Kau Adalah Bos, Kalimatmu Mutlak
Kau Adalah Bos, Kalimatmu Mutlak
Yan Shaoqing bergerak sangat cepat. Belum sampai dua menit, ia sudah mengirim file terkompresi yang berukuran sangat besar ke surel Mo Yesi.
Ia membalas WeChat Mo Yesi.
'Kakak kedua, aku sudah mengirimkannya padamu. Semuanya ada 10 video dan sangat bermutu. Aku jamin setelah kau menontonnya, kehidupan ranjangmu dan kakak ipar akan lebih harmonis dibandingkan sekarang. Kakak ipar juga akan semakin mencintaimu. Beri tahu aku setelah kau menontonnya, aku masih punya ratusan video lain. Saudara yang baik tidak akan menyembunyikan ini. Aku akan mengirimkan semuanya untukmu jika waktunya sudah tiba.'
Mo Yesi mengerutkan kening. Saat ini ia mencoba menutupi fakta dan membalas: Ini tidak ada hubungannya dengan kakak ipar, jangan bicara sembarangan.
Aku Tuan Muda Yan-mu: He he he, Kakak kedua, tidak masalah jika kau membohongi orang dengan kalimat itu. Tapi jika kau membohongiku, apa aku akan percaya? Tidak usah malu atau sungkan mengaku sedang mempelajari beberapa teknik untuk menyenangkan istrimu sendiri.
Mo Yesi: Diam.
Aku Tuan Muda Yan-mu: Oke, oke, oke, aku akan diam. Kalau kau bilang bukan, berarti memang bukan. Kau adalah bos, kalimatmu mutlak.
Mo Yesi tidak ingin memedulikannya. Ia sedang bersiap keluar dari aplikasi WeChat. Namun beberapa detik kemudian, Yan Shaoqing mengirim sebuah pesan lain: Kakak kedua, apakah kau benar-benar tak ingin memedulikan anak keempat lagi? Waktu itu aku bertemu dengan dia, kami juga mengobrol sebentar. Ia sebenarnya juga tahu bahwa yang ia lakukan tidak benar, hanya ...
Setelah beberapa detik, Yan Shaoqing mengirim pesan lanjutan: Sebenarnya ia tidak memiliki perasaan dengan kakak ipar. Ia hanya ... membantu Rourou. Kau juga tahu, sejak kecil ia sangat melindungi Rourou. Ia tidak rela melihat Rourou sedih. Tapi, ia masih sangat menjaga hubungan persaudaraan di antara kita. Aku lihat ia sudah sadar kalau dia salah, hanya saja di permukaannya tidak terlihat seperti itu. Bagaimana jika aku menyiapkan makan malam bersama-sama besok,untuk ... berdamai?
Suara air di dalam kamar mandi pun berhenti. Pintu yang tertutup rapat kini terbuka. Uap putih menguar dari tubuh Qiao Mianmian.
Perhatian Mo Yesi tanpa sadar teralih pada Qiao Mianmian. Ia menoleh untuk melihat ke arah kamar mandi. Asap putih menyebar dari dalam. Qiao Mianmian, yang baru saja selesai mandi, berjalan keluar dari ruangan tersebut. Qiao Mianmian mengenakan piyama tali ikat sutra berwarma merah muda. Dengan rambut diikat dan wajah bersih tanpa riasan, Qiao Mianmian berjalan ke meja rias.
Setelah mandi, kulit seputih susu milik Qiao Mianmian terlihat lebih kenyal dan menggoda. Di bawah air panas, kulit yang putih dan lembut itu berubah menjadi warna merah muda samar, seperti buah persik yang matang, membuat orang-orang ingin mendekat dan mencicipi. Dari kejauhan, Mo Yesi sepertinya juga bisa mencium aroma memikat dari tubuh Qiao Mianmian.
Qiao Mianmian baru saja selesai mandi. Ia duduk di depan meja rias dan mengoleskan produk perawatan kulit ke wajahnya.
Mo Yesi menatap punggung putih dan mulus Qiao Mianmian selama beberapa saat. Matanya meredup dan jakunnya naik turun dua kali. Ia berbalik badan dan perlahan berjalan mendekati Qiao Mianmian.
Yan Shaoqing tidak menunggu balasan Mo Yesi dan mengirim satu pesan lagi: Kakak kedua, kau harus jawab. Apakah besok kau akan membawa kakak ipar pergi makan bersama?
Saat ini Mo Yesi jelas tidak memedulikan pesan dari Yan Shaoqing. Mo Yesi langsung mengunci ponselnya dan melemparkan benda itu ke tempat tidur yang besar. Kemudian ia berjalan sampai ke belakang tubuh Qiao Mianmian selangkah demi selangkah.
Aroma manis yang memikat menguar dari gadis yang duduk di depan meja rias, seperti racun yang membuat orang kehilangan akal. Aromanya menusuk hidung, rasa manis di sana membuat mulut Mo Yesi sedikit kering.
Qiao Mianmian sedang mengoleskan produk perawatan kulit. Saat ia sedang mengoleskan krim malam di wajahnya, ia melihat sebuah sosok sedang berdiri di belakangnya melalui cermin.