Selamat Tinggal Cinta Pertamaku

Aku Masih Tahu Sopan Santun



Aku Masih Tahu Sopan Santun

0Semburan rasa malu seketika tampak di wajah Chen Youran, dia berkata, "Bu, kalau ibu tidak percaya padaku, aku akan tidur di kamar yang sama denganmu malam ini."     

"Jinchuan selalu berjalan dengan caranya sendiri. Kalau soal kamu, ibu masih bisa percaya," ucap Xie Suling sambil menggelengkan kepalanya.     

"Bu, jangan khawatir, aku masih tahu sopan santun." Chen Youran menjawab dengan tenang dan santai.     

Di lingkungan yang asing ini, Chen Youran tiba-tiba mengkhawatirkan Ji Nuo kecil. Pada malam hari, dia sudah berbaring di tempat tidur, namun sama sekali tidak bisa tidur. Dia bangkit dan menuangkan segelas air. Setelah minum, dia kembali lagi ke tempat tidur dan terus berbaring. Tiba-tiba, ada suara ketukan di luar pintu. Dia pun berbalik dan melihat ke arah pintu, "Siapa?"     

"Youyou, buka pintunya." Suara rendah pria itu terdengar sangat tenang di malam yang sunyi.     

Hati Chen Youran berdegup kencang saat mendengar hal itu. Xie Suling benar. Tidak ada yang mengetahui putranya lebih baik dari ibunya sendiri. Kedua orang itu memang layak menjadi ibu dan anak. Kemudian, Chen Youran berjalan mendekat ke pintu, namun tidak membukanya. Dia hanya bertanya dari balik pintu, "Ini sudah larut. Ada apa?"     

"Buka pintunya dulu," ucap Ji Jinchuan dengan kening yang mengerut.     

"Sebaiknya kamu cepat kembali ke kamarmu. Tidak enak dilihat orang lain," kata Chen Youran sambil berbisik.     

Di luar pintu terdengar suara seorang pria yang selalu dalam dan hangat berkata, "Aku sudah terbiasa tidur denganmu. Aku tidak bisa tidur tanpamu."     

Mendengar hal itu, Chen Youran merasakan kebahagiaan di dalam hatinya, begitu juga Ji Jinchuan. Namun, Xie Suling secara khusus menjelaskan sebelumnya bahwa dia harus berani menolak kemauan Ji Jichuan. Selain itu, ini adalah tempat agama Buddha, entah bagaimana jadinya jika mereka melanggar aturan di sini dan dihukum oleh Sang Buddha.     

"Sebaiknya kamu kembali saja ke kamarmu," tutur sambil Chen Youran menyandarkan punggungnya ke pintu dan memelintir pakaiannya dengan jari-jarinya.     

Ji Jinchuan menghela napas sedikit berat dan berkata, "Youyou, aku hanya ingin tidur bersama denganmu dan tidak akan melakukan hal lain."     

"Itu juga tidak bagus," balas Chen Youran. Jika tahu hal ini, ibu mertuanya akan memarahi mereka. Apalagi, jika mereka tidur di kamar yang sama dan melakukan hal lain, ketika tidak ada orang lain yang tahu pula. "Cepat kembali… Aku mengantuk dan ingin tidur."     

Akhirnya, Ji Jinchuan harus pergi dengan kecewa. Mendengar langkah kaki pergi menjauh di luar sana, Chen Youran merasa lega. Dia kembali ke tempat tidur, lalu berbaring, tidak lama kemudian, mungkin karena memang benar-benar sangat mengantuk, dia akhirnya tidur perlahan.     

***     

Keesokan paginya, Chen Youran bangun saat fajar. Dia membuka matanya dan melihat lingkungan yang asing di pandangannya, dia pun merasa bingung untuk sejenak. Butuh beberapa saat untuk menenangkan diri sebelum dia ingat bahwa dia sedang menginap di kuil.     

Setelah selesai mandi, semua orang pergi untuk sarapan. Ketika ketiganya tiba di ruang makan, Ji Jinchuan juga baru saja tiba. Semangatnya tampak tidak terlalu bagus dan terlihat ada sedikit kelelahan di wajah tampannya.     

"Jinchuan, apa kamu tidak istirahat tadi malam?" tanya Xie Suling dengan heran.     

Saat Chen Youran mendengar kalimat ini, dia membuang muka. Kemudian, Ji Jinchuan berkata dengan wajah hangat dan ringan, "Aku hanya tidak terbiasa."     

Xie Suling menganggap bahwa anak sulungnya tidak menyukai lingkungan yang asing, tetapi dia tidak tahu bahwa yang dimaksud oleh putranya itu adalah tidak terbiasa jika tidak berada di sekitar Chen Youran. Dia pun berkata dengan lembut, "Ayo kita kembali sore ini..."     

Keempat orang itu akhirnya mengambil tempat duduk masing-masing. Si biksu gemuk dan biksu muda lainnya meletakkan sarapan di atas meja, hanya ada bubur dan roti kukus untuk sarapan pagi ini. Setiap orang juga mendapatkan sepiring kecil acar sebagai hidangan tambahan.     

Chen Youran menghabiskan bubur dan melihat sisa setengah roti kukus di tangannya, dia pun merasa sedikit tertekan. Roti ini tentu saja tidak boleh dibuang di kuil Buddha, namun dia tidak sanggup lagi memakannya. Tepat ketika dia merasa sedih, sebuah tangan kurus mengambil setengah dari roti kukus di tangannya. Dia menatap pria di sebelahnya yang sudah mengunyah sisa roti kukus miliknya dengan acar.     

Xie Suling dan Fang Yaqing memandang Ji Jinchuan dengan takjub. Sementara Ji Jinchuan hanya memakan hidangan itu perlahan, tidak seperti orang lain. Chen Youran pun merasa malu ketika dia melihat bahwa kedua orang itu tampak kebingungan melihat sikap Ji Jinchuan. Meskipun dia sangat berterima kasih atas penyelamatan suaminya, tetapi dia berpura-pura berkata, "Apa kamu ingin merampok roti kukus dariku? Bukannya masih ada di piringmu?"     

Ji Jinchuan tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia hanya menatap Chen Youran dengan makna yang dalam. Makna yang terlihat di matanya itu tidak bisa diketahui dengan jelas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.