Selamat Tinggal Cinta Pertamaku

Aku Khawatir Tidak Akan Ada Kesempatan Seperti Itu (4)



Aku Khawatir Tidak Akan Ada Kesempatan Seperti Itu (4)

2Chen Youran melirik pria dengan wajah dingin itu, dia melangkah masuk ke lift dan berdiri di dekat pintu. Setelah pintu lift tertutup, suasana di ruang sempit itu menjadi sangat sunyi. Chen Youran merasa bahwa pria di sebelahnya sepertinya menatap ke arahnya sepanjang waktu. Hal ini membuatnya merasa sedikit tidak nyaman.     

Ji Jinchuan melihat kecangungan Chen Youran lalu berkata dengan suara yang dalam dan lembut, "Kamu mendengarnya sendiri hari ini, Nuonuo merindukan ibunya."     

Hati Chen Youran terasa seperti dicengkeram oleh tangan tak terlihat. Kekuatan cengkeraman itu sedikit demi sedikit semakin kencang. Dia merasakan sedikit kesedihan. Dia membalas, "Aku akan memberitahunya ketika dia sudah baik-baik saja."     

"Kalau kamu tidak mau melakukan cara dengan menggunakan darah tali pusar dan juga tidak dapat menemukan donor sumsum tulang belakang yang cocok untuknya, aku khawatir kamu tidak akan memiliki kesempatan seperti itu," tutur Ji Jinchuan dengan pelan.     

"Tidak, dia akan baik-baik saja." Pupil mata Chen Youran menyusut dan jari-jarinya mengepalkan pegangan tas dengan erat.     

Lift dengan cepat sampai di lantai pertama. Pintu terbuka dengan diikuti suara dentingan dan Chen Youran pun bergegas keluar. Dengan suara sepatu hak tingginya, lampu otomatis di lobi menyala. Langkahnya sangat cepat, seolah-olah ada beberapa monster yang mengejarnya di belakangnya. Suara sepatu hak tingginya terdengar sangat keras di tempat luas yang sepi itu.     

Ji Jinchuan baru saja menemukan mobilnya tepat ketika dia melihat Chen Youran mengemudi keluar dari tempat parkir. Dia melirik jam tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam, dia pun sedikit khawatir sehingga dia mengikutinya.     

Ketika Chen Youran menuju perjalanan pulang, dia menemukan Maybach hitam mengikutinya. Dia menginjak pedal gas ke bawah dan meningkatkan kecepatannya. Namun, mobil di belakang juga mengikuti kecepatannya. Saat dia melambat, Maybach hitam itu juga melambat, dan terus mengikutinya dari jarak yang tidak jauh, tetapi juga tidak dekat.     

Setelah tiba di Graceland Mansion, mobil Chen Youran perlahan masuk. Dia melirik kaca spion dan melihat bahwa Maybach hitam itu hanya berhenti di pinggir jalan. Saat dia berjalan pergi, Maybach hitam secara bertahap menghilang.     

Chen Youran akhirnya tiba di unit apartemennya. Dia masuk ke dalam dan melihat Lin Mo'an keluar dari dapur dengan membawa makan malam.      

"Kamu datang di saat yang tepat. Ayo ke sini makan," ucap Lin Mo'an. Dia meletakkan makan malam di atas meja makan, berbalik, dan pergi lagi ke dapur. Sesaat kemudian, dia keluar dengan membawa satu hidangan yang lain lagi.     

Chen Youran melangkah lalu duduk dan mulai makan mie yang dimasak Lin Mo'an. Setelah beberapa gigitan, dia tiba-tiba berkata, "Nuonuo bilang dia merindukan ibunya."     

Gerakan tangan Lin Mo'an yang memegang sumpit seketika berhenti. Dia menatap Chen Youran. Wanita itu menatap mie di mangkuk dengan kesedihan yang samar. Dia bertanya, "Apa yang akan kamu lakukan?"     

"Aku ingin mengatakan yang sebenarnya tentang identitasku, tapi aku tidak berani," tutur Chen Youran. Dia mengepalkan sumpitnya dan bibirnya terlihat pucat. Dia takut Ji Nuo tidak bisa menerimanya. Dia takut bahwa si kecil akan bertanya ke mana dia pergi selama bertahun-tahun dan mengapa dia tidak menginginkannya.     

Apa aku harus memberitahunya kalau aku berada di penjara selama tiga tahun pertama dan dirawat oleh seorang psikolog selama hampir satu tahun? Apa aku harus memberitahunya kalau ibunya hampir bunuh diri karena depresi? Batin Chen Youran.     

"Sekarang bukan waktu yang tepat," kata Lin Mo'an. "Hal utama saat ini adalah kondisinya. Tunggu saja dulu. Kamu juga bisa memikirkan bagaimana cara yang tepat untuk memberitahunya."     

Chen Youran menekan kabut di bawah matanya yang sudah memerah. Semua orang berpikir dia terlalu berdarah dingin, bahkan putranya sendiri menganggapnya sangat berdarah dingin. Namun, siapa yang tahu bahwa dia benar-benar mencintai putranya.     

Mengetahui rasa sakit di hati Chen Youran, Lin Mo'an berkata dengan lembut, "Ayo cepat makan. Nanti mie di dalam mangkuk mu itu akan menggumpal kalau dingin."     

Chen Youran meletakkan piring dan sumpitnya lalu bangkit, "Kamu saja yang makan. Aku ingin istirahat."     

Chen Youran benar-benar tidak bisa makan dalam keadaan seperti ini dan Lin Mo'an juga tidak memaksanya. Dia hanya mengingatkan, "Jangan lupa untuk menutup jendela."     

"Umm…" Chen Youran membalas dengan pelan lalu kembali ke kamarnya. Dia mengeluarkan bingkai foto dari laci, melihat Ji Nuo yang tersenyum di atasnya. Air mata di sudut matanya pun jatuh tanpa suara.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.