Selamat Tinggal Cinta Pertamaku

Jangan Lupa Minum Obat



Jangan Lupa Minum Obat

2Entah itu hanyalah ilusi Chen Youran atau tidak, tetapi dia seolah bisa merasakan napas pria di ujung telepon itu. Terjadi keheningan selama beberapa saat, sebelum kemudian Gu Jinchen berkata dengan suara sangat lirih, "Kamu adik iparku. Shuna mengkhawatirkanmu kemarin malam."     

Kata 'adik ipar' seolah menyadarkan Chen Youran bahwa Gu Jinchen mengajukan pertanyaan karena posisinya sebagai saudara iparnya. Dan kata 'adik ipar' seketika juga terasa seperti menggores kembali luka di lubuk hatinya yang paling dalam. Hatinya terasa dibasahi oleh lumuran darah, sangat sakit, rasanya dia tidak kuat menahan sakit itu.     

"Tuan Gu..." Senyum di bibir Chen Youran berangsur-angsur mengeras dan matanya sedikit berair. "Tolong beritahu kakakku kalau aku baik-baik saja, suruh dia untuk tidak mengkhawatirkanku. Kalau tidak ada hal lain lagi, aku akan menutup teleponnya dulu. Aku sedang bekerja."     

Sebelum Gu Jinchen memberikan respons, Chen Youran telah menutup teleponnya. Melihat layar ponselnya yang gelap, hatinya tampak mati rasa dan jari-jarinya yang memegang ponsel perlahan mengencang.      

Setelah menyesuaikan suasana hatinya, Chen Youran pun menelepon ke rumah Keluarga Chen. Saat itu, Bibi Zhang yang menjawab telepon. "Nona Kedua, ke mana kamu pergi kemarin malam? Nyonya mengkhawatirkanmu sepanjang malam."     

Chen Youran sudah menduga dengan apa yang dikatakan oleh Bibi Zhang. "Bibi Zhang, aku baik-baik saja. Seorang rekan kerja sakit dan dirawat di rumah sakit kemarin malam. Aku menemaninya di rumah sakit dan aku lupa membawa ponselku di kantor."     

Setelah mendengar itu, Bibi Zhang merasa lega. Kemudian, dia memberitahu Chen Youran bahwa saat tidak pulang kemarin malam, meskipun Chen Yaoting tidak memperhatikannya, tetapi Kakek Chen terus membuat banyak keluhan dan marah.     

Chen Youran hanya tertawa dan tidak mengatakan apa-apa, lalu menutup telepon. Dia tahu bahwa Kakek Chen tidak peduli dengan hidup atau matinya, tetapi takut dia akan menyebabkan sesuatu hal yang buruk di luar dan membuat Keluarga Chen malu. Dia sendiri hampir tidak memiliki perasaan peduli sama sekali untuk keluarga itu.     

***     

Saat makan siang, seorang rekan wanita tiba-tiba muntah ketika mencium bau amis. Rekan lainnya bertanya, "Meiqi, apakah kamu hamil?"     

Rekan wanita bernama Meiqi ini telah menikah selama tiga tahun dan perutnya belum juga isi. Dia kini sering mendapat diskriminasi dari mertuanya di rumah.     

"Tidak mungkin…" Meiqi sangat sadar akan kondisi tubuhnya. Dia pernah mengalami kecelakaan mobil. Dia pernah mendengar dari dokter bahwa kemungkinan untuk dia bisa hamil sangatlah kecil.     

Mendengar kata 'hamil', tubuh Chen Youran seketika membeku. Tadi malam dia terlalu kebingungan dan Ji Jinchuan juga tidak melakukan tindakan pencegahan apa pun. Dia hanya mengingat tubuhnya dilempar, lalu tertidur. Selain itu, dia lupa apa yang terjadi.     

Setelah bekerja, Chen Youran pergi ke toko obat terdekat untuk membeli obat darurat setelah berhubungan. Dia juga membeli sebotol air, lalu meminumnya. Setelah minum obat, dia merasa lega. Dia dan Ji Jinchuan hanyalah teman tidur. Ada seseorang yang masih menetap di hatinya dan sang Presiden Ji tidak mungkin mencintainya. Jadi, dia tidak pernah memikirkan soal kehamilan.     

Ketika Chen Youran hendak menghentikan taksi untuk pulang, tiba-tiba Xiao Cheng memanggil, "Nona Chen, Presiden Ji menyuruhku untuk mengingatkanmu agar tidak lupa minum obat darurat setelah berhubungan."      

Chen Youran melemparkan botol yang masih berisi setengah air ke tempat sampah di sebelahnya dan berkata, "Asisten Khusus Xiao, beritahu Presiden Ji kalau dia tidak perlu mengkhawatirkan hal ini. Aku tahu apa yang harus dilakukan."     

Xiao Cheng mendengarkan Chen Youran berbicara dengan nada yang sangat tenang, tanpa terlihat ada sedikit keraguan pun. Tetapi, dia masih sedikit khawatir dan dengan ramah mengingatkannya, "Nona Chen, kalau Presiden Ji tidak setuju, meskipun kamu hamil, anak itu tidak akan bisa dilahirkan. Aborsi sangat berbahaya untuk kesehatanmu."     

Chen Youran tersenyum lembut. Dia menatap sinar matahari yang cerah dan berkata, "Asisten Khusus Xiao, aku baru saja meminum obat itu dan membeli cadangan ekstra. Kalau tidak percaya, apakah perlu aku memotretnya dan mengirimkannya sebagai bukti?"     

Setelah mendengar perkataan Chen Youran, Xiao Cheng merasa tidak ada masalah yang perlu dikhawatirkan. Menurutnya, wanita itu tidak sama dengan wanita-wanita yang dekat dengan Presiden Ji sebelumnya. Setidaknya, wanita itu tidak rakus akan uang juga tidak akan mengancam Presiden Ji dengan alasan anak.      

"Tidak perlu. Nona Chen adalah orang yang pandai. Aku pikir kamu tahu harus melakukan apa," ujar Xiao Cheng.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.