Selamat Tinggal Cinta Pertamaku

Dia Berbeda dengan Fang Yaqing (3)



Dia Berbeda dengan Fang Yaqing (3)

0Setelah mendengarkan suara itu, Lin Mo'an tersenyum dan berkata, "Dia belajar untuk menjadi pria yang perhatian di usianya yang masih kecil. Setelah dia dewasa dan menikahi seorang istri, dia pasti akan menjadi budak istri yang manja."     

Chen Youran meletakkan ponselnya dan berkata, "Tidak ada yang salah dengan itu, kan?"     

Lin Mo'an merasa hal itu sedikit tak terbayangkan. Dia kemudian berkata, "Sebenarnya, aku masih tidak percaya kalau dengan temperamen Ji Jinchuan yang benar-benar membosankan, dia dapat mengajari putranya menjadi seperti itu."     

"Apa yang dilakukan Nuonuo itu biasanya mengikuti ajaran Ji Shaoheng." Chen Youran berkata dengan tak berdaya.     

***     

Rumah sakit…      

Ketika Chen Youran tak kunjung datang hingga pukul 9 malam, Ji Nuo berteriak, "Ayah, berikan aku ponselmu."     

Ji Jinchuan meletakkan laptopnya di sofa, berjalan menghampiri anaknya, dan memberikan ponsel. Kemudian, dia menarik kursi di samping tempat tidur pasien dan duduk di sana. Ji Nuo mengambil alih ponsel yang diberikan ayahnya dan berkata, "Ayah pergi mengerjakan urusanmu saja, jangan mengkhawatirkan tentangku."     

Sebelumnya, Ji Jinchuan telah pulang ke rumah terlebih dahulu setelah bekerja. Setibanya di rumah, dia langsung mandi dan berganti pakaian sebelum akhirnya pergi ke rumah sakit. Saat ini, dia mengenakan sweater hitam yang ada resletingnya, yang membuat dirinya terlihat tampan.     

"Bukan kamu perlu ayah untuk menghubungi seseorang?" ucap Ji Jinchuan.     

Ji Nuo menggelengkan kepala dan berkata, "Tidak, aku akan melakukannya. Pergi dan lakukanlah kesibukanmu."     

Namun, Ji Jinchuan tetap duduk dan tak bergerak. Ji Nuo menatap Ji Jinchuan dan bertanya, "Ayah, apa kamu ingin menguping panggilan teleponku dengan Ranran?"     

Bahkan jika Ji Jinchuan duduk kembali di kursinya, dia masih bisa mendengar apa yang mereka bicarakan di telepon. Selain itu, mereka berada di ruang yang sama, jadi entah bagaimana bisa itu dikatakan menguping.     

"Mau meneleponnya atau tidak? Lagi pula, dari mana kamu bisa berbicara banyak seperti ini."     

"Ayah, kamu harus bersikap lembut padaku. Kalau tidak, aku tidak akan membantumu mengejar Ranran."     

Ji Jinchuan mengulurkan tangannya untuk mengambil kembali ponselnya, Ji Nuo pun buru-buru melindunginya sambil berkata, "Oke, oke, aku akan menelepon. Aku akan meneleponnya sekarang."     

Ji Jinchuan menarik kembali tangannya dan bersandar di bagian belakang kursi. Posturnya saat ini seperti patung Buddha yang sedang duduk. Ji Nuo sudah mengingat nomor telepon Chen Youran. Dia lalu memasukkan angka satu per satu dan jarinya berhenti ketika dia masih kekurangan dua angka terakhir.     

Dia tidak datang ke rumah sakit. Dia pasti sedang sibuk. Bagaimana kalau dia merasa terganggu saat aku menelepon? Batin Ji Nuo.     

"Ayah, apa ada cara untuk memberi tahu Ranran apa yang ingin aku katakan tanpa mengganggunya?"     

"Kirim pesan teks." Ji Jinchuan berkata dengan singkat.     

Setelah mengatakan itu, Ji Jinchuan tidak melihat Ji Nuo mengatakan apa pun. Dia mengangkat pandangannya dan menatap putranya. Ji Nuo menatapnya dengan mata yang menyipit dan tampak sedih.     

"Ayah, kamu mengejekku!"     

Ji Jinchuan lupa sejenak bahwa meskipun lebih pintar dari anak-anak lain, tetapi Ji Nuo baru berusia 6 tahun. Jadi, entah bagaimana mungkin anaknya itu bisa mengirim pesan teks.     

"Ayah bisa mengirimkannya untukmu," kata Ji Jinchuan memberikan penawaran.     

"Tidak! Apa ada cara lain?" tanya Ji Nuo.     

"Kalau begitu, tinggalkan pesan suara saja." Ji Jinchuan bangkit dan duduk di samping Ji Nuo. Dia kemudian mengajarinya cara mengoperasikan pesan suara.     

Setelah meninggalkan pesan, Ji Nuo terus memegang ponselnya dan menunggu beberapa menit. Namun, Chen Youran tidak menelepon.     

"Ayah, apa Ranran belum membukanya?"     

"Mungkin dia sedang sibuk," balas Ji Jinchuan dengan suara hangat.     

"Hmm, oke." Ji Nuo tampak cemberut.     

***     

Di pagi hari berikutnya…     

Ji Shaoheng datang ke rumah sakit pagi-pagi untuk menggantikan Ji Jinchuan. Dia datang dengan membawa sarapan. Dia menuangkan bubur dari wadah bekal pengawet panas dan menyerahkan bagian Ji Jinchuan kepadanya.     

"Gu Jinchen dan Liang Yanchen bertengkar di pemakaman Chen Yaoting kemarin," ucap Ji Shaoheng.     

Ji Jinchuan baru saja menyisir rambutnya serta mengganti pakaian dan sepatunya. Dengan mata hitam yang penuh rasa ingin tahu, dia bertanya, "Apa yang terjadi?"     

"Mereka bertengkar karena Chen Shuna."     

Ji Jinchuan tidak mengatakan apa-apa. Ji Shaoheng pun melanjutkan, "Liang Yanchen telah mengejar Chen Shuna selama lima tahun, tetapi Chen Shuna menyukai Gu Jinchen. Sikap Gu Jinchen pada Chen Shuna tampak acuh tak acuh, bahkan cenderung dingin. Liang Yanchen marah padanya karena memperlakukan Chen Shuna seperti itu. Kemarin, mereka bertengkar, Liang Yanchen-lah yang menggerakkan tangannya terlebih dahulu."     

Ji Jinchuan berjalan ke sofa dengan semangkuk bubur di tangannya dan berkata dengan suara lembut, "Apa kamu pergi ke sana kemarin?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.