Ternyata Mereka Sudah Punya Anak (6)
Ternyata Mereka Sudah Punya Anak (6)
"Kenapa aku tidak diberi tahu soal ini?!" kata Ji Jinchuan dengan marah.
Sipir itu bergidik ketika mendengar raungan Ji Jinchuan. Keringat dingin bercucuran di punggungnya. Dia lalu menjelaskan, "Nyonya Muda Ji tidak pernah dibuat menderita saat di penjara, bahkan selnya disendirikan secara khusus. Tetapi, dia yang menyakiti dirinya sendiri dan tidak mau makan atau minum. Kami tidak bisa meminta siapa pun memaksanya memasukkan makanan ke dalam mulutnya, kan?"
Saat itu, ketika sipir mendapat kabar bahwa Chen Youran mengalami keguguran, dia ketakutan setengah mati. Dia takut Ji Jinchuan tidak akan mau untuk melepaskannya setelah mengetahui hal ini. Dia berpikir bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi, jadi dia menyembunyikannya terlebih dahulu.
Kemudian, Chen Youran menghilang setelah dibebaskan dari penjara. Batu berat yang selama ini menekan dada sipir itu pun seolah jatuh, yang membuatnya merasa lega. Dia tidak menyangka bahwa setelah bertahun-tahun, Ji Jinchuan akan datang untuk menyelidiki masalah ini sendiri.
Ji Jinchuan mencengkeram kerahnya. Dia sangat kesal karena sipir itu tak kunjung menjawab pertanyaannya. Dia pun berkata dengan sangat dingin dan kejam untuk mengulangi pertanyaannya lagi, "Kenapa kamu tidak melaporkan hal ini kepadaku?"
Ketika sipir itu melihat ekspresi dingin dan kejam Ji Jinchuan, dia sangat takut sehingga wajahnya seketika menjadi pucat. Lalu dia berkata, "Saya… tidak berani untuk melaporkannya."
Hati Ji Jinchuan dipenuhi dengan rasa sakit yang menyayat, yang secara bertahap masuk jauh ke dalam tulang sumsumnya. Dia tiba-tiba tersenyum seperti orang gila dan berkata pada dirinya sendiri, "Ini salahku. Semuanya salahku…"
Sipir itu melihat Ji Jinchuan yang berbicara melantur. Dia takut dan bingung pada saat bersamaan. Senyum Ji Jinchuan berangsur-angsur membeku, pikirannya kalut dan suram. Dia seperti lalat tanpa kepala yang kebingungan dan tidak bisa merasa lega. Dia meraba-raba mencari rokok, tetapi setiap sakunya kosong. Mana rokokku? Rokokku di mana? Batinnya.
Sipir menatapnya dan melihat bahwa Ji Jinchuan sedang mencari sesuatu. Dia bertanya, "Apa yang sedang Anda cari?"
Bibir Ji Jinchuan bergerak. Dia berkata dengan suara yang serak seolah-olah pita suaranya akan segera hancur, "Apa ada rokok?"
"Ya." Sipir itu pun mengeluarkan kotak rokok dari sakunya.
Sebelum sipir itu bisa mengulurkannya, Ji Jinchuan dengan cepat meraihnya. Dia mengeluarkan satu batang rokok dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Sipir tersebut kemudian menyalakan pemantik api dan membungkuk untuk mengarahkannya ke Ji Jinchuan.
Ji Jinchuan menarik napas dalam-dalam dan asap rokoknya masuk ke paru-parunya. Dia tiba-tiba batuk dengan keras, seolah-olah seluruh paru-paru dan empedunya akan segera keluar. Sipir tersebut bergegas menuangkan segelas air untuknya dan meletakkannya di depannya.
Ji Jinchuan merokok dalam diam. Matanya kosong seperti sumur kering, dia seolah tidak bisa melihat gelas yang diserahkan Sipir di depannya. Tangan sipir tersebut mati rasa lalu dia menarik diri. Dia meletakkan gelas di atas meja dan berdiri menatap pria yang wajahnya terlihat sangat buruk. Pakaian di punggungnya sudah basah oleh keringat dingin.
Ji Jinchuan hanya mengisap rokoknya sebanyak tiga isapan. Dia duduk dengan kaku seperti patung. Setelah waktu yang lama, dia bangkit dan berjalan keluar. Dia bahkan hampir menabrak kusen pintu.
Sipir tersebut dengan cepat menarik Ji Jinchuan. Apa yang mengejutkannya kemudian adalah dia menemukan bahwa tubuh pria itu gemetar. Dia memandang pria tampan dan pucat itu lalu bertanya dengan sedikit khawatir, "Presiden Ji, apa Anda baik-baik saja?"
Ji Jinchuan melepaskan tangan sipir itu dan berjalan keluar dari kantor si sipir. Ketika sipir itu melihat ada sesuatu yang salah dengan Ji Jinchuan, dia mengikutinya sepanjang waktu dan mengawasinya.
Sementara itu, Xiao Cheng menunggu di luar penjara. Saat melihat sosok Ji Jinchuan keluar dari dalam, dia segera turun dari mobil, berjalan ke sisi lain, dan membuka pintu belakang. Melihat bosnya yang linglung itu, dia terkejut. Pria itu selalu dingin dan acuh tak acuh, tidak pernah memiliki ekspresi suram dan tak berdaya di wajahnya seperti saat ini.
Setelah Ji Jinchuan mendekat, Xiao Cheng menatap wajahnya yang pucat dan menakutkan. Kekhawatirannya menjadi semakin kuat, tetapi dia tidak berani bertanya lebih banyak.