Antara Hidup dan Mati (1)
Antara Hidup dan Mati (1)
Saat sebuah tangan memegang pundaknya, seketika tubuh Ji Jinchuan menjadi kaku. Dia menoleh untuk melihat orang yang ada di belakangnya. Karena terguyur hujan deras, garis pandangnya tidak jelas, jadi butuh waktu untuk akhirnya bisa melihat wajah pucat wanita yang sangat dikenalnya. Dia pun segera bangkit dan memeluknya. Lengannya yang kuat memeluk Chen Youran dengan erat dan tubuhnya yang tinggi sedikit gemetar. Seluruh tubuhnya basah, dingin dan mati rasa. Meskipun memakai jas hujan, tetapi seluruh tubuhnya tetap basah. Namun meski begitu, selama Chen Youran ada di pelukannya, dia sedikit demi sedikit mulai bisa merasakan suhu tubuhnya. Seiring dengan berjalannya waktu, berangsur-angsur seluruh hatinya juga ikut menghangat.
Suhu saat ini terlalu dingin, sehingga Chen Youran tidak bisa menahan untuk tidak menggigil. Dengan suara yang sedikit gemetar dia bertanya, "Kamu… kenapa?"
"Ke mana kamu pergi dengan Qiu Shaoze?" Suara marah Ji Jinchuan terdengar seperti amukan gelombang di telinga Chen Youran. Suara itu disertai dengan getaran samar yang seolah penuh kepanikan.
Sebelumnya, Chen Youran tidak menangis, tetapi sekarang matanya terasa panas. Lapisan tipis kabut mulai muncul di matanya dan suaranya tercekatnya pun terdengar, "Maaf, sudah membuatmu khawatir…"
Ji Jinchuan melepas jas hujannya dan memakaikannya pada tubuh Chen Youran. Dia memeluknya lagi sambil berkata, "Kata Qiu Shaoze kamu ada di menara sinyal. Dan saat ini menara sinyal sudah runtuh. Aku pikir… Aku pikir kamu…"
Tadi, Chen Youran tidak bisa berjalan lagi, jadi Qiu Shaoze memintanya untuk tinggal di menara sinyal. Lalu, pria itu pergi mencari seseorang untuk menyelamatkannya. Setelah pria itu pergi, dia beristirahat. Selama itu dia berpikir bahwa Ji Jinchuan pasti sangat khawatir, jadi dia memutuskan untuk berjalan perlahan menyusuri jalan menuju kaki gunung. Namun, cabang jalan terlalu banyak dan hujan terlalu deras. Dia tidak mengetahui jalan mana yang merupakan jalur untuk menuruni gunung. Dia takut berjalan di jalan yang salah dan orang-orang yang mendatanginya akan menunggunya. Jadi, dia bersiap untuk kembali ke menara sinyal. Untungnya, sebelum dia sampai ke menara sinyal, dia mendengar suara yang sangat besar seperti benda runtuh. Meski kedengarannya jauh, tetapi suaranya cukup memekakkan telinga. Dia pun sangat ketakutan saat itu. Jika dia tetap berada di menara sinyal, dia akan mati hari ini.
Suara Ji Jinchuan terdengar sedikit serak. Pepohonan tampak bergoyang semakin kencang secara bertahap. Chen Youran kemudian mendengar suara bebatuan yang mengalir deras. Dia membuka matanya lebar-lebar dan berkata, "Jinchuan, kamu dengar itu…"
Ji Jinchuan melepaskan Chen Youran dari pelukannya dan mendongak dengan terkejut. Napasnya menjadi semakin sesak. Dia kemudian berjongkok di depan Chen Youran dan berkata, "Ayo cepat, kita harus segera turun gunung…"
Pada saat ini, langit seolah hancur dan bumi seolah retak. Air hujan menyapu tanah dengan ganas. Fenomena batu lumpur hanya terjadi 100 tahun sekali, tidak disangka mereka berdua akan menyaksikannya secara langsung.
Chen Youran dengan cepat merangkul pundak Ji Jinchuan, lalu berkata, "Sudah terlambat… Ada sebuah kuil di Gunung Hou. Ayo pergi ke sana untuk berlindung."
Setelah itu, Ji Jinchuan menggendong Chen Youran di punggungnya. Jalan berlumpur di lereng yang curam terlalu licin, sementara aliran puing-puing mengalir dengan deras. Beberapa dari puing-puing itu bertabrakan dengan kakinya. Dia tidak berani berjalan terlalu cepat, jadi dia hanya bisa menginjakkan kakinya selangkah demi selangkah. Dia terus melanjutkan jalannya dengan perlahan. Dia tidak yakin apakah anak yang dikandung istrinya itu masih ada atau tidak. Bahkan jika anak itu sudah tidak ada di sana, dia tidak boleh terjatuh. Ini tidak hanya akan berdampak buruk bagi kesehatan Chen Youran, tetapi juga akan menimbulkan trauma besar setelah aborsi yang dapat dengan mudah menyebabkan kerusakan rahim dan membuatnya tidak bisa hamil lagi.
Untungnya, area awal aliran puing-puing tidak besar. Dan kuil juga berada di belakang gunung. Jadi ketika mereka melewati menara sinyal, mereka berusaha untuk menghindari batu dan ranting-ranting patah yang tersapu arus.
Di luar kuil, Ji Jinchuan juga mengerahkan semua kekuatannya. Kakinya lemah, namun dia tetap berusaha menginjak anak tangga selangkah demi selangkah. Dia lalu meletakkan tubuh Chen Youran yang pingsan dengan perlahan. Kemudian, dia berteduh pada atap agar terhindar dari hujan.