Selamat Tinggal Cinta Pertamaku

Aku Ingin Pulang (7)



Aku Ingin Pulang (7)

0Sesaat kemudian, Ji Nuo akhirnya menyadari bahwa ada orang lain di ruangan itu, "Ayah, kapan kamu datang?"     

"..." Ji Jinchuan tercengang mengetahui ketidaktahuan Ji Nuo akan kedatangannya. Tangannya yang bergerak seketika berhenti. Dia menatap kepala si kecil yang tampak bingung dan menjawab dengan suara hangat, "Baru saja..."     

Ji Nuo mengangkat robot Transformer di tangannya dan berkata, "Lihat, Paman Lin membelinya untukku."     

Ji Jinchuan melirik sekilas dan berkata, "Sudahkah kamu berterima kasih pada Paman Lin?"     

"Nenek sering bilang aku harus jadi anak yang baik dan sopan. Jadi, tentu saja aku sudah berterima kasih padanya." Ji Nuo menatap Lin Mo'an lagi dan berkata, "Benar kan, Paman Lin?"     

"Iya, Nuonuo adalah anak yang baik." Lin Mo'an mencubit wajahnya dan tersenyum lembut.     

Langit di luar berubah menjadi gelap. Tanpa disadari, hari sudah senja. Saat ini, waktu menunjukkan sudah lebih dari pukul 8 malam. Chen Youran dan Lin Mo'an pun berniat meninggalkan rumah sakit. Sebelum mereka pergi, Ji Nuo menarik jari Chen Youran.     

"Ranran, apa kamu akan datang menemuiku lagi besok?" tanya Ji Nuo.     

Hal yang paling tidak tertahankan bagi Chen Youran adalah ketika putra semata wayangnya menatapnya dengan tatapan menyedihkan. Hal itu membuat hatinya tak berdaya. Dia pun berkata, "Iya…"     

"Aku akan menunggu kedatanganmu." Ji Nuo seketika tersenyum.     

Setelah keduanya pergi, Ji Nuo kembali bermain dengan mainan barunya lagi. Ji Jinchuan menatapnya sejenak dan melihat bahwa anaknya tidak bisa lepas dari mainan itu. Dia lalu berkata dengan lembut, "Bukannya kamu tidak menyukai Lin Mo'an sebelumnya?"     

Tanpa mendongakkan kepalanya dan melihat ke arah ayahnya, dia berkata dengan suara yang sangat lembut seperti lilin, "Paman Lin orangnya tidak buruk. Dia sangat baik."     

Panggilan Paman Lin ini sangat manis untuk didengar. Pria itu hanya memberikan sebuah robot Transformer kepadanya, tetapi itu sudah bisa menaklukkan hatinya. Sementara aku telah membesarkannya selama 6 tahun. Nuonuo sedikit tak berperasaan! Batin Ji Jinchuan.     

"Kalau kamu menginginkan sesuatu di masa depan, kamu bisa memintanya pada ayah. Jangan mengambil barang orang lain."     

"Paman Lin bukan orang lain," balas Ji Nuo tanpa berpikir.     

Ji Jinchuan tidak lagi memedulikannya karena berpikir bahwa Ji Nuo masih seorang anak kecil. Jadi, dia lanjut berurusan dengan e-mail.     

***     

Selama beberapa hari berturut-turut, Chen Youran tidak pergi ke perusahaan. Dia pergi ke rumah sakit untuk menemui Ji Nuo. Dia datang pada siang hari setiap harinya.     

Si kecil yang cerdik menyadari sesuatu, dia bertanya, "Ranran, apa kamu tidak pergi bekerja akhir-akhir ini?"     

Chen Youran sedikit terpana selama beberapa detik. Kemudian, dia menarik sudut bibirnya dan menunjukkan senyum lembut, "Aku sedang beristirahat."     

"Ayahku sepertinya juga tidak sibuk akhir-akhir ini," balas Ji Nuo dengan lembut sambil terlihat berpikir.     

Chen Youran mengambil sebuah apel dan mengupasnya. Dia berkata, "Dia pasti telah mendapatkan hati nuraninya dan ingin lebih banyak menemanimu."     

"Aku juga berpikir seperti itu." Ji Nuo mengangguk dengan sungguh-sungguh. Kemoterapi yang dijalaninya selama periode ini membuatnya kehilangan banyak berat badan. Wajahnya yang tembam pun telah hilang. "Ranran, tolong bantu aku memberi tahu ayahku kalau aku ingin pulang dan tidak ingin tinggal di rumah sakit lebih lama lagi."     

Chen Youran tidak memiliki istirahat yang baik selama beberapa hari berturut-turut. Dengan sedikit kelelahan di wajahnya, dia menjawab, "Apa yang salah dengan berada di rumah sakit? Aku bisa datang menemuimu setiap hari."     

Ji Nuo mendongak dan berkata, "Kamu juga bisa pergi ke rumahku untuk menemuiku."     

"Itu akan sangat merepotkan." Mulut Chen Youran sedikit terangkat membentuk senyum.     

"Tapi, aku tidak ingin tinggal di rumah sakit. Aku tidak suka tinggal di sini." Ji Nuo menundukkan kepalanya dan mengerutkan mulutnya. Sebelum Chen Youran memikirkan apa yang harus dikatakan, Ji Nuo tiba-tiba mengangkat kepalanya dan menatapnya tanpa berkedip. "Ranran, apa ada yang salah denganku?"     

Ibu jari tangan kiri Chen Youran tiba-tiba terkena pisau ketika dia memotong apel. Darah pun dengan cepat merembes keluar. Ji Nuo lalu berteriak, "Ranran tanganmu berdarah!"     

Saat ini, Ji Jinchuan sedang mengadakan konferensi video di balkon. Mendengar suara teriakan Ji Nuo, dia dengan cepat melangkah ke kamar pasien dan melihat Chen Youran memasukkan ibu jarinya ke mulutnya. Ada darah di apel yang telah dipotong setengah bagian.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.