Pengkhianatan dari Dua Orang
Pengkhianatan dari Dua Orang
Di halaman luar vila, Chen Shuna dan para pelayannya sedang mengajari Gu Yiyi cara berjalan. Bocah itu berjalan dengan langkah kaki pendek dan wajahnya yang montok memerah. Dia tertawa begitu riang.
Chen Shuna berjongkok pada jarak satu meter dan mengulurkan tangannya ke arah Gu Yiyi. Dia memanggil bocah itu dengan lembut, "Yiyi, cepat kemari. Ibu ada di sini."
Sementara itu, Chen Youran berdiri tidak jauh dari sana dan menatap mereka dengan tenang. Itu adalah saudara perempuannya, istri dari pria yang begitu dicintainya dan itu adalah anak perempuan mereka. Ketika memikirkan pria itu, hatinya dipenuhi dengan rasa sedih. Saat ini, pria itu sudah memiliki istri dan anak perempuan. Mereka juga terlihat begitu bahagia. Entah apalah arti kisah cinta yang pernah melekat sebelumnya.
Pada saat ini, Chen Youran menyadari bahwa tidak peduli seberapa awal mereka bertemu dan seberapa besar mereka mencintai satu sama lain, mereka hanyalah pasangan yang melewati tahun-tahun masa muda yang singkat. Mereka yang masih muda pasti akan mengalami hal itu, sampai mereka secara bertahap berpisah dan tidak lagi bertemu satu sama lain.
Seorang pelayan mendongak dan melihat Chen Youran yang berdiri tidak jauh. Kemudian dia menyapa dengan sopan, "Nona Chen..."
Ketika Chen Shuna mendengar teriakan pelayan, dia berdiri dan membalikkan badan. Sebuah kejutan kecil melintas di matanya. Kemudian, dia berkata sambil tersenyum, "Youran, kenapa tidak bilang kalau mau datang?"
Hari ini, Chen Shuna mengenakan sweater dan rok panjang berwarna hijau muda. Pembawaannya lembut dan tenang, bahkan walaupun sudah memiliki seorang anak, tubuhnya tetap langsing dan ramping. Pipinya yang halus berwarna kemerahan dan tampak begitu cerah.
Chen Youran melangkah maju dan menggendong Gu Yiyi. Dia tidak tahu apa yang harus dibicarakannya, jadi dia hanya tersenyum dan berkata dengan ringan, "Xu Chengyan memintaku untuk mengirim dokumen ke… Kakak ipar."
Chen Shuna berkata sambil tersenyum, "Dia ada di ruang kerja di lantai atas."
Gu Yiyi yang berada dalam gendongan Chen Youran sangat sulit diatur. Tangan kecilnya yang gemuk menggenggam kerah bajunya dan tangannya yang lain yang terus melambai-lambai secara tidak sengaja menampar pipi Chen Youran. Kulitnya yang lembut dan halus meninggalkan bekas merah. Itu terasa sedikit nyeri dan panas.
Chen Shuna berseru dan segera melangkah maju untuk mengambil Gu Yiyi, lalu kemudian memberikannya kepada pelayan. Melihat bekas merah di wajah Chen Youran, dia meminta maaf dengan nada penuh penyesalan, "Ayo masuk, aku akan mengoleskan obat untukmu."
Bagi wanita, merawat diri merupakan kesenangan tersendiri. Walaupun hanya berupa bekas luka kecil, namun tetaplah tidak baik jika meninggalkan bekas luka, apalagi di wajah.
Chen Youran tidak terlalu peduli dengan kulitnya. Dia menyipitkan mata dan berkata dengan acuh tak acuh, "Anak kecil selalu nakal, itu normal, tidak masalah, kok."
Pelayan menurunkan Gu Yiyi. Kemudian, Chen Shuna meminta para pelayan untuk menaruh buah-buahan dan teh di area halaman istirahat. Dia juga berkata pada salah satu pelayan, "Beritahu Jinchen bahwa Youran datang."
Chen Youran tidak ingin tinggal lebih lama lagi. Jadi, dia mengeluarkan dokumen dari tasnya dan menyerahkannya kepada Chen Shuna, lalu berkata, "Ada hal lain yang harus aku lakukan. Berikan saja ini padanya."
Chen Shuna ingin dia tinggal lebih lama dan makan malam bersama, tetapi Chen Youran menolaknya dengan sopan. Sebelum kembali ke rumah, dia berulang kali memperingatkan dirinya sendiri bahwa Gu Jinchen dan Chen Shuna telah menikah. Jadi, dia seharusnya tidak mengalami delusi. Yang satu adalah kekasih masa mudanya, yang satu lagi adalah saudara perempuan yang sangat menyayanginya. Dia tidak seharusnya menghancurkan pernikahan mereka. Tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa setiap kali dia bertemu dengan mereka, ada gelombang kecemburuan yang muncul. Dia sangat mengetahui bahwa perasaan tersebut berasal dari pengkhianatan kedua orang itu. Dua orang terdekat dan paling terpercaya membunuh kasih sayang dan cintanya. Dia tidak bisa begitu saja mengabaikan luka yang ditimbulkan oleh mereka. Dia hanya bisa menghindarinya.
Di ruang kerja di lantai dua, Gu Jinchen berdiri di depan jendela dengan mengenakan pakaian rumahnya. Matanya diam-diam melihat ke halaman istirahat di lantai bawah sambil memegang dokumen yang baru saja dikirim oleh para pelayan. Saat melihat punggung Chen Youran, dia menutup matanya. Jari-jarinya mengepal semakin kencang memegang dokumen. Dan dokumen yang berada di tangannya diremas.