Ini adalah Kompensasinya
Ini adalah Kompensasinya
Di salah satu sudut studio tersebut terdapat tempat istirahat. Di sofa kulit berwarna ungu tua, seorang pria berkemeja putih duduk dengan kaki terlipat. Kakinya yang halus ditutupi dengan celana panjang hitam yang dipotong rapi. Dengan perlahan, dia mencicipi secangkir kopi. Dia mengetahui bahwa Ji Wenqing tidak suka diganggu ketika melukis. Jadi, dia tidak mengganggunya dan hanya menunggu dengan sabar.
Ketika kuas dicelupkan ke dalam palet, Ji Wenqing tiba-tiba berkata, "Apa kamu sedang punya waktu luang, jadi datang ke sini untuk minum kopi?"
Ji Jinchuan menyipitkan sepasang mata hitamnya, perlahan-lahan meletakkan sendok kopi, lalu mengambil tas arsip yang ada di meja kopi dan berkata, "Ada yang harus bibi tanda tangani."
Ji Wenqing tidak berbicara sepatah kata pun dan terus berkonsentrasi pada lukisannya. Namun, Ji Jinchuan tidak kehilangan kesabarannya dan duduk di sana dengan tenang. Fitur wajahnya yang terpantul di sisi kaca, tersorot cahaya keemasan, sehingga membuatnya semakin terlihat tampan dan tegas.
Setengah jam kemudian, Ji Wenqing melukis sentuhan terakhirnya. Lalu, dia meletakkan paletnya, pergi ke kamar mandi yang ada di sebelah untuk mencuci tangannya dan kembali ke studio. Melihat cangkir kopi Ji Jinchuan yang sudah habis, dia bertanya, "Apa kamu ingin tambah kopi lagi?"
Bibir tipis dan dingin milik Ji Jinchuan menjadi berwarna. Dengan sedikit cahaya di mulutnya, dia berkata, "Aku sangat jarang datang ke sini. Kalau bisa meminumnya sekali lagi, itu akan lebih baik."
Ji Wenqing tersenyum. Senyumnya itu tampak seperti hujan yang berkabut, sangat mirip dengan suasana Kota Jiangnan yang sangat tenang dan damai. "Kata-katamu yang seperti itu terdengar seolah kamu tidak pernah minum kopi selama seumur hidup."
"Aku minum banyak kopi, tetapi kurang lebih 10 tahun yang lalu terakhir kali aku meminum kopi yang dibuatkan oleh bibiku," kata Ji Jinchuan sambil tersenyum.
Sebelumnya, ada pemandangan yang sangat harmonis di antara mereka berdua. Tetapi, karena kata-kata Ji Jinchuan yang tidak disengaja, membuat terciptanya keheningan di antara kedua orang itu.
Kemudian, Ji Wenqing pun pergi ke pantri untuk membuat kopi. Setelah beberapa menit, dia kembali ke studio, mengambil cangkir kopi Ji Jinchuan yang sudah habis dan kembali memasuki pantri lagi. Saat ini, Ji Jinchuan mengikutinya dari belakang, lalu dia kembali ke area santai studio dengan membawa dua cangkir kopi yang sudah berisi kopi baru.
Ji Wenqing duduk di seberangnya. Ji Jinchuan mendorong tas arsip di sepanjang meja menuju bibinya yang menatapnya dengan ekspresi wajah bingung. Dia pun memberikan perintah sambil menatap tas arsip tersebut, "Buka dan lihatlah."
Kemudian, Ji Wenqing mengambil tas arsip itu, membuka tali dan melihat isi di dalamnya. Dia dikejutkan oleh empat kata, 'bukti surat transfer saham'. Dia tertegun untuk waktu yang lama, "Ini..."
Ji Jinchuan pun berkata dengan terus terang, "Ini adalah apa yang ayahku minta untuk diberikan kepadamu yang seharusnya sudah lama ingin diberikan. Tapi, selama ini bibi terlalu keras kepala tidak mau kembali ke rumah lamamu. Keluarga kita memang tidak pernah mengganggumu. Pertama, mereka merasa sudah tidak tahu malu kepadamu. Kedua, mereka juga tahu bahwa ada simpul di dalam hatimu yang hanya bisa diselesaikan oleh dirimu sendiri. Mereka ingin memberimu lebih banyak ruang dan membiarkanmu agar bisa berpikir jernih. Tetapi, kamu meletakkan kebencian itu terlalu dalam di hatimu. Jika bibi tidak mau pulang, bibi harus mempunyai sumber daya keuangan."
Hiasan di wajah Ji Wenqing seolah perlahan-lahan memudar. Wajahnya berubah menjadi pucat pasi dalam sekejap. Sementara jari putih halusnya yang memegang bukti surat transfer saham di tangannya meremas kertas itu dengan keras, sehingga berubah bentuknya. Dia lalu bertanya, "Apakah ini kompensasi untukku?"
Ji Jinchuan tidak setuju dengan kata-katanya. Dia hanya bisa mengerucutkan bibir dan terdiam.
Ji Wenqing yang biasanya terlihat anggun, kali ini matanya tampak merah. Suaranya sangat tajam dan dapat terdengar dengan jelas di ruang studio yang tenang, "Apakah di mata kalian, Lenan hanya bernilai 10% dari saham perusahaan?"
"Mereka semua hanya merasa takut bibi akan mengalami penderitaan saat berada di luar rumah," ucap Ji Jichuan sambil menatap Ji Wenqing.
"Kalau mereka tahu itu, kenapa repot-repot melakukannya?" Nada suara Ji Wenqing penuh dengan sarkasme. Dia melempar surat transfer sahamnya ke keranjang sampah. "Kalau bukan karena keegoisan, saat ini aku pasti akan memiliki keluarga yang harmonis, memiliki seorang suami yang mencintaiku dan juga memiliki anak-anak yang pintar. Sekarang situasi yang ada malah seperti ini. Dan itu semua disebabkan oleh mereka."