Selamat Tinggal Cinta Pertamaku

Pria di Matanya



Pria di Matanya

2Ji Jinchuan melihat-lihat dokumen pekerjaannya. Karena tangan kanannya terluka, jadi dia menggunakan tangan kiri untuk meninjau dan menandatangani dokumen-dokumen itu. Meskipun tanda tangan dan kata-kata yang ditulisnya menggunakan tangan kiri tidak sejelas dan setebal saat menggunakan tangan kanan, tetapi tulisannya masih bagus dan tidak acak-acakan seperti orang lainnya yang tidak biasa menggunakan tangan kiri.     

Chen Youran melihat tanda tangan dan nama terang yang ditulis Ji Jinchuan menggunakan tangan kiri dengan heran. Kemudian, dia bertanya, "Apa kamu sudah pernah berlatih menulis pakai tangan kiri?"     

Ji Jinchuan tidak mendongak sedikit pun, matanya terus tertuju pada dokumen. Dia menjawab dengan nada bicara yang hangat seperti biasanya, "Iya…"     

Chen Youran bahkan lebih terkejut, lalu kembali bertanya, "Kamu sudah menyiapkan diri sebelum hal buruk terjadi?"     

Mendengar hal itu, Ji Jinchuan mencibir dan memukul kepala Chen Youran dengan pena di tangannya. Pukulan itu ringan dan tidak menyakitkan. Dia lalu berkata dengan suara rendah sambil tersenyum, "Apa yang ada di dalam kepala biji melon ini?"     

Chen Youran menyandarkan kepalanya dan bergumam, "Bagaimana bisa kamu menulis dengan baik saat menggunakan tangan kiri?"     

"Di matamu, seluruh yang ada pada diriku itu indah, kan? Lalu, bagaimana dengan tulisan tangan kiriku?" tanya Ji Jinchuan dengan bibir yang melengkung.     

Chen Youran menurunkan pandangannya dan melihat ke arah dokumen yang ditandatangani oleh Ji Jinchuan dengan tangan kirinya. Dia tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh suaminya dengan cermat, kemudian tanpa sadar ber-oh ria, seolah menyetujuinya. Setelah sadar, dia bereaksi dan mengangkat bulu mata hitamnya. Dia merasa sangat malu hingga ingin menggali lubang dan mengebor tanah untuk kabur.     

Ji Jinchuan mengulurkan tangan untuk mencubit daun telinga istrinya yang merah. Seketika, Chen Youran menjauhkan kepalanya dari tangannya dan memperingatkannya dengan isyarat matanya bahwa Xie suling masih ada di sana. Dia seolah menyuruh suaminya untuk sedikit menjaga sikap.     

Sementara itu, Xie Suling yang merasa diabaikan saat melihat hubungan intim antara pasangan tersebut merasa tidak bisa tinggal lebih lama lagi. Dia bangkit dan membawa tas tangannya, lalu berkata, "Bibi Zhao, ayo pergi…"     

Chen Youran lalu berniat untuk mengantar mereka, namun Ji Jinchuan menarik tangannya. Dia memelototinya, tetapi pria itu tidak menatapnya. Ji Jinchuan sengaja menunggu Xie Suling dan Bibi Zhao pergi sebelum melepaskannya.     

Chen Youran merasa sakit kepala karena sikap suaminya itu, lalu dia berkata, "Itu ibumu…"     

Ji Jinchuan hanya menyuarakan kata, 'hmm' dari mulutnya. Kemudian, dia menandatangani dokumen yang sudah disiapkan, lalu mengambil buku catatan untuk melanjutkan memproses e-mail.     

***     

Sekitar pukul 5 sore, Bibi Wu datang untuk mengantar makan malam. Saat dia datang, Chen Youran sedang berada di kamar mandi. Ji Jinchuan yang berada di tempat tidur memandang Bibi Wu dengan tatapan ringan dan berkata, "Kalau bibi ingin kembali ke kediaman utama, bibi bisa kembali kapan saja."     

Wajah Bibi Wu seketika berubah, lalu dia berkata, "Tuan Muda, kalau aku tidak memberitahu, Nyonya Besar akan memarahiku."     

"Tetapi, Bibi tidak meminta persetujuanku dulu sebelumnya," tutur Ji Jinchuan dengan tatapan tajam.     

Jantung Bibi Wu seketika melonjak, dia pun berkata, "Tuan Muda, beri aku kesempatan satu kali lagi."     

Wajah Ji Jinchuan tampak menjadi lebih hangat. Dia pun membalas dengan nada ringan, "Lain kali, kalau melakukan kesalahan lagi, bibi tidak hanya akan keluar dari Teluk Nanhai, tetapi sepenuhnya akan hilang dari Keluarga Ji, mengerti?"     

Bibi Wu benar-benar merasa ketakutan mendengar perkataan Ji Jinchuan. Keringat dingin pun seketika bercucuran di wajahnya. Dia menjawab dengan terbata-bata, "Me… mengerti."     

***     

Saat Bibi Wu baru saja pergi, Qiu Shaoze dan sekelompok orang dari majalah 'Me' datang ke rumah sakit. Mereka membawa buah-buahan yang kini ditumpuk di atas meja hingga membentuk pegunungan. Masih ada pula beberapa bunga di dalam ruangan, sehingga aroma harum menutupi aroma obat yang khas di rumah sakit.     

Ji Jinchuan selalu menjadi orang yang dingin dan tidak menyenangkan, sehingga suasananya di dalam kamar itu menjadi sangat canggung. Qiu Shaoze dan para karyawan dari majalah tersebut pun tidak tinggal begitu lama di sana, lalu pergi.     

***     

Keesokan harinya…     

Demam yang dialami Ji Jinchuan benar-benar mereda dan suhu tubuhnya kembali normal. Xiao Cheng pergi untuk mengurus prosedur pemulangan. Sementara itu, Chen Youran mengemasi barang-barangnya. Ketika Xiao Cheng sudah menyelesaikan prosedur pemulangan dan kembali ke kamar pasien, mereka juga sudah selesai berkemas.     

Chen Youran memandang pria di kursi roda, kemudian melihat luka di kakinya dan berkata, "Bahkan meskipun sudah keluar rumah sakit, kamu tetap tidak bisa pergi bekerja. Bukannya lebih baik tinggal di rumah sakit untuk sementara agar lebih leluasa untuk mengganti perban?"     

Ji Jinchuan mengangkat alisnya dan berkata, "Apa udara di rumah sakit lebih baik dibandingkan udara di rumah?"     

"Rumah lebih cocok untuk beristirahat dan ada dokter keluarga yang akan mengganti perban secara rutin, jadi jangan khawatir," sahut Xiao Cheng.     

Ji Jinchuan saat ini berada di kursi roda dan Xiao Cheng mendorongnya. Sementara Chen Youran membawa barang-barang mereka. Kemudian, ketiga orang itu pun meninggalkan rumah sakit.     

Ketika mereka tiba di luar rumah sakit, Xiao Cheng mengambil mobil. Chen Youran beralih mendorong kursi roda Ji Jinchuan dan menunggu di tempat yang sudah disediakan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.