Selamat Tinggal Cinta Pertamaku

Memiliki Anak Lagi (1)



Memiliki Anak Lagi (1)

1Setelah Chen Youran menghilang, Ji Jinchuan seperti orang yang berbeda. Jadi, Ji Shaoheng merawat Ji Nuo secara khusus. Itulah yang membuat si kecil lebih dekat dengannya. Si kecil berlari di belakang pantatnya setiap hari. Ji Nuo selalu memanggilnya 'Paman Kedua' dengan suaranya yang sangat manis. Si kecil juga selalu menempel padanya. Ji Nuo adalah anak yang begitu manis dan menggemaskan. Jika suatu hari tidak akan pernah mendengarnya memanggilnya 'Paman Kedua' lagi, dia pasti akan sangat tidak terbiasa.     

"Jawabannya selalu seperti itu setiap kali aku bertanya. Ini sudah sebulan berlalu. Benar-benar sangat menyebalkan!" gumam Ji Nuo.     

Ji Shaoheng mengusap pipi Ji Nuo sambil berkata, "Ayahmu juga melakukan yang terbaik untukmu. Tujuannya agar kamu memiliki tubuh yang bagus sehingga nanti bisa mendapatkan seorang istri di masa depan."     

Ji Nuo mengerang dan berkata, "Kalau begitu, aku mau jadi bujangan tua saja."     

"..." Ji Shaoheng tidak bisa berkata-kata.     

Xie Suling dan Ji Wenqing masih berdiri di luar kamar pasien. Mereka memandang Ji Nuo dari celah pintu yang setengah terbuka. Anak yang begitu lincah dan tampan, setelah lebih dari sebulan menjalani kemoterapi, menjadi kurus dan menyedihkan. Wajah kecilnya pun terlihat pucat pasi.     

Xie Suling menutupi bibirnya dan menangis dengan pelan. Sesaat kemudian, dia menyesuaikan suasana hatinya, mendorong pintu, dan masuk.     

Sementara itu, Ji Jinchuan yang berada di balkon merokok satu demi satu batang rokok. Setelah beberapa saat, dia melemparkan puntung rokok ke kakinya. Kata-kata dokter terus terngiang di benaknya. Memiliki seorang anak lagi dan menyelamatkan Ji Nuo dengan darah tali pusar. Tampaknya itu cara yang sederhana. Akan tetapi, sekarang ini hubungannya dengan Chen Youran terlalu kaku. Wanita itu tidak akan setuju.     

Karena Ji Nuo sudah ditemani oleh Xie Suling dan Ji Wenqing, Ji Shaoheng pergi ke balkon. Dia melirik puntung rokok yang berserakan di lantai, kening seketika mengerut dengan erat. Dia pun meraih rokok di tangan kakaknya itu.     

"Kamu mau sekarat?"     

Ji Jinchuan memiliki sedikit emosi lain di wajahnya, tetapi sekarang dia mudah tersinggung. Dia ingin mendapatkan kembali kotak rokok yang direbut oleh Ji Shaoheng itu. Ji Shaoheng memandang pria yang dingin itu dan bertanya, "Apa yang dikatakan dokter?"     

Ji Jinchuan bersandar pada pagar pembatas di balkon. Di belakangnya ada cahaya matahari tipis awal musim dingin. Dia berkata dengan suara yang terdengar berat, "Menyelamatkan Nuonuo dengan darah tali pusar."     

Ji Shaoheng sedikit terpana dan secara bertahap bereaksi. Dia mengambil dua langkah ke depan, bersandar di balkon berdampingan dengan Ji Jinchuan, dan memasukkan setengah dari batang rokok di tangannya ke mulutnya. Dia mengambil napas dalam-dalam dan ujung rokok yang gelap menyala lagi.     

"Ini kesempatan bagus," ucap Ji Shaoheng. Saat berbicara, asap putih menyebar dari mulut dan hidungnya. Dia memandang Ji Jinchuan dan kembali berkata, "Ambil kesempatan ini untuk membuat dia kembali padamu."     

"Aku tidak ingin memaksanya melakukan apa pun yang tidak dia inginkan," kata Ji Jinchuan. Suasana hatinya masih belum berubah.     

Ji Shaoheng tidak mengerti bahwa pada saat ini Ji Jinchuan masih saja berpura-pura bersikap dingin. Dia kemudian berkata, "Kalau begitu, apa kamu ingin melihat Nuonuo pergi menghadap kematian dan melihat Chen Youran berada di samping pria lain?"     

Ji Jinchuan menggelengkan kepalanya. Dia juga tidak bisa membiarkan itu semua terjadi.     

"Mungkin nanti kenyataannya tidak serumit yang kamu pikirkan. Dia adalah ibu Nuonuo. Selama kamu menyuruhnya untuk menyelamatkan Nuonuo dengan darah tali pusar, mungkin dia bersedia melakukannya tanpa kamu minta," ucap Ji Shaoheng.     

Ji Shaoheng menggerakkan tangannya dan abu yang menumpuk di puntung rokok jatuh ke lantai. Ada sedikit abu yang mengenai sepatu kulitnya yang mengkilap.     

"Aku akan memikirkannya lagi," balas Ji Jinchuan dengan lemah, dia lalu mengerutkan bibirnya.     

Ji Shaoheng menyesap rokok terakhir, melemparkan puntung rokok ke lantai, lalu mengangkat kakinya dan berjalan keluar balkon. Dia menepuk bahu Ji Jinchuan dan memasuki kamar pasien. Ketika tidak ada orang lain yang bisa melihatnya, wajahnya yang lembut dan tampan menunjukkan sentuhan kesepian. Wanita itu tidak akan pernah menjadi miliknya dalam hidup ini. Dia lebih suka memanggilnya 'Kakak Ipar' setiap hari dibandingkan harus melihatnya berpelukan dan tersenyum di pelukan pria lain.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.