Selamat Tinggal Cinta Pertamaku

Kamu Pasti Datang karena Wanita Ini



Kamu Pasti Datang karena Wanita Ini

0Mata bulat Qiu Shaoze terbelalak. Dia menarik pakaiannya dan melambaikan tangannya diam-diam.     

Pria yang duduk di sofa memutar cincin permata yang tersemat di antara jari-jarinya. Dia lalu tertawa lebih keras dari sebelumnya dan berkata, "Sangat menarik…"     

Pada saat ini, pintu bilik tiba-tiba didorong terbuka. Pria yang masuk adalah pria yang mengenakan setelan jas hitam buatan tangan dan bertubuh tinggi tegak. Tampak pula Xiao Cheng mengikutinya di belakang.     

Chen Youran melihat dengan jelas pengunjung yang tiba-tiba masuk itu, seketika matanya berubah menjadi cerah. Dibandingkan menunggu Xu Chengyan, dia memang lebih mengharapkan kedatangan Ji Jinchuan. Dia merasa bahwa pria itu jauh lebih baik dibandingkan Xu Chengyan.     

Saat Ji Jinchuan hendak berjalan ke arah Chen Youran, pengawal berbaju hitam yang ada di dekatnya menepuk bahunya. Hal itu membuat langkahnya terhenti dan dia tidak bisa bergerak.     

Mata dingin Ji Jinchuan menyapu seluruh bilik. Pandangannya berhenti pada tubuh Chen Youran selama beberapa detik. Lalu, dia menatap pada pria yang duduk di sofa dan bertanya, "Sejak kapan kamu kembali?"     

Melihat kemunculan Ji Jinchuan secara tiba-tiba, senyum pria yang duduk di sofa itu sedikit membeku selama beberapa saat. Kemudian, dia kembali memperbesar senyum di wajahnya dan balik bertanya, "Apa kamu sedang bertanya padaku?"     

Mata dalam Ji Jinchuan tampak tenang. Bibir tipis dan dinginnya berkata, "Karena sudah kembali, maka pulanglah."     

Pria yang duduk di sofa itu perlahan berdiri. Dia mengangkat tangannya untuk merapikan kerutan pada kerahnya. Lalu, dia mengambil kruk (penyangga kaki) di sampingnya dan berjalan tertatih-tatih menuju Ji Jinchuan.     

Chen Youran dan Qiu Shaoze membelalakkan mata mereka. Mereka berdua seketika berpikir, pantas saja dia hanya terus duduk di sana. Ternyata kakinya tidak normal. Sangat disayangkan pria setampan dia harus memiliki kaki yang lumpuh.     

"Sepertinya ada seseorang yang berkata sebelumnya, menyuruhku untuk tidak kembali pulang ke rumah di masa depan," kata pria itu. Meskipun sudut mulutnya memunculkan senyum, tetapi sorot matanya perlahan berubah menjadi muram.     

"Tetapi, aku juga mengatakan bahwa sebaiknya kamu tetap tinggal di New York sepanjang waktu. Kenapa kamu juga tidak pulang ke rumah?" tanya Ji Jinchuan dengan mata yang dalam dan jernih langsung menatapnya.      

"Hahaha…" Pria itu tiba-tiba tertawa. Dia tampak seolah tidak memiliki emosi apa pun. Dia menoleh dan matanya tajam seperti pisau. Pandangannya menatap tajam ke arah Ji Jinchuan, dia terlihat sangat dingin, sedingin musim salju. "Kakakku tersayang, kamu datang dengan begitu cepat setelah aku kembali. Apa kamu menyuruh seseorang untuk mengawasiku?"     

Ji Jinchuan mengerutkan kening. Dia tidak tahu bahwa pria di hadapannya itu sudah kembali. Dia datang ke bilik itu setelah mendengar Xiao Cheng mengatakan bahwa Chen Youran sedang dalam masalah di sana.     

Mendengar pria tersebut memanggil Ji Jinchuan dengan sebutan kakak, Chen Youran tertegun. Pria itu adalah saudara Presiden Ji? Batinnya.     

Sebelum pergi ke luar negeri, Chen Youran pernah mendengar bahwa keluarga Ji memiliki seorang putra bernama Ji Shaosheng. Tetapi dia jarang muncul sejak enam tahun yang lalu dan secara perlahan menghilang dari pemberitaan. Hal yang tidak dia duga adalah Tuan Muda Kedua Keluarga Ji adalah seorang pria yang lumpuh. Dia pernah melihatnya di televisi sebelumnya. Meskipun tidak dapat mengingat penampilannya dengan jelas, tetapi seingatnya pria itu bisa berjalan dengan normal pada saat itu.     

Ji Jinchuan tidak menjawabnya, dia hanya berkata dengan ringan, "Aku ingin membawa dua orang ini."     

"Biar kutebak, untuk siapa kamu di sini?" Ji Shaosheng berjalan ke arah Chen Youran dan Qiu Shaoze. Sekilas, dia melihat ke sosok Chen Youran. Kemudian dia kembali menatap Ji Jinchuan, tersenyum ironis dan kembali berkata, "Kamu pasti datang karena wanita ini."     

Nada bicaranya tidak terdengar retoris, tetapi lebih deklaratif. Hal itu bisa dipastikan sesuai dengan suasana hati yang diperlihatkannya.     

Namun, Ji Jinchuan tidak menjawabnya. Dia dengan tenang melihat kekacauan yang ada di lantai. Lalu, dia berkata kepada pelayan yang berdiri di depan pintu, "Kirimkan semua tagihan pada rekeningku."     

Ji Shaosheng terkekeh sebanyak dua kali. Bibir tipisnya melengkung halus, lalu dia berkata, "Kakak, apa kamu meremehkan adik laki-lakimu ini?"     

Rupanya, adiknya itu salah menafsirkan maksudnya. Ji Jinchuan pun perlahan mengerutkan kening, lalu berkata dengan nada yang terdengar sedikit dingin, "Kamu masih tetap seperti ini?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.