan basahnya mulai menjalar kemana-mana.     

Mo Yesi bahkan tidak melirik ke bagian yang basah, tetapi ia masih terus masih menghibur dengan suara yang lembut, "Jika bukan karena merasa sedih, kalau begitu karena apa? Katakan saja, aku dan nenek akan melakukan apapun untukmu."     

Paman Zhang yang berada di samping juga sedikit kebingungan. Meskipun ia sudah tahu bahwa tuan muda kedua sangat menyayangi nyonya muda kedua, ia masih sedikit terkejut ketika melihat pemandangan ini. Tuan muda kedua merupakan orang yang sangat ketat dengan kebersihan. Tapi sekarang tuan muda kedua sama sekali tidak peduli nyonya muda kedua mengotori bajunya. Seolah kekhawatiran akan kebersihan itu tidak ada.      

Paman Zhang sangat menyadari bahwa keberadaan nyonya muda kedua lebih penting bagi tuan muda kedua daripada yang ia kira. Selain itu juga, cara tuan muda kedua saat menatap Nyonya Muda kedua begitu lembut dan memanjakan. Ini adalah pertanda perasaan yang sebenarnya.     

Meskipun nyonya muda kedua memiliki penampilan yang sangat cantik, hanya sedikit pria yang tidak menyukai wanita secantik itu. Tapi orang yang sedang ia bahas adalah tuan muda kedua.     

Lingkungan keluarga seperti keluarga Mo ini, sejak kecil hingga dewasa, wanita seperti apa yang belum pernah dijumpai tuan muda kedua? Bukankah nona tertua dari keluarga Shen juga sangat cantik? Bahkan nona tertua keluarga Shen tumbuh bersama dengan tuan muda. Tapi paman Zhang tidak pernah melihat kalau tuan muda kedua-nya menyukai nona tertua keluarga Shen.     

"Ya, anak gadis, kenapa kau menangis? Katakan pada nenek. Nenek akan melakukannya untukmu." Nenek Mo melihat Qiao Mianmian menangis hingga matanya merah dan bengkak, seperti mata kelinci yang membuat orang merasa sedih.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.