Hanya Sebuah Pakaian
Hanya Sebuah Pakaian
Chen Youran dan Qiu Shaoze datang ke kantor Ketua Redaksi Zhou bersama-sama untuk menjelaskan permasalahan yang mereka hadapi secara rinci kepadanya. Sebelum masuk, mereka sudah menyatukan pikiran dan siap untuk menerima omelannya. Namun, mereka tidak menyangka, Ketua Redaksi Zhou sama sekali tidak terkejut ketika mereka memberitahunya bahwa He Zimin mengancam akan menutup kantor majalah tersebut.
"Walikota He telah bersedia untuk diwawancarai, kalian tidak tahu?" kata Ketua Redaksi Zhou.
Mendengar hal itu, Chen Youran dan Qiu Zhaoze saling menatap karena terkejut. Saking terkejutnya, Chen Youran mengira bahwa dirinya telah salah dengar. Dia menatap rekannya dan melihat ekspresi keheranan di wajah pria itu. Setelah itu, dia menyadari bahwa dirinya tidak salah dengar.
Mereka pun keluar dari kantor pemimpin Redaksi Zhou dengan perasaan tidak karuan. Qiu Shaoze masih tidak bisa memahami situasinya dan berkata, "Apa Wali Kota He sudah gila?"
Chen Youran juga sangat penasaran, dia merasa bahwa kemarin dirinya telah menyinggung Wali Kota He. Pria itu juga sudah dengan tegas menolak untuk diwawancarai. Untungnya, kantor majalahnya tidak jadi mendapat surat gugatan resmi. Mengapa dia tiba-tiba berubah pikiran? Batinnya.
Melihat Chen Youran yang juga tampak bingung, Qiu Shaoze mendekatinya dan bertanya dengan nada misterius, "Apakah itu berkat bantuan kakak iparmu?"
Seketika jantung Chen Youran seakan berhenti berdetak. Tetapi, saat melihat Qiu Shaoze masih terus menatap dirinya, dia tersenyum seolah tidak terjadi apa-apa. "Pikirkan baik-baik, dia adalah bos besar. Mana mungkin dia mempunyai waktu untuk berurusan dengan hal itu?"
Mendengar perkataan Chen youran, Qiu Shaoze menggigit lidahnya, mengembalikan pikirannya dan mulai mempersiapkan wawancara dengan Wali Kota He.
Pada sore hari, Chen Youran meminta izin pulang lebih cepat dari pekerjaannya. Dia tampak seperti orang linglung. Dia mengambil ponselnya di atas meja, pergi ke lorong, menemukan tempat yang sunyi dan menekan rentetan angka nomor telepon seseorang. Melihat deretan angka di layar ponselnya, dia merasa ragu. Bagaimanapun dia tidak memiliki keberanian untuk menelepon nomor tersebut.
***
Chen Youran memandang gedung yang menjulang tinggi di depannya. Dengan tangan yang membawa sebuah kantong kertas, dia pun memasuki perusahaan Grup Zhongsheng. Wanita yang bertugas di meja sedang melakukan panggilan telepon dan memberi isyarat kepadanya untuk menunggu.
Setelah menunggu beberapa saat, resepsionis itu meletakkan gagang telepon, tersenyum ramah dan berkata, "Permisi, siapa nama Anda?"
"Aku di sini karena ada perlu dengan Presiden Ji," jawab Chen Youran sambil tersenyum.
Saat mendengar perkataan Chen Youran, senyum ramah di wajah resepsionis itu seketika menjadi beku selama beberapa saat. Matanya melihat gadis itu dari atas hingga bawah dengan hati-hati. Namun, arti tatapan matanya itu tidak jelas.
Chen Youran dengan murah hati membiarkan resepsionis itu memandangnya, tanpa menunjukkan sedikit pun kekesalan. Dengan jabatan dan ketampanan yang dimiliki Ji Jinchuan, dia sudah bisa menebak ada banyak wanita yang datang ke perusahaan untuk bertemu dengannya. Mungkin resepsionis meja depan menanggapinya dengan pikiran dirinya sama dengan wanita-wanita itu.
Resepsionis itu kembali ke posisi semula. Ekspresi wajahnya tidak menunjukkan penghinaan dan tidak juga menunjukkan kekesalan. Dia hanya tersenyum dan bertanya secara profesional, "Apakah sudah ada janji?"
Chen Youran menggelengkan kepalanya. Dia membuka bibirnya hendak mengatakan sesuatu, tetapi wanita di depannya sudah mendahuluinya berbicara, "Maaf, Anda tidak bisa menemui Presiden Ji tanpa ada janji."
Kemudian, Chen Youran meletakkan kantong kertas yang ada di tangannya di atas meja dan berkata dengan tenang, "Aku tidak mengatakan bahwa aku ingin bertemu dengan Presiden Ji. Tolong berikan ini kepadanya."
Resepsionis itu tampak ragu-ragu dan berkata, "Jika Anda memiliki barang berharga, lebih baik memberikannya secara langsung kepadanya."
"Ini hanya sebuah pakaian," ucap Chen Youran sambil terkekeh.
Resepsionis meja depan itu akhirnya mengambil alih kantong kertas. Setelah Chen Youran pergi, dia memeriksa isi di dalamnya dan melihat ada satu set pakaian bagus nan mahal. Meskipun pakaian itu berwarna hitam gelap, tetapi pakaian itu adalah yang biasa dikenakan oleh orang-orang dari kalangan atas. Dia mengetahuinya dari merek yang terjahit rapi di sana, kancing setelannya pun sangat istimewa. Pakaian itu tampak sangat indah dan elegan.