Memutus Hubungan dengan Keluarga Ji (1)
Memutus Hubungan dengan Keluarga Ji (1)
"Hati-hati di jalan." Chen Youran menganggukkan kepalanya.
***
Ji Jinchuan meninggalkan hotel dan pulang ke rumah. Ponselnya tiba-tiba berdering saat ini. Dia menghubungkan telepon dengan menggunakan headset Bluetooth, "Halo, dengan Ji Jinchuan…"
"Ayah, Paman Kedua dan aku kembali dari New York. Aku membawakanmu hadiah. Kapan kamu akan pulang?" Terdengar suara ceria dari seberang telepon.
Ji Jinchuan sangat sibuk akhir-akhir ini sehingga dia lupa. Beberapa hari yang lalu, Ji Nuo meneleponnya dan berkata akan pulang hari ini. Dia lalu bertanya, "Apa kamu membuat masalah kali ini?"
"Tidak, aku bertingkah dengan sangat baik. Paman Kedua mengatakan kalau aku tidak patuh, kamu akan memberikanku kepada orang lain untuk dijadikan sebagai anak. Ayah, kamu hanya memilikiku… Untuk bisa membahagiakanmu di masa depan, aku tidak mungkin berani tidak patuh."
Alis Ji Jinchuan melonjak ketika mendengar kata-kata anaknya itu. Dia membalas, "Untuk bisa membahagiakan ayah di masa depan?"
"Ayah, aku berniat untuk mencarikanmu pacar di New York, tapi aku takut ibu tiriku akan menyiksaku. Jadi, kamu bisa terus melajang saja. Aku tidak akan menertawakanmu lagi."
Alis Ji Jinchuan melonjak lebih kencang, sementara suaranya sedikit dingin, "Ji Nuo…"
"Ayah, nenek memasak sup susu untukku. Aku akan memakannya dulu. Aku tidak akan berbicara lagi denganmu. Sampai jumpa..." Ji Nuo menutup telepon sebelum ayahnya marah.
Ji Jinchuan menekan bagian tengah alisnya dan memutar balikkan mobil. Dia melaju kembali ke kediaman utama Keluarga Ji.
***
Begitu Ji Jinchuan melangkah ke ruang tamu kediaman Keluarga Ji, seorang anak kecil bergegas mendekatinya dan memeluk kakinya, "Ayah, aku sangat merindukanmu."
Ji Jinchuan melepas jas dan mantelnya, pelayan pun melangkah maju untuk mengambilnya. Ji Jinchuan melihat ke bawah pada kepala bocah yang memeluk kakinya dan berkata, "Ayo, katakan ada apa?"
"Tidak ada apa-apa," tutur Ji Nuo. Matanya yang bundar mengelak dari sisi kanan ke sisi kiri.
Ji Jinchuan kemudian melangkah ke sofa. Ji Nuo tahu bahwa Ji Jinchuan akan bertanya pada Ji Shaoheng, jadi dia memegang erat kaki ayahnya itu dengan tangannya. Namun, dia tiba-tiba ditarik paksa oleh Ji Jinchuan.
Melihat adegan ini, Xie Suling merasa cemas. Dia dengan cepat melangkah maju untuk menarik Ji Nuo dan menatap Ji Jinchuan dengan tatapan mengeluh. "Dia baru saja kembali, tapi kamu sudah memperlakukannya seperti ini. Orang yang tidak tahu akan beranggapan kalau kamu adalah paman keduanya dan Shaoheng adalah ayahnya."
"Tidak diragukan lagi kalau aku adalah ayahnya." Ji Jinchuan berkata dengan lemah.
Setelah itu, Ji Jinchuan berjalan mendekat menuju ke Ji Shaoheng, yang sedang berbicara dengan Ji Yangkun. Ji Shaoheng menyapanya, "Kakak…"
Ji Jinchuan mengangguk dan duduk di sofa. Dia segera bertanya, "Apa Nuonuo membuatmu mendapat masalah kali ini?"
Ji Shaoheng memandang bocah laki-laki yang bersembunyi di belakang Xie Suling dan terus memelototkan mata ke arahnya. Sudut mulutnya menyunggingkan senyum jahat. Dia berkata, "Aku tidak berada dalam masalah, tetapi kamulah yang akan mendapatkannya…"
Mendengar ini, Ji Jinchuan menebak sesuatu, "Ji Nuo, ayo sini!"
"Paman kedua, kamu mengkhianatiku!" ucap Ji Nuo sambil menjulurkan kepalanya dari belakang Xie Suling.
"Aku hanya mengatakan yang sebenarnya." Alis Ji Shaoheng terangkat dan dia tersenyum malas.
Ji Jinchuan kembali memanggilnya, Ji Nuo pun perlahan berjalan menuju ke depannya. Dia mengedipkan mata gelapnya dan melemparkan dirinya ke dalam pelukan Ji Jinchuan, lalu bertindak sebagai anak manja, "Ayah, aku sangat merindukanmu akhir-akhir ini. Apa kamu tidak merindukanku?"
"Tidak," jawab Ji Jinchuan dengan ringan. Kemudian, dia berkata dengan suara yang dalam, "Berdirilah…"
Ji Nuo cemberut, dia menarik diri dari lengan Ji Jinchuan dan berdiri tegak sambil memutar jari-jarinya. Ji Jinchuan menyesap teh yang dihidangkan untuknya dan berkata, "Ayo, katakan."
"Aku menemukan pacar untukmu di pesawat dan membuat janji agar dia bertemu denganmu besok sore," tutur Ji Nuo. Semakin lama, volume suara itu berangsur-angsur berkurang, menjadi sepelan nyamuk dan lalat ketika terbang.