Memiliki Kehidupan Tenteram Bersamamu Selama Sisa Umur Kita
Memiliki Kehidupan Tenteram Bersamamu Selama Sisa Umur Kita
Chen Youran pergi bersama Qiu Shaoze, sementara Xiao Liu bersama dengan rekan lainnya. Mereka pergi ke tempat yang berbeda untuk mengambil ranting kayu yang sudah kering. Chen Youran baru saja mengambil kayu kering, sementara Qiu Shaoze malah membuang kayu yang ada di tangannya. Dia menatap pria itu dengan heran dan bertanya, "Apa yang kamu lakukan?"
"Terdapat sebuah kuil di Gunung Hou. Ada sebuah pohon harapan di depan gerbang utama kuil. Kalau melalui jalan ini, kita bisa menuju ke kuil itu. Ayo pergi untuk melihatnya," ajak Qiu Shaoze.
"Bukannya kamu mengatakan semua orang akan pergi ke sana setelah selesai makan?" tanya Chen Youran.
"Kamu bodoh… Nanti akan ada banyak orang. Apa kamu tidak malu menuliskan harapanmu di depan mereka? Kalau mereka melihatnya, mereka pasti akan mengolok-olok sepanjang waktu."
"Tapi…" Semua orang menunggu… Namun, kami akan menyelinap ke pohon harapan terlebih dahulu. Apa itu hal yang bagus? Batin Chen Youran.
Qiu Shaoze sudah mengetahui apa yang hendak Chen Youran katakan. Dia pun langsung menyela dengan berkata, "Bukannya masih ada Xiao Liu dan yang lainnya? Jangan buang-buang waktu."
"Kamu membawa ponsel, kan? Pinjam ponselmu sebentar. Aku ingin menghubungi seseorang," kata Chen Youran. Dia merasa harus menghubungi Ji Jinchuan. Jika sampai dia tidak kunjung kembali dalam waktu yang cukup lama, pria itu pasti akan khawatir. Ponsel dan tasnya ada di Ji Jinchuan, jadi dia hanya bisa meminjam ponsel milik Qiu Shaoze.
Qiu Shaoze sembap mencibir bahwa Chen Youran adalah wanita yang ribet, namun dia tetap mengeluarkan ponselnya, lalu meletakkannya di tangannya. Ponselnya tidak memiliki kata sandi, jadi Chen Youran langsung memasukkan nomor telepon Ji Jinchuan begitu dia menyalakannya. Telepon belum terhubung, tetapi layar terang tiba-tiba berubah menjadi hitam. Dia menekan tombol samping kanan pada ponsel, tapi tidak ada reaksi.
"Ada apa dengan ponselmu?" tanya Chen Youran
Qiu Shaoze mengambil alih ponselnya, lalu menekan tombol kanan cukup lama, sekitar satu menit. Namun, tetap tidak ada reaksi apa pun dan layar ponselnya tetap hitam. Dia mengangkat tangan dan kedua bahunya, lalu berkata, "Kemarin malam lupa mengisi daya."
Hari ini, Qiu Shaoze mengikuti tur yang akan diadakan selama dua hari. Dia merasa sangat senang kemarin, hingga lupa mengisi daya sebelum tidur kemarin malam. Meskipun dia membawa pengisi daya di ranselnya, tetapi dia tidak akan bisa mengisi daya untuk saat ini.
"Kita akan segera kembali, kok," tutur Qiu Shaoze. Melihat keraguan di mata Chen Youran, dia membawanya ke sisi selatan jalan dan berkata, "Kamu belum menikah, jadi kamu tidak harus melapor padanya. Setelah kamu menikah nanti, kamu tidak akan memiliki kehidupan yang bebas."
Dibutuhkan waktu kurang lebih 20 menit untuk berjalan kaki menelusuri jalan setapak Gunung Huo hingga akhirnya tiba di kuil. Di depan pintu gerbang utama kuil terdapat sebuah tangga. Di sisi kiri, ada pohon harapan yang lebat dengan cabang-cabang pohon yang rimbun. Terdapat pula potongan-potongan kertas harapan berwarna merah di sana.
Mereka berdua maju dan membakar dupa untuk memberi penghormatan kepada patung Buddha. Tak lupa, mereka juga memberikan uang sumbangan untuk dupa. Kemudian, mereka pergi ke kantor penerimaan yang ada di sebelah mereka untuk mendapatkan kertas harapan. Chen Youran memikirkan harapan yang akan ditulisnya dalam waktu yang cukup lama. Dia memiliki keinginan yang sederhana sebelumnya. Lalu, setelah lulus kuliah, dia ingin menikah dengan Gu Jinchen. Untuk sekarang, keinginannya adalah memiliki anak yang sehat dan tidak kurang suatu apa pun. Dia juga berharap, dirinya dan Ji Jinchuan memiliki kehidupan yang tenteram dan makmur selama sisa hidup mereka.
Setelah berpikir cukup lama, Chen Youran akhirnya menuliskan delapan kata, 'Memiliki kehidupan tenteram bersamamu selama sisa umur kita'.
Qiu Shaoze menoleh dan menatap Chen Youran yang ada di sampingnya. Dia terkekeh dan berkata, "Aku tidak melihat apa-apa."
Keduanya membawa kertas harapan mereka dan keluar dari kuil. Kemudian, mereka menaiki tangga bambu hijau di bawah pohon, lalu menggantung kertas harapan merah masing-masing pada dahan. Chen Youran menatap Qiu Shaoze yang berada di tangga bambu. Pria itu dengan hati-hati menggantung kertas harapan merah ke dahan. Dia memiliki ekspresi wajah yang serius dan senyum yang tidak seperti biasanya.
"Ini hanyalah untuk ketenangan pikiran, jangan terlalu bersemangat. Kamu tampaknya menaruh semua harapanmu pada pohon ini," goda Chen Youran.
Qiu Shaoze turun dari tangga bambu dan menjawab, "Harapan adalah semangat hidup."
Chen Youran tidak kuat untuk menahan tawa. Dia tidak terlalu memercayai pohon harapan itu. Dia hanya ingin menemani Qiu Shaoze yang penuh semangat untuk datang. Jadi, dia sekalian juga membuat harapan.
"Apa harapanmu untuk bisa mencicipi makanan di seluruh dunia dan menjadi fotografer besar?" tanya Chen Youran.