Selamat Tinggal Cinta Pertamaku

Aku Merindukan Ibu (3)



Aku Merindukan Ibu (3)

2Ji Nuo mengepalkan tangannya dan berkata dengan marah, "Aku ingin tahu apakah pria bajingan itu buta? Bagaimana bisa dia meninggalkan orang sebaik Ranran?!"     

"..." Ji Jinchuan tertegun.     

Lu Jingnian melirik pria dengan wajah buruk di sampingnya. Dia akhirnya tidak bisa menahan tawa. Wajah tampannya itu semakin menawan saat dia tertawa. Kalau si kecil tahu yang disebut bajingan olehnya adalah ayahnya sendiri, bagaimana kira-kira dia akan bereaksi? Gumamnya dalam hati.     

"Kalau kamu sudah tahu siapa itu lalu apa yang ingin kamu lakukan?"     

Ji Nuo memiringkan kepalanya, berpikir keras. Setelah itu, dia berkata, "Aku akan meminta Paman Keduaku mencarikan seseorang untuk memukulinya."     

Lu Jingnian mengubah posturnya duduknya. Dia menatap pria dengan wajah gelap di sampingnya dan berkata, "Aku khawatir keinginanmu tidak bisa menjadi kenyataan."     

"Apa dia sangat baik?" tanya Ji Nuo.     

"Tentu saja," jawab Lu Jingnian dengan suara manis yang terdengar sedikit malas.     

"Apa Paman Keduaku bisa dibandingkan dengannya?" tanya Ji Nuo lagi.     

Lu Jingnian tidak bisa lagi menggambarkan ekspresi wajah Ji Jinchuan saat ini. Lalu dia membalas, "Paman Keduamu masih kalah jauh dengannya."     

"Bagaimana kalau dibandingkan dengan ayahku?"     

"Seharusnya sih…" Lu Jingnian berhenti dan mencari kata-kata yang sesuai. "Sebanding."     

Bukannya mereka orang yang sama? Tentu saja sebanding, batin Lu Jingnian.     

Ji No berkecil hati dan menundukkan kepalanya. Dia awalnya ingin membela Ranran-nya, tapi sepertinya dia tidak bisa melakukannya. Musuhnya terlalu kuat.     

Setelah percakapan itu, Chen Youran bermain dengan Ji Nuo di kamar pasien, sementara Ji Jinchuan dan Lu Jingnian pergi ke balkon. Lu Jingnian mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya. Setelah menyesap satu isapan, dia mengeluarkan rokok dari mulutnya dan bertanya, "Ji Nuo belum tahu yang sebenarnya?"     

Ji Jinchuan berdiri berdampingan dengannya dan menggelengkan kepalanya, "Belum."     

"Sepertinya dia tidak suka melihatmu," kata Lu Jingnian yang melirik ke samping pada Ji Jinchuan.     

Ji Jinchuan bersandar di balkon dan melihat ibu serta anak di dalam kamar pasien dengan lapisan kesedihan yang tampak di bagian bawah matanya yang gelap. Melihat temannya itu hanya diam, Lu Jingnian kembali bertanya, "Apa kamu benar-benar melakukan kesalahan dengan Fang Yaqing?"     

"Apa menurutmu aku bisa melakukannya?" Suara berat Ji Jinchuan sedikit serak.     

"Bisa saja," kata Lu Jingnian. Mereka berdua sudah saling kenal selama bertahun-tahun, Lu Jingnian tahu bahwa Ji Jinchuan adalah orang yang sangat memegang prinsip dalam hal hidupnya. Namun, Fang Yaqing adalah wanita yang dicintainya selama bertahun-tahun, bukan tidak mungkin hubungan lama bisa bersemi kembali.     

Mendengar jawaban itu, Ji Jinchuan tersenyum ringan dan sedikit pahit, "Bahkan kamu berpikir begitu. Tidak heran kalau dia tidak percaya padaku."     

Lu Jingnian mendengar petunjuk dari kata-kata Ji Jinchuan. Dia kembali bertanya, "Sebenarnya apa yang terjadi pada waktu itu?"     

"Beri aku sebatang rokok," ujar Ji Jinchuan sambil mengulurkan tangannya kepadanya.     

"Apa tubuhmu baik-baik saja?" Lu Jingnian melemparkan kotak rokok ke arah Ji Jinchuan.     

Ji Jinchuan tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya mengambil satu batang rokok dan memasukkannya ke dalam mulutnya lalu menyalakannya. Dia menyentuh sakunya, tetapi tidak ada pemantik api di dalamnya.     

Lu Jingnian memberi Ji Jinchuan pemantik api sambil berkata, "Perusahaanmu tidak bangkrut dan belum ditutup, tapi pemantik api saja tidak punya, tidak heran dia tidak ingin mengikutimu."     

Ji Jinchuan menutup telinga terhadap ejekan Lu Jingnian dan menyalakan rokok dengan pemantik api yang diberikannya. Api pada batang rokok terus-menerus naik. Dia mengambil satu isapan lalu menyemburkan asapnya.     

"Selain dia, aku tidak tertarik pada wanita lain, termasuk Fang Yaqing," ucap Ji Jinchuan. Ini secara tidak langsung memberi tahu Lu Jingnian bahwa tidak ada yang terjadi antara dia dan Fang Yaqing.     

Lu Jingnian terkejut. Meskipun dia tidak tahu banyak tentang apa yang terjadi pada tahun itu, tetapi dia juga tahu sesuatu tentang itu. Dia menjentikkan abu di ujung rokoknya dan menatap pria yang tampak sedih itu. Alih-alih menghiburnya, dia berkata, "Kamu tidak bisa hidup dengan melakukan sesuatu yang salah."     

Ji Jinchuan mengisap rokok di tangannya. Asap yang menyelimuti matanya masuk ke paru-parunya, dia pun terbatuk.     

Lu Jingnian melirik ke samping padanya, "Pikirkan baik-baik, tidakkah menurutmu hal itu sangat menyakitkan baginya hingga membuatnya berubah menjadi seperti sekarang?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.