Selamat Tinggal Cinta Pertamaku

Ternyata Dia adalah Istrimu



Ternyata Dia adalah Istrimu

1Setelah semua aktivitasnya selesai, Ji Jinchuan menarik napas panjang. Dia menyeka rambut di dahinya, melepas pakaiannya dan mengeringkan bajunya yang basah kuyup karena hujan. Setelah setengah kering, dia memakainya lagi dan keluar dari kamar. Saat baru saja keluar dari kamar, angin dingin pegunungan datang menerpanya. Dia masih mengenakan pakaian yang setengah saat ini, jadi seketika dia bersin-bersin.     

Biksu yang gemuk datang dengan membawa teh dan melihat Ji Jinchuan masih mengenakan pakaian basah, kemudian berkata, "Tuan Muda, kenapa Anda tidak mengganti pakaian? Itu bisa membuat Anda sakit…"     

Ketika sedang membicarakan pakaian, Ji Jinchuan tiba-tiba teringat sesuatu, dia pun bertanya, "Pohon harapan di luar diikat dengan harapan semua peziarah, termasuk istri saya?"     

Biksu gemuk mengangguk dan bergumam, "Ternyata dia adalah istri Anda… Aku kira dia adalah pacar dari pria muda tadi siang."     

Setelah mengatakan itu, sang biksu gemuk menyadari sesuatu. Kemudian, dia menatap Ji Jinchuan yang matanya sangat gelap. Dia menjulurkan lidahnya dengan refleks. Saat ini, dia masih berusia 12 tahun dan pipinya tampak sangat gemuk. Saat tertawa, dia terlihat seperti orang Maitreya.     

***     

Xiao Cheng dan Zhou Xianglun awalnya berencana untuk mengelilingi kuil menuju ke menara sinyal. Tetapi saat di luar kuil, mereka melihat Ji Jinchuan berdiri di tangga bambu dengan jas hujan hitam. Pria itu tampak sedang melihat kartu merah di pohon harapan satu per satu. Kedua orang itu awalnya syok, kemudian berubah menjadi ragu. Mereka syok dan bersyukur karena Presiden Ji yang baik-baik saja. Tetapi, mereka juga bertanya-tanya dalam hati, apa yang sedang dia lakukan?     

"Anda akan sakit kalau terus seperti ini, Tuan Muda," kata biksu gemuk yang berdiri di bawah atap kuil di luar dengan berteriak. "Kalau Anda ingin tahu apa harapan Nona Muda itu, Anda bisa menunggunya bangun dan menanyakan langsung padanya."     

Hujan dengan kekuatan yang besar berangsur-angsur menjadi lebih kecil. Ji Jinchuan melihat setiap kertas harapan dengan penuh semangat dan tampaknya dia tidak akan menyerah sebelum dia benar-benar berhasil menemukan harapan yang ditulis Chen Youran. Dia kemudian melihat kembali ke bawah atap dan bertanya, "Apa kamu yakin ini lokasinya?"     

Kalau biksu gemuk mengingat tempat yang salah, dan begitu banyak harapan, kapan aku akan menemukannya? Batin Ji Jinchuan.     

Tetapi, bahkan jika Ji Jinchuan tidak menemukannya dalam tiga hari tiga malam, dia juga tetap bersikeras untuk menemukan harapan milik Chen Youran. Dia ingin tahu apa yang ditulisnya hingga membuatnya hampir kehilangan nyawanya. Dia melihat ke satu sisi dan berpikir dalam hatinya, selama aku bisa, aku akan mewujudkan semua keinginannya dan akan selalu membuatnya bahagia. Selama dia terus berada di sisiku, aku akan melakukan apa pun. Dia hanya perlu melakukan tugasnya sebagai Nyonya Muda Ji.     

Xiao Cheng dan Zhou Xianglun saling memandang. Mereka juga melihat kartu merah yang diikat di dahan dan langsung tahu benda apa itu. Ketika mereka baru mendengar percakapan tadi, mereka menyadari bahwa Presiden Ji sedang mencari kartu harapan. Xiao Cheng berjalan maju sebanyak dua langkah, berdiri di bawah pohon dan menatap pria di tangga bambu.      

"Presiden Ji…" sapa Xiao Cheng.     

Ji Jinchuan menatapnya dengan pandangan samar, namun gerakannya tidak berhenti. Bibir putihnya bergerak dan berkata, "Kamu hubungi orang-orang di kaki gunung. Ketika hujan berhenti, kami akan turun gunung. Juga hubungi dokter kandungan yang paling hebat di rumah sakit terkenal."     

Mendengar kalimat terakhir Ji Jinchuan, Xiao Cheng terkejut dan berkata, "Nyonya Muda… Dia…"     

Dari perkataan Presiden Ji, Xiao Cheng bisa mengetahui bahwa Nyonya Muda Ji tidak sedang baik-baik saja. Tetapi, dia tidak berani untuk menanyakan mengenai anak di dalam kandungan Chen Youran.     

"Presiden Ji, udara di gunung sangat dingin. Tunggu saja sampai hujan benar-benar berhenti…" Awalnya, Xiao Cheng berniat membujuknya untuk turun gunung saat hujan berhenti dan kembali untuk menjemputnya. Tetapi, dia melihat Ji Jinchuan memegang kartu merah di tangannya. Ekspresi pria itu tampak terkejut, seolah-olah sangat bahagia. Pria itu bahkan tidak bisa menangis atau tertawa. Akhirnya, dia pun menelan kembali kata-katanya.     

Ji Jinchuan melihat kartu merah di tangannya. Tulisan tangan itu tampak masih rapi dan jelas. Tinta yang digunakan untuk menulis adalah tinta kelas atas. Jadi, tidak akan luntur walaupun terkena hujan.     

'Memiliki kehidupan tenteram bersamamu selama sisa usia kita', delapan kata ini terasa seperti keajaiban yang membuat hati Ji Jinchuan sangat bahagia. Jika Chen Youran menulis itu dulu, dia akan berpikir bahwa delapan kata tersebut untuknya dan Gu Jinchen.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.