Pastikan untuk Menyelamatkannya
Pastikan untuk Menyelamatkannya
Chen Youran turun ke bawah ketika sudah selesai mandi dan bersiap-siap. Dia duduk di meja makan dan bertanya, "Di mana Lin Xia?"
"Nona Lin pergi ke pet shop tadi pagi-pagi sekali," jawab Bibi Wu sembari meletakkan sarapan di atas meja. Ada roti goreng kesukaan Chen Youran di antara menu sarapan hari ini.
Chen Youran pun menganggukkan kepalanya. Dia lalu mengambil roti goreng dan memakannya. Dia kembali bertanya, "Apa Bibi Sun yang membuat sarapan ini?"
"Itu dibuat oleh Nona Lin," jawab Bibi Wu sambil menambahkan satu sendok gula ke dalam gelas susunya.
Keterampilan memasak Lin Xia sangat bagus, bahkan sarapannya sangat istimewa. Rasanya tidak lebih buruk dari masakan Bibi Wu yang telah berada di kediaman Keluarga Ji selama lebih dari 10 tahun.
Setelah makan siang, Lin Xia juga belum kembali. Sementara Chen Youran berencana untuk mengunjungi studio baru Zhou Hong dan Qiu Shaoze. Setelah berganti pakaian dan keluar dari ruang ganti, ponselnya yang ada di tempat tidur tiba-tiba berdering. Itu merupakan telepon dari nomor yang asing. Dia mengangkat telepon dengan curiga dan meletakkan ponselnya di telinganya.
"Halo?"
"Ini adalah Rumah Sakit Utama. Apa benar dengan Nona Chen Youran?" Terdengar suara seorang wanita muda di ujung telepon.
Ketika Chen Youran tiba di rumah sakit, Lin Xia sudah berada di ruang gawat darurat. Lampu merah di atas selalu menyala, seolah-olah sedang menafsirkan kehidupan yang segar perlahan-lahan akan mati. Koridor itu sangat sunyi, hanya ada beberapa perawat dan pasien berjalan di ujungnya. Udara di sana dipenuhi dengan aroma disinfektan yang menyengat.
Chen Youran duduk di luar ruang gawat darurat. Dia meremas-remas jarinya di kedua tangannya dan melihat ke pintu ruang gawat darurat dalam diam. Seseorang yang baik-baik saja kemarin malam, hari ini harus berbaring di ruang gawat darurat, bahkan kondisinya tidak stabil. Ketika dia mendengar bahwa Lin Xia dibawa ke rumah sakit karena kecelakaan mobil dan sedang dalam proses penyelamatan, dia sangat bingung, jadi dia tidak bertanya seberapa buruk kondisinya.
Tadi, nada bicara dokter terdengar berat. Bahkan walaupun hanya melalui gelombang radio di telepon, Chen Youran masih bisa mendengar dan memahami itu. Dokter dengan serius mengatakan kepadanya bahwa yang terbaik adalah menghubungi keluarganya, oleh karena itu mungkin akan menjadi kesempatan terakhir mereka untuk melihatnya. Dalam perjalanan, Chen Youran memberi tahu Keluarga Lin. Namun, setengah jam kemudian, tidak ada satu pun anggota Keluarga Lin yang datang. Faktanya, karena Lin Xia tidak pulang ke kediaman Keluarga Lin setelah bercerai dengan Huo Hanqian, dia menduga bahwa keluarga tersebut sudah tidak peduli dengan putri angkatnya.
Di ujung koridor, terdengar suara langkah kaki seseorang yang datang. Tampak sosok seorang pria berusia 30 tahunan dengan setelan abu-abu gelap dan jam tangan mahal. Sekilas, dia terlihat seperti seorang pengusaha. Pria itu melihat lampu di ruang gawat darurat dan bersandar ke dinding. Kemudian, dia mengeluarkan sebatang rokok dari sakunya dan juga korek api. Namun, saat teringat bahwa itu adalah rumah sakit, dia memasukkan kembali rokok dan korek api itu ke dalam sakunya.
Setelah menunggu selama satu jam, pintu ruang gawat darurat terbuka dan seorang perawat keluar. Dia bertanya, "Siapa yang merupakan anggota keluarga pasien?"
Chen Youran bangkit dan berkata, "Aku temannya, bagaimana kondisinya?"
"Apa keluarganya tidak datang?" tanya perawat yang mengenakan jubah steril.
Pria yang bersandar di dinding pun menyahut, "Aku kakak laki-lakinya."
Chen Youran menolehkan kepalanya untuk menatap pria itu. Tadi dia terlalu khawatir tentang Lin Xia, jadi dia mengabaikan pria yang berdiri di sebelahnya. Apa ini Tuan Muda dari Keluarga Lin? Batinnya.
Pandangan mata perawat melewati Chen Youran dan jatuh pada pria itu, dia menjelaskan, "Kondisi pasien sangat buruk. Kami akan mencoba yang terbaik untuk menyelamatkannya, tetapi apakah operasi itu berhasil atau tidak, kami hanya dapat melakukan yang terbaik dan hanya bisa bergantung pada takdir…"
"Tolong selamatkan dia," ujar pria itu. Dia memiliki mata setajam burung phoenix. Fitur wajahnya agak mirip dengan Lin Mo'an.
Perawat itu mengatakan bahwa tidak dapat menjamin penuh keselamatannya dan hanya dapat berusaha untuk melakukan yang terbaik. Mereka menghubungi keluarganya tadi bermaksud untuk membuat keluarga bersiap terlebih dahulu jika ada sesuatu hal buruk yang terjadi.